Istri Simpanan

Bab 381 - Kenyataan tak seindah keinginan



Bab 381 - Kenyataan tak seindah keinginan

0Sudah beberapa hari paska malam penolakan itu. Hari ini Soo Yin mulai aktif berangkat bekerja kembali karena tidak enak dengan karyawan lain. Terlebih lagi ada masalah di antara dirinya dengan Kim Soo Hyun.      

Bisa saja sekarang pria itu tidak terima jika ia terlalu banyak libur.     

Deg …     

Lift baru saja terbuka setelah sampai di lantai 10. Soo Yin berdiri mematung di tempat ketika melihat Kim Soo Hyun kini tengah berada di depannya.      

Kecanggungan terasa untuk sepersekian detik sebelum akhirnya Soo Yin merendahkan pandangannya. Tak ingin menatap kedua bola mata Kim Soo Hyun yang tampak hampa.     

"Selamat pagi, Tuan," sapa Soo Yin sembari tertunduk.     

"Selamat pagi," sapa Kim Soo Hyun kembali dengan wajah masam. Ada rasa ingin marah di hati Kim Soo Hyun tapi dirinya tak mampu melakukannya. Sebisa mungkin bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka.     

Soo Yin melangkahkan kakinya melewati Kim Soo Hyun dengan jantung yang berdetak kencang. Hingga tangan Kim Soo Hyun hampir saja ingin menahannya tapi mengurungkan niatnya.     

"Soo Yin," panggil Kim Soo Hyun.     

Soo Yin menghentikan langkahnya tanpa menoleh ke belakang karena merasa gugup.     

"Berhubung Dae Hyun sedang keluar kota, sebaiknya kau membantuku dalam mengerjakan tugas. Kau bisa pergi ke ruanganku sekarang," ujar Kim Soo Hyun.      

Sudah banyak orang yang memintanya mendapatkan sekretaris, tapi Kim Soo Hyun sama sekali tidak tertarik. Yang selalu diinginkan olehnya hanyalah Soo Yin.     

"Baik, Tuan," sahut Soo Yin singkat tanpa membantahnya.     

Kemarin Dae Hyun memang pergi keluar kota karena harus menyelesaikan semua pekerjaannya. Sekarang posisi sudah kembali seperti semula karena Kim Soo Hyun sudah sembuh.     

Setelah ditolak Soo Yin, pria itu sama sekali tidak bersemangat dalam melakukan pekerjaannya. Kim Soo Hyun seperti kehilangan sesuatu yang sangat penting di hidupnya.     

Kim Soo Hyun membalikkan tubuhnya ketika mendengar suara langkah kaki Soo Yin yang perlahan sudah menjauh. Dipandanginya punggung gadis itu dengan perasaan hampa dan terluka. Perasaan cinta itu akan selalu ada untuknya sebelum dia menikah dengan pria lain.     

"Andaikan kau menerima cintaku, aku berjanji akan menjadikanmu hanya satu-satunya gadis yang kucinta. Tak akan kubiarkan kau bekerja keras di sela waktu kuliahmu," gumam Kim Soo Hyun sembari tersenyum pahit. Ternyata kenyataan memang tidak sesuai dengan keinginannya.     

Kim Soo Hyun akhirnya masuk ke dalam lift saat punggung Soo Yin tak lagi terlihat. Ada sesuatu yang tertinggal di mobilnya sehingga ingin mengambilnya terlebih dahulu.     

Soo Yin sudah duduk di mejanya. Memeriksa beberapa tugas yang harus dikerjakan. Sekarang dirinya tidak bisa bersantai karena bukan bekerja untuk Dae Hyun. Biasanya jika dengan Dae Hyun, dirinya akan lebih banyak bersantai dari pada bekerja. Chang Yuan yang biasanya melakukan pekerjaan yang agak sulit dan tidak dimengerti Soo Yin.     

Ternyata bertemu dengan seseorang yang cintanya ditolak tidaklah mudah. Meski Soo Yin tak memiliki perasaan apa-apa, tapi rasa bersalah terus hadir dalam hatinya.     

Apalagi kemarin baru saja mendengar cerita dari Jean. Mengatakan jika Kim Soo Hyun pergi ke bar dan sampai berkelahi dengan salah satu pengunjung.      

Tok … tok … tok ….     

Suara ketukan pintu membuyarkan Soo Yin dari lamunannya. Ia mendesah panjang sebelum akhirnya berdiri untuk membuka pintu.     

"Ibu," ucap Soo Yin tanpa sadar dengan mata yang terbelalak. Sejujurnya Soo Yin belum siap jika harus bertemu wanita paruh baya itu.      

Ny. Park pasti sudah mengetahui semua apa yang terjadi di antara mereka. Namun sebisa mungkin Soo Yin bersikap seperti biasanya.     

"Mari silahkan masuk, Nyonya." Soo Yin mengubah sapaan akrab yang biasa. Ia tahu jika Ny. Park meminta memanggil dengan sebutan iba karena ingin menjadikannya sebagai menantu.     

"Kenapa memanggilku dengan sebutan nyonya? Bukankah sudah kukatakan sebaiknya kau memanggilku ibu," ujar Ny. Park dengan senyuman tipis.     

Sejujurnya Ny. Park sangat kecewa dengan keputusan Soo Yin. Namun ia sudah sangat sayang kepadanya. Selama Soo Yin belum menikah, masih ada harapan meski kecil.     

"Maaf, Bu." Sebisa mungkin Soo Yin berusaha menyunggingkan senyum seperti biasanya.     

"Dimana Kim Soo Hyun?" tanya Ny. Park sembari melangkahkan kakinya masuk tapi tidak menemukan putranya.     

"Tuan tadi keluar sebentar. Dengan siapa Ibu datang kemari?" Soo Yin bersikap ramah seperti biasanya.     

"Aku datang bersama Aeri dan Yeon Ho. Hari ini kami akan pergi berkumpul bersama teman-teman," ujar Ny. Park sembari mendesah panjang. Seandainya saja Soo Yin menerima lamaran Kim Soo Hyun pasti akan mengajaknya. Memperkenalkannya dengan teman-teman lain dengan perasaan bangga.     

"Lalu dimana mereka?"     

"Mereka masih di bawah, sebentar lagi juga menyusul," sahut Ny. Park.     

Sudah lama rasanya Soo Yin tidak bertemu Yeon Ho, sehingga menimbulkan rasa rindu. Ia sudah menganggap Yeon Ho seperti anak kandung sendiri. Setiap melihat Yeon Ho pula terkadang Soo Yin ingin menyerah karena tidak ingin menyakiti perasaannya.     

"Silahkan duduk terlebih dahulu, Bu. Biarkan aku membuatkan minum untuk kalian," ujar Soo Yin.     

"Tidak usah repot. Kami hanya mampir sebentar," tolak Ny. Park secara halus.      

Tidak lama kemudian akhirnya Aeri dan Jo Yeon Ho menyusul Ny. Park.     

Pandangan Aeri masih seperti biasanya ketika melihat Soo Yin. Sekarang bahkan jauh lebih tidak menyukainya karena sudah menolak Kim Soo Hyun.      

Aeri sangat berharap jika mereka akan segera menikah. Sehingga Dae Hyun mengurungkan niatnya untuk bercerai dengannya. Ia sudah berusaha mengulur waktu yang cukup lama. Sehingga ada kekhawatiran Dae Hyun tidak peduli lagi pada Jo Yeon Ho, sebelum akhirnya benar-benar akan melepaskannya.     

"Yeon Ho?" sapa Soo Yin sembari tersenyum hangat ketika anak itu masuk ke ruangan bersama Aeri.     

Sikap Jo Yeon Ho kali ini justru berbeda dari harapan Soo Yin. Sorot matanya tampak seperti ketakutan, lantas menyembunyikan diri di belakang kaki Aeri.     

Soo Yin mengerutkan keningnya. Merasa ada yang aneh dengan Jo Yeon Ho kali ini. Biasanya dia akan berhambur ke pelukannya.     

"Yeon Ho, Ada apa denganmu?" ujar Ny. Park yang juga merasa bingung dengan sikap cucunya.     

"Yeon Ho, cepat sapa Kak Soo Yin. Bukankah kau biasanya sangat menyukainya?" ujar Aeri sembari tersenyum senang karena berhasil membuat Jo Yeon Ho membenci Soo Yin.     

"Aku tidak mau. Dia wanita jahat," ujar Jo Yeon dengan sorot mata marah ke arah Soo Yin.     

"Apa maksudmu? Kenapa kau berkata seperti itu?" ujar Ny. Park.     

"Dia hanya anak kecil. Lupakan saja ucapannya, Bu," ujar Aeri. Tidak mungkin mengatakan kecurigaannya pada Ny. Park. Sudah dipastikan tidak akan percaya. Ia juga ingin membuat Dae Hyun kembali ke pelukannya secara halus.     

"Ada kalian rupanya," ujar Kim Soo Hyun yang sudah kembali ke ruangannya.     

Soo Yin memilih pamit untuk meninggalkan ruangan karena tidak ingin suasana di sana menjadi canggung.     

"Kau tidak akan bisa merebutnya dariku, Gadis Jalang," bisik Aeri dengan sarkas ketika Soo Yin melewatinya. Berharap Soo Yin akan emosi mendengarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.