Istri Simpanan

Bab 380 - Bersama gadis lain



Bab 380 - Bersama gadis lain

0Tak terasa matahari sudah mulai menampakkan cahayanya. Jean mengucek kedua matanya sambil mengamati sekeliling ruangan.     

Jean cukup terkejut karena ketiduran di lantai dalam posisi duduk. Kepalanya bersandar pada lengan Kim Soo Hyun yang berada di atas sofa. Ia memijat pelipisnya baru ingat jika semalam tidak bekerja. Padahal tadi malam adalah bagiannya. Tampaknya harus bersiap-siap gajinya akan dipotong bulan ini.     

Dertt ... derttt ….     

Terdengar suara dering ponsel yang berada di dalam saku celana Kim Soo Hyun.     

Jean membiarkannya hingga mati karena tidak enak jika harus menjawabnya tanpa izin. Namun ternyata ponsel itu berdering kembali, sehingga dengan hati-hati Jean terpaksa merogohnya.      

Kim Soo Hyun masih tertidur pulas hingga tidak merasakan getaran ataupun tangan Jean.     

Ada nama 'ibu' yang tertera di layar ponsel. Jean menduga jika yang menghubungi adalah Ny. Park.     

"Hallo, selamat pagi," ujar Jean dengan hati-hati dan perasaan sangat gugup.     

"Soo Yin, apakah ini dirimu? Dimana kalian berada? Kenapa sejak semalam tidak bisa dihubungi?" tanya Ny. Park bertubi-tubi dari seberang telepon.     

"Aku Jean bukan Soo Yin," sahutnya dengan dada yang berdegup kencang karena berbicara dengan seorang wanita yang diharapkan menjadi ibu mertuanya.     

"Jean? Lalu dimana Kim Soo Hyun berada? Kenapa kalian bersama?"     

"Tuan ada di Griffin Bar. Kebetulan sekali semalam aku menemukannya sudah dalam keadaan mabuk," ujar Jean dengan rasa takut jika Ny. Park akan terkejut dan marah.     

"Apa?" teriak Ny. Park.     

Suara Ny. Park begitu memekakan telinga, sehingga Jean menjauhkan ponselnya dari telinganya. Gendang telinganya terasa hampir pecah. Untunglah dia ibu dari Kim Soo Hyun sehingga Jean masih bisa menahan emosinya.     

"Jean, maafkan jika ibu mengejutkanmu. Sekarang juga ibu akan meminta seseorang untuk menjemputnya. Tolong jaga dia sebentar saja," ujar Ny. Park setelah beberapa saat hening.     

"Iya, tidak apa-apa," sahut Jean.     

Jean mengembalikan ponsel itu ke saku celana Kim Soo Hyun meskipun agak kesulitan.     

Baru saja hendak melangkah pergi Kim Soo Hyun menahan tangannya. Membuat Jean menghentikan langkah, hatinya kembali berdegup sangat kencang.     

"Soo Yin, jangan pergi," gumam Kim Soo Hyun lirih.     

Jean hanya mematung di tempatnya berdiri, merasakan kepedihan mendengar Kim Soo Hyun mengucapkan nama gadis lain di depannya. Bahkan gadis itu sudah membuat hatinya hancur.     

Nyatanya meski sudah lama tidak bertemu tapi perasaan Soo Yin kepada Kim Soo Hyun masih sama seperti dulu.     

Jean menoleh ke belakang untuk melihat Kim Soo Hyun yang ternyata masih terpejam.     

Dengan gerakan pelan, Jean melepaskan cekalan Kim Soo Hyun dari tangannya. Ia harus keluar untuk memberikan penjelasan kepada manajer bar jika masih ingin bekerja di sana.     

Setengah jam kemudian, akhirnya orang suruhan Ny. Park yang hendak menjemput Kim Soo Hyun datang.      

Jean memilih bersembunyi ketika melihat mereka membawa Kim Soo Hyun pergi. Ia tidak ingin terlibat lebih jauh dengan pria itu. Hanya mengamati dari kejauhan wajah tampan yang masih memejamkan matanya.      

Orang-orang yang memapahnya bahkan tampak kesulitan.     

°     

°     

UN Village,     

Ny. Park terus gelisah tak menentu, mencemaskan keadaan putra sulungnya. Ia sangat terkejut karena Kim Soo Hyun berada di bar.     

Padahal seharusnya perasaannya sangat bahagia karena sudah mendapatkan jawaban dari Soo Yin. Apakah itu salah satu cara untuk melampiaskan kebahagiaannya? Lalu kenapa bersama Jean?     

"Ya ampun, apa yang terjadi kepadamu?" Ny. Park begitu syok melihat wajah Kim Soo Hyun. Meski tak ada lagi darah kering yang menempel tapi luka lebam masih terlihat sangat jelas di wajahnya.     

"Aku baik-baik saja," sahut Kim Soo Hyun asal. Lalu duduk di sofa karena tubuh dan kepalanya terasa pusing.     

"Kenapa bisa kau seperti ini? Katakan kenapa kau justru bersama Jean bukan dengan Soo Yin? Apakah kau tidak jadi menemuinya?" Ny. Park mencoba menelisik apa yang sebenarnya terasa pada putra dan calon menantunya. Tidak mungkin mereka baik-baik saja jika Kim Soo Hyun sampai masuk ke dalam bar.     

"Jean?" gumam Kim Soo Hyun pada dirinya sendiri karena tidak mengingat apapun yang terjadi. Ia baru sadar ketika memijakkan kakinya di UN Village.     

"Sudahlah, tidak usah membicarakannya. Aku pergi ke kamarku dulu, Bu." Kim Soo Hyun mencoba bangkit berdiri tapi Ny. Park justru mendorongnya kembali hingga terhempas ke sofa.     

"Katakan apa yang sebenarnya terjadi?" Ny. Park menatap putranya dengan tatapan mengintimidasi. Secepatnya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi agar tidak semakin penasaran.     

"Nanti saja, Bu." Kim Soo Hyun enggan mengatakan apa yang terjadi semalam. Terlebih lagi mengenai Soo Yin, ibunya pasti akan sangat kecewa jika mendengarnya.     

"Katakan sekarang juga!" ucap Ny. Park dengan tegas dan penuh penekanan agar Kim Soo Hyun tidak membantahnya lagi.     

"Memangnya apa yang ingin ibu ketahui?" Kim Soo Hyun menghela nafas berat pura-pura tidak mengetahui apa yang sebenarnya ditanyakan ibunya.     

"Katakan bagaimana hubunganmu dengan Soo Yin? Apakah kalian semalam tidak jadi bertemu?" tanya Ny. Park sembari duduk di samping Kim Soo Hyun.     

"Hubungan yang bagaimana?" Kim Soo Hyun memejamkan matanya. Mengingat kembali jawaban dari Soo Yin yang membuat hatinya seperti tertusuk duri bertubi-tubi.     

"Kau bilang semalam ingin menanyakan bagaimana jawaban Soo Yin. Lalu apakah dia menerima cintamu?" Wajah Ny. Park tampak berbinar dan penuh harap keinginannya bisa menjadi kenyataan.     

Jujur saja, Kim Soo Hyun bahkan tidak tega mengatakannya kepada sang ibu.     

"Hmmm," sahut Kim Soo Hyun dengan suara lemas tak bersemangat.     

"Jadi dia menerimamu?" Ny. Park tampak sangat sumringah mendengarnya.     

Kim Soo Hyun membuka matanya lalu memandang sang ibu. Ada keinginan untuk berbohong sementara waktu demi membahagiakan ibunya. Tapi ia tak sanggup melakukan peran itu.     

Kim Soo Hyun akhirnya tertunduk lalu menggelengkan kepalanya pelan.     

"Apa maksudmu? Sebenarnya kau diterima atau tidak?" Ny. Park semakin bingung dengan putranya. Tadi mengatakan iya tapi sekarang justru menggelengkan kepalanya.     

"Dia menolakku, Bu," sahut Kim Soo Hyun dengan nada pilu.     

"Kau pasti berbohong. Tidak mungkin Soo Yin menolak putraku yang sangat tampan," ujar Ny. Park sembari terkekeh.     

"Aku serius, Bu." Kim Soo Hyun memberanikan diri menatap ibunya jika dirinya tidak berbohong.     

Raut wajah Ny. Park kini langsung berubah drastis. Dari wajah yang sumringah menjadi menegang. Ia belum bisa percaya jika Soo Yin menolak putra bungsunya. Tidak ada kekurangan apapun dari Kim Soo Hyun karena ia begitu sempurna.     

"Jika bertemu dengannya aku mohon jangan merubah sikap Ibu padanya. Tetaplah ramah dan baik seperti biasanya. Mungkin sekarang dia ingin fokus dulu pada kuliahnya sehingga tidak menerimaku." Kim Soo Hyun berusaha berkata positif demi menjaga perasaan ibunya. Biarlah dirinya saja yang merasakan luka itu.     

"Bersabarlah, Sayang. Mungkin benar apa yang kau katakan jika Soo Yin harus fokus pada kuliahnya." Meski Ny. Park juga merasa sedih tapi dirinya ingin memberikan semangat agar Kim Soo Hyun bersabar. Suatu saat ini pasti akan luluh juga kepadanya.     

"Aku ke kamar dulu, Bu," pamit Kim Soo Hyun sambil melangkah dengan tubuhnya yang masih sempoyongan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.