Istri Simpanan

Bab 385 - Godaan Setan



Bab 385 - Godaan Setan

0Hari sudah larut malam tapi Kim Soo Hyun belum selesai dengan pekerjaannya. Bahkan memang dengan sengaja mengulur-ulur agar pekerjaannya tak kunjung selesai.     

Soo Yin yang biasanya duduk di sofa jika membantu Dae Hyun kini justru memilih duduk di kursinya. Ia harus menopang kepalanya dengan sebelah tangan untuk menahan rasa kantuk yang sudah hampir tidak bisa tahan. Hingga beberapa kali kepalanya hampir terjatuh menyentuh meja.     

"Kapan pulangnya?" Gumam Soo Yin sembari melihat jam dinding yang hampir menunjukkan jam setengah sebelas malam. Jika bekerja dengan Dae Hyun pasti Soo Yin sudah disuruh pulang atau tertidur di kamar.     

Soo Yin memandang ke arah Kim Soo Hyun yang masih sibuk dengan berkas yang menumpuk di atas meja.     

Kim Soo Hyun dapat melihat wajah sayu Soo Yin dari mejanya. Sebenarnya pria itu merasa kasihan melihat wajahnya yang sudah tampak lelah. Namuni ini adalah salah satu cara agar mereka bisa bersama-sama terus.     

"Maaf, jika tindakanku membuatmu terluka," ujar Kim Soo Hyun tersenyum pahit.     

"Jika mencintaimu secara terang-terangan membuatmu takut. Maka mungkin seperti inilah caranya aku mencintai," imbuh Kim Soo Hyun yang sudah mulai kehilangan akal sehatnya setelah ditolak Soo Yin.     

Ditambah lagi jika mengingat Soo Yin berbicara bersama pria lain dengan santai. Membuat Kim Soo Hyun ingin sekali memilikinya.     

Kim Soo Hyun lantas memutuskan pergi meninggalkan ruangan untuk mengambil dua cangkir kopi untuk dirinya dan Soo Yin.      

Namun sayang sekali karena begitu kembali ke ruangan, Soo Yin justru sudah tertidur dengan meletakkan kepalanya di atas meja dan lengannya sebagai bantalan. Embusan nafasnya terdengar lirih dan teratur.     

"Soo Yin, bangunlah," ujar Kim Soo Hyun lembut. Sungguh ada rasa menyesal dengan sikapnya yang hari ini sudah sangat keterlaluan.     

"Hmmm." Soo Yin hanya menggerakkan tubuhnya sedikit dengan mata yang masih terpejam.     

"Maaf, Sayang. Aku membuatmu kelelahan." Kim Soo Hyun mengusap puncak kepala Soo Yin dengan lembut.     

Masih ada rasa penasaran untuk mengetahui siapa pria yang tadi berbicara dengan Soo Yin di telepon. Kim Soo Hyun lantas mengambil ponsel Soo Yin yang tergelatak di atas meja di sisi kepalanya.     

"Sial, ponselnya terkunci!" umpat Kim Soo Hyun dengan suara lirih.     

Meski terkunci tapi Kim Soo Hyun bisa melihat layar depan meskipun beberapa saat. Foto yang digunakan Soo Yin sebagai wallpaper sudah diganti. Itu hanyalah sebuah pemandangan yang ada di Bunjee Artpia, Jeju Island.     

Derttt …     

Kim Soo Hyun hampir saja melompat ketika merasakan getaran ponsel Soo Yin yang ada di tangannya.     

Ada nama Dae Hyun yang tertera di layar ponsel.     

Kim Soo Hyun menautkan kedua alisnya. Merasa sangat penasaran kenapa saudaranya menghubungi Soo Yin malam seperti ini.     

Kim Soo Hyun langsung menekan tombol jawab dan meletakkan ponsel di telinganya dalam keadaan diam. Suasana hening hingga beberapa saat karena tidak ada yang berbicara terlebih dahulu.     

"Soo Yin, apa kau sudah tidur?" ujar Dae Hyun di seberang telepon karena Soo Yin tak kunjung menyapanya.     

"Dia sudah tertidur," sahut Kim Soo Hyun yang keceplosan. Padahal berniat untuk membungkam mulutnya.     

"Soo Hyun, kenapa kau bersama Soo Yin?" ucap Dae Hyun dengan nada yang meninggi.     

"Kami lembur dan dia ketiduran," sahut Kim Soo Hyun enteng.     

"Kau itu kenapa? Bukankah kau dulu memarahiku karena mengajak Soo Yin lembur? Kenapa sekarang kau mengajaknya sampai dia ketid?" tukas Dae Hyun dengan nada yang tidak suka.     

"Sudahlah, dia sekarang bekerja untukku. Sehingga terserah apa yang akan aku lakukan padanya," sahut Kim Soo Hyun.     

"Kau memang sudah tidak waras!" maki Dae Hyun dengan suara yang begitu lantang hingga Kim Soo Hyun menjauhkan ponsel dari telinganya.     

"Sudahlah, sekarang jangan mengganggunya. Ini sudah malam," ujar Kim Soo Hyun lantas mematikan sambungan telepon.     

Memang benar jika suara pria yang di telepon Soo Yin tadi sangatlah mirip dengan Dae Hyun. Namun rasanya tidak mungkin jika itu saudaranya.     

Kim Soo Hyun menggelengkan kepalanya karena tidak ada bukti. Ia lantas meletakkan ponsel Soo Yin kembali ke atas meja. Ingin membangunkannya tapi  tidak tega karena Soo Yin tampak sangat kelelahan.     

Ia kemudian membopong tubuh Soo Yin lalu membawanya masuk ke dalam kamar.     

Soo Yin menggeliat seksi ketika baru saja diturunkan di ranjang. Membuat tubuhnya yang molek terlihat semakin menggoda.     

Terbersit dalam pikiran Kim Soo Hyun untuk melakukan sesuatu yang buruk. Jika tidak bisa mendapatkan secara halus maka sebaiknya mendapatkannya secara paksa.     

Kim Soo Hyun menaiki ranjang kemudian duduk di samping Soo Yin. Mulai mengamati setiap lekuk tubuh Soo Yin. Mengusap pipinya dengan lembut sambil tersenyum miring.     

Tangannya kemudian menyusuri hingga sampai ke leher dan kemeja Soo Yin yang masih terkancing dengan benar. Pikiran Kim Soo Hyun sudah diliputi dengan nafsu memiliki sehingga tangannya mulai melepaskan satu per satu kancing kemeja Soo Yin.     

"Soo Hyun, sadarlah. Kau tidak boleh melakukannya," gumam Kim Soo berusaha menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu hal yang dilarang.     

Kim Soo Hyun memilih berdiri agar setan tidak terus menggodanya. Membisikkan kata agar tidak boleh rela jika Soo Yin bersama pria lain.     

"Arghhhh!" Kim Soo Hyun meninju tembok karena merasa sangat kesal. Dia tak mungkin melakukan hal sekeji itu untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.     

Lantas ia memilih pergi meninggalkan kamar. Dirinya tidak ingin seperti Dae Hyun yang menikah karena melakukan sesuatu di luar pernikahan terlebih dahulu. Baginya menikah itu penting. Lagipula dirinya juga tidak ingin mengecewakan ibunya.     

°     

°     

Cahaya matahari pagi mulai masuk melalui celah jendela kaca. Sangat silau mengenai Soo Yin hingga menutupi matanya dengan telapak tangan. Semalam rasa kantuknya terlalu berat sehingga tidak bangun lagi setelah tertidur.     

Matanya menatap langit-langit kamar, mengamati dengan seksama jika itu bukanlah kamar yang ada di villa Pyeongchang-dong. Namun kamar itu juga tidak asing ketika Soo Yin mengedarkan pandangannya.     

"Bagaimana bisa aku tidur di sini?" Soo Yin lantas terduduk dan mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.     

"Ya ampun, kenapa aku sampai ketiduran," gumam Soo Yin seraya mengusap wajahnya dengan telapak tangan.     

Soo Yin segera turun dari ranjang kemudian ke kamar mandi untuk mencuci muka. Sebelum bekerja mungkin sebaiknya untuk pulang dan mengganti pakaian terlebih dahulu.     

Baru saja membuka pintu kamar hendak keluar, Kim Soo Hyun tepat berdiri di depannya sehingga menghalanginya untuk lewat.     

"Tuan, aku sebaiknya pulang terlebih dahulu. Aku harus mengganti pakaianku," ujar Soo Yin tidak berani menatap pria di depannya.     

"Kau tidak perlu pulang karena aku sudah membelikan pakaian untukmu," sahut Kim Soo Hyun sembari menyerahkan paper bag yang ada di tangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.