Istri Simpanan

Bab 383 - Siapa pria itu?



Bab 383 - Siapa pria itu?

0Tidak lama kemudian, Kim Soo Hyun sudah menghentikan mobilnya di depan sebuah toko sepatu dan sandal.     

"Tetaplah di mobil, biarkan aku yang turun untuk membelinya," ujar Kim Soo Hyun lalu bergegas keluar dari mobil menuju toko sepatu.     

"Tidak …." Soo Yin bahkan belum sempat untuk menolak karena pria itu cepat sekali menghilang. Ia hanya menghela nafas pasrah dan berdiam diri di dalam mobil.     

Soo Yin sungguh terkejut karena Kim Soo Hyun mengetahui ukuran sepatunya. Padahal seingatnya tak pernah mengatakannya.     

Pria itu membelikan sepatu berwarna coklat muda yang dipadukan begitu senada dengan baju Soo Yin.     

Kim Soo Hyun membungkukkan tubuhnya untuk memegang kaki Soo Yin.     

"Tidak perlu, Tuan. Biarkan aku memakainya sendiri," tolak Soo Yin yang merasa tidak enak hati. Sudah dibelikan dan hanya berdiam diri di mobil. Kini adik iparnya justru memakaikan di kakinya.     

"Diamlah, biarkan aku yang mengenakannya untukmu." Nada Kim Soo Hyun terdengar santai namun mengandung perintah apa yang harus dilakukan.     

Soo Yin terpaksa menuruti permintaan Kim Soo Hyun. Memang ukurannya sangat las di kakinya. Sepatu itu ternyata cukup nyaman saat dipakai.     

Setelah selesai, Kim Soo Hyun segera masuk ke dalam mobil untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka ke hotel.     

Soo Yin tidak mengerti kenapa Kim Soo Hyun masih berbuat baik kepadanya. Hal itu semakin membuatnya merasa bersalah.     

"Terima kasih," ucap Soo Yin dengan canggung.     

"Hmmm," sahut Kim Soo Hyun singkat.     

"Kim Soo Hyun, kenapa kau masih begitu baik kepadaku? Bukankah seharusnya kau membenciku?" ujar Soo Yin. Ingin menumpahkan rasa keingintahuan alasan Kim Soo Hyun masih baik kepadanya.     

"Bukankah aku sudah berjanji kepadamu. Jika aku tidak akan membencimu?" Kim Soo Hyun memandang Soo Yin sambil menautkan kedua alisnya.     

Soo Yin teringat jika malam itu meminta Kim Soo Hyun untuk tidak membencinya. Tapi bukan memberikan perhatian seperti itu juga.     

"Iya, aku tahu. Namun jika kau terlalu perhatian seperti ini mungkin akan membuatmu semakin terluka," ucap Soo Yin dengan nada sendu. Sungguh tidak ada keinginan untuk menyakiti orang lain dalam benaknya.     

"Aku baik-baik saja," sahut Kim Soo Hyun yang justru terdengar pilu.     

"Aku sungguh minta maaf. Kuharap kau kelak akan menemukan wanita yang jauh lebih baik dariku," ucap Soo Yin lirih.     

"Tidak akan ada wanita yang seperti dirimu," sahut Kim Soo Hyun dengan getir.     

"Suatu saat kau pasti akan mendapatkannya. Jika kau mengetahui siapa diriku, mungkin kau tidak akan pernah menyukaiku," tukas Soo Yin secara tersenyum pahit. Belum siap untuk mengatakan semuanya sekarang.     

Keadaan kembali hening karena Kim Soo Hyun tidak menjawab pernyataan Soo Yin. Sejujurnya pria itu masih sangat berharap ada perasaan Soo Yin untuknya meskipun kecil.     

Hingga sampai di hotel mereka tetap diam. Soo Yin membawa beberapa tumpukan berkas hingga membuatnya jatuh berceceran di lantai karena terbawa angin.      

Melihat Soo Yin yang tampak kerepotan, Kim Soo Hyun lantas meraih berkas itu dan berjalan mendahului Soo Yin masuk ke dalam lift. Perasaannya kali ini sangat rumit.     

Soo Yin termangu di tempatnya karena Kim Soo Hyun tidak mengatakan apapun kepadanya.     

°     

°     

Tak terasa hari sudah siang, Soo Yin menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Memikirkan apa yang tengah Dae Hyun lakukan hari ini. Namun Soo Yin tidak berani menghubunginya karena sedang berada di ruangan Kim Soo Hyun.     

Dertt … derttt … derttt …     

Soo Yin hampir terjatuh dari kursinya ketika mendengar dering ponsel disertai getaran dari atas meja. Namun wajahnya langsung bercahaya ketika melihat nama yang tertera di layar ponsel.     

Soo Yin mengamati sekeliling sebelum melakukan panggilan video call. Ternyata Kim Soo Hyun belum kembali ke dalam ruangan sehingga Soo Yin bisa bernafas lega.     

"Sayang, bagaimana pekerjaanmu hari ini?" Wajah Dae Hyun terpampang jelas di layar ponsel sembari tersenyum menawan. Meski kali ini raut wajahnya tampak lelah.     

"Hmmm, lumayan. Hari ini aku mengikuti Kim Soo Hyun. Lalu, bagaimana dengan pekerjaanmu? Kapan kau pulang? Kenapa kelopak matamu berkantung? Apa kau tidak tidur semalaman?" Banyak pertanyaan yang langsung terlontar dari bibir Soo Yin. Ia merasa khawatir karena ada lingkaran hitam mengelilingi mata suaminya persis seperti panda.     

"Bisakah kau menanyakan satu per satu? Aku bahkan sudah lupa pertanyaanmu," ujar Dae Hyun seraya terkekeh.     

"Aku hanya mencemaskanmu," ujar Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya.     

"Aku hanya ingin segera pulang menemui istri manisku sehingga aku lembur. Lagi pula berada jauh darimu membuatku tidak bisa tidur," sahut Dae Hyun dengan jujur. Hatinya tak bisa tenang ketika memikirkan Soo Yin bersama Kim Soo Hyun. Meskipun ia yakin jika saudaranya m sekarang tidak mungkin berani menggodanya lagi.     

Soo Yin mengulum senyum mendengarnya.     

"Seharusnya kau memperhatikan waktu tidurmu. Jangan sampai kau jatuh sakit," tukas Soo Yin dengan wajah cemberut. Ia tidak suka jika suaminya terlalu bekerja keras.     

"Baiklah, nanti malam aku akan tidur lebih cepat. Namun artinya aku akan berada disini kau lebih lama lagi." Dae Hyun menghela nafas panjang, wajahnya terlihat masam.     

"Ya sudah, kalau begitu jangan tidur cepat. Segera selesaikan pekerjaanmu agar cepat kembali ke Seoul," tukas Soo Yin dengan hidung yang kembang kempis.     

"Apa kau sudah tidak sabar ingin bertemu denganku? Katakan apa yang akan kau berikan jika aku pulang?" Dae Hyun mengukir senyuman nakal di bibirnya.     

"Tidak, aku hanya tidak mau bekerja lebih lama lagi dengan adikmu," sanggah Soo Yin sembari mengulum senyum.     

"Benarkah? Apa dia menyebalkan?" tanya Dae Hyun penasaran.     

"Tidak, dia terlalu baik malah. Sehingga aku tidak mau jika terlalu lama dengannya."     

"Hmm, jadi kau tidak merindukanku?" goda Dae Hyun sembari mengerling nakal.     

"Tidak." Soo Yin memalingkan wajahnya ke arah lain pura-pura sedang sibuk mengerjakan sesuatu.     

"Lihatlah wajahmu saja memerah." Dae Hyun terkekeh geli karena sudah berhasil menggoda istri kecilnya.     

"Kau ini sangat menyebalkan." Soo Yin mencebikkan bibirnya pura-pura marah.     

"Meski menyebalkan tapi kau juga sangat merindukan diriku."     

Mereka terus saja mengobrol di sertai dengan kekehan dan tawa yang renyah.     

Di luar, Kim Soo Hyun hendak masuk ke dalam ruangannya. Tangannya hampir memutar knop pintu ketika samar-samar mendengar suara Soo Yin yang tertawa begitu renyah.     

Ia membuka pintu sedikit untuk mengetahui dengan siapa sebenarnya Soo Yin mengobrol. Sehingga terdengar begitu menyenangkan sekali.     

Hatinya kini kembali perih dan sesak tatkala melihat Soo Yin yang ternyata sedang melakukan panggilan video call dengan seseorang.     

Tidak mungkin jika seorang wanita, karena Kim Soo Hyun bisa mendengar Soo Yin menyebutkan nama sayang beberapa kali.     

"Soo Yin, sebenarnya siapa pria itu?" gumam Kim Soo Hyun dengan tangan mengepal dan nafas yang menggebu-gebu.      

Kim Soo Hyun memukul tembok dengan begitu keras hingga tangannya terasa cukup nyeri.     

"Sial," umpat Kim Soo Hyun sambil melihat kepalan tangannya yang memerah.     

Kali Kim Soo Hyun sudah tidak tahan mendengar tawa renyah Soo Yin. Sehingga dengan gerakan pelan dan hati-hati melangkahkan kakinya ke dalam. Ia berdiri di depan pintu sambil memandang Soo Yin yang tampaknya tidak menyadari kehadirannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.