Istri Simpanan

Bab 382 - Gadis pemabuk



Bab 382 - Gadis pemabuk

0Tangan Soo Yin mengepal erat pada kedua sisinya. Langkahnya sedikit lebih cepat ketika melewati lorong. Ada amarah yang bergemuruh di dadanya ketika Aeri menyebutnya dengan wanita jalang.     

Ia terus melangkahkan kakinya dengan hentakan kuat menapaki lantai. Sebagai salah satu cara untuk meluapkan segala amarah yang tertahan. Namun segera tersadar untuk marah karena Aeri tampaknya memang sengaja.     

Sikap Jo Yeon Ho kepadanya lebih menakutkan daripada ucapan Aeri. Dadanya terasa sesak kali ini karena tidak biasanya ia bersikap seperti itu. Biasanya anak itu sangat ramah dan bersahabat.     

Tadi justru tatapan Yeon Ho tampak sangat marah dan benci kepadanya.     

"Apa dia mengetahui jika aku ingin merebut ayahnya?" gumam Soo Yin dengan kepala tertunduk lesu. Merasa seperti dibenci putra kandung sendiri.     

"Pasti Aeri yang sudah berkata-kata yang buruk padanya," gerutu Soo Yin sembari mendesah panjang. Padahal tadi ingin sekali memeluknya agar bisa mencurahkan rindunya.     

Brakk …     

Tubuh Soo Yin terjengkang sampai terduduk ke lantai karena menabrak seseorang di depannya.     

"Aduh!" rintih Soo Yin karena bokongnya terasa nyeri berbenturan dengan lantai.     

"Kau tidak apa-apa?" Seorang pria yang ditabrak Soo Yin lantas mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Tatapan matanya tidak teralihkan ketika mengenali wanita yang ada di depannya. Jantungnya berpacu begitu cepat hingga suaranya cukup terdengar keras di telinganya sendiri.     

'Bukankah dia gadis pemabuk itu?' ucapnya dalam hati. Wajah Soo Yin masih sangat jelas tersimpan dalam benaknya.     

'Ada apa denganku?' - batin pria yang tidak lain Gong Yoo. Ia memegangi dadanya dengan sebelah tangan karena jantung itu rasanya seperti hendak melompat.     

Soo Yin berdiri sendiri tanpa menerima uluran tangan Gong Yoo. Selalu ingat pesan suaminya agar tidak bersentuhan dengan pria manapun. Meski terkadang melanggarnya.     

"Maaf Tuan, aku berjalan tanpa melihat-lihat," ujar Soo Yin sembari membungkukkan tubuhnya.     

Gong Yoo masih terpaku pada lamunannya sehingga tidak mendengarkan permintaan maaf Soo Yin.     

Soo Yin menggerakkan telapak tangannya di depan wajah Gong Yoo karena tidak mendapatkan respon. Ia juga merasa risih dengan tatapan pria itu.     

"Tuan," ujar Soo Yin. Terpaksa menepuk pundak Gong Yoo agar tersadar.     

"Kau membuatku terkejut," tukas Gong Yoo. Padahal tadi sedang asyik mengamati bibir ranum yang terlihat sangat seksi milik Soo Yin. Is adalah pria normal sehingga wajar jika memikirkannya.     

Soo Yin mengamati wajah Gong Yoo untuk mencari tahu siapa dia. Tapi setelah diingat-ingat sepertinya belum pernah melihatnya di hotel itu.     

"Tuan, sepertinya aku belum pernah melihat anda di hotel ini. Apakah anda pekerja baru di hotel ini?" tanya Soo Yin sembari menautkan kedua alisnya.     

"Aku memang baru di sini, aku ditugaskan ayahku untuk bekerja di sini hari ini," sahut Gong Yoo.     

Gong Yoo menyayangkan karena sepertinya Soo Yin tidak mengingatnya malam itu.     

"Baiklah, sebaiknya aku pergi dulu karena ada urusan," pamit Soo Yin tanpa bertanya lebih lanjut karena itu bukanlah urusannya.      

Di hotel itu terlalu banyak orang yang menanam saham sehingga Soo Yin yakin tidak akan mengenalnya.     

"Dasar gadis pemabuk. Kau bahkan tidak mengenalku sama sekali," gerutu Gong Yoo sembari berdecak kesal. Ia lupa belum berkenalan meskipun sudah tahu namanya.     

Gong Yoo terus memandang punggung Soo Yin. Ada rasa penasaran mengingat siapa pria  yang sudah menjemputnya. Semoga saja bukan kekasihnya karena umur Dae Hyun tampak lebih tua darinya. Tidak mungkin Soo Yin memiliki selera yang rendah.      

Menurutnya Soo Yin terlalu cantik jika sampai mau dengan pria sepertinya.     

Gong Yoo bekerja di hotel itu sebagai manajer yang menggantikan posisi Han. Jika bukan karena keinginan ayahnya untuk kembali ke Korea, ia juga sangat enggan. Ia sudah sejak lama tinggal di negara barat sehingga harus beradaptasi terlebih dahulu.     

Tidak hanya itu, kedatangannya ke Silla Seoul Hotel juga karena akan bekerja sama dalam pembangunan hotel. Gong Yoo adalah seorang kontraktor sekaligus seorang Arsitek. Beberapa hari yang lalu baru bergabung dengan perusahaan milik bibinya yang bergerak di bidang konstruksi.     

Dengan bekerja di hotel ini ia akan mendapatkan keuntungan dua kali lipat. Selama di luar negeri ia sudah terbiasa menjadi kontraktor.     

°     

°      

Siang ini Soo Yin mengikuti Kim Soo Hyun untuk menghadiri beberapa pertemuan. Mereka saat ini dalam satu mobil yang sama tanpa seorang supir menuju ke sebuah restoran.     

Meski Soo Yin duduk di depan, suasana benar-benar canggung. Keheningan terus terjadi karena tidak ada yang mau membuka percakapan. Justru mereka berbicara pada diri mereka sendiri.     

"Hmmm." Kim Soo Hyun sudah tidak tahan, akhirnya membuka suara karena dirinya bukan tipe pendiam seperti Dae Hyun.     

Soo Yin menggeser tubuhnya karena salah tingkah. Jika tahu akan seperti ini ingin sekali menyusul Dae Hyun keluar kota.     

"Setelah pertemuan ini, selanjutnya kita kemana lagi?" tanya Kim Soo Hyun. Pandangannya fokus ke depan, hanya sesekali saja melirik Soo Yin.     

"Iya?" Soo Yin menatap adik iparnya, belum mengerti arah maksud pertanyaannya.     

"Setelah ini apakah ada pertemuan lagi?" ujar Kim Soo Hyun dengan dahi berkerut untuk mengulangi pertanyaannya.     

"Oh, sebentar biarkan aku melihatnya," ujar Soo Yin dengan rasa gugup. Ia merutuk karena tidak fokus dengan pertanyaan Kim Soo Hyun.     

Soo Yin segera mengecek jadwal, ternyata setelah ini akan ada pertemuan tapi bukan di luar. Sehingga ia bisa bernafas lega karena tidak harus terjebak hanya berdua saja dengan Kim Soo Hyun di dalam mobil.     

"Setelah ini kita bisa kembali ke hotel karena akan bertemu dengan Tuan Gong Yoo," sahut Soo Yin. Ia berpikir jika nama itu masih asing tapi jika orang luar tidak mungkin mengajak bertemu di dalam.     

"Hmmm, baiklah," ucap Kim Soo Hyun tanpa bertanya kembali.     

Setelah itu suasana hening kembali. Beruntung tidak berapa lama kemudian akhirnya mereka sampai juga di restoran.     

Kali ini mereka mengadakan pertemuan dengan salah satu partner yang memproduksi furniture. Mereka ingin membicarakan tentang kerja sama agar The Silla Seoul Hotel mau membeli barang mereka untuk jangka waktu beberapa tahun lamanya     

Soo Yin hanya mendengarkan dan menyimak obrolan mereka. Bekerja dengan Kim Soo Hyun juga mengharuskan untuk bisa berkomunikasi dengan benar. Harus cekatan dalam berbagai hal. Jika biasanya ada Chang Yuan yang bisa menjelaskan tentang beberapa hal. Kini Soo Yin harus melakukannya sendiri.     

Ternyata Dae Hyun sudah terlalu jauh memanjakannya.      

Setelah satu jam akhirnya pertemuan berakhir. Tidak terlalu lama untuk mencapai kesepakatan yang diinginkan karena kedua pihak sudah sama-sama mengerti.     

"Aduh," rintih Soo Yin ketika hendak berdiri ternyata hak sepatunya patah. Ia meraih sepatu berwarna hitam itu untuk memeriksanya.     

"Soo Yin, kenapa?" tanya Kim Soo Hyun khawatir.     

"Tidak apa-apa, ini tidak masalah sama sekali," ujar Soo Yin meringis sambil menunjukkan sepatunya.     

"Setelah ini kita akan mampir ke toko sepatu," ujar Kim Soo Hyun dengan tegas.     

Soo Yin hendak menyanggah tapi Kim Soo Hyun sudah berdiri dan melangkahkan kakinya keluar.     

Terpaksa Soo Yin mengikuti langkah Kim Soo Hyun tanpa menggunakan alas kaki. Ia hanya tertunduk ketika beberapa orang melihat ke arahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.