Istri Simpanan

Bab 386 - Kancing yang terbuka



Bab 386 - Kancing yang terbuka

0Soo Yin hanya bisa menghela napas pasrah. Tidak tahu sampai kapan dirinya akan terjebak bersama Kim Soo Hyun. Berharap semoga saja Dae Hyun cepat kembali ke Seoul.     

"Terima kasih, kalau begitu aku akan mengganti pakaianku terlebih dahulu," ujar Soo Yin lalu menutup pintu kamar.     

Kamar kecil itu sudah tidak asing sebenarnya bagi Soo Yin, karena beberapa kali memang pernah menginap di sana. Namun kali ini kamar ini terasa berbeda karena bukan Dae Hyun lagi yang menempati ruangannya.     

Soo Yin masuk ke dalam kamar mandi ingin membersihkan diri terlebih dahulu. Ketika hendak membuka kancing kemeja, ia baru menyadari jika beberapa kancingnya terbuka.     

Jantungnya langsung berdebar dengan telapak tangan yang menutupi dadanya, semoga saja tadi Kim Soo Hyun tidak melihat belahan dadanya yang terbuka.     

Soo Yin berpikir jika rasanya tidak mungkin membuka kancing kemejanya sendiri ketika tertidur. Selama tidak pernah terjadi hal semacam itu kecuali ada Dae Hyun di dekatnya.     

"Jangan-jangan …." Soo Yin menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin adik iparnya berani melakukan hal itu. Selama ini Soo Yin mengenalnya seorang pria yang sangat baik. Hanya beberapa hari ini saja mendadak sangat aneh dan berubah.     

Soo Yin tidak ingin memikirkan yang tidak-tidak tentang adik iparnya. Ia lantas mempercepat mandinya.     

Setelah selesai, Soo Yin meraih paper bag yang tergeletak di atas ranjang. Mengeluarkan satu per satu isi yang ada di dalamnya.     

Mata Soo Yin terbelalak lebar ketika melihat atasan yang berwarna putih dengan bahan tipis dan transparan. Pakaian dalamnya berwarna merah yang senada. Sedangkan roknya jika dipakai agak terlalu ketat. Meski belum mencobanya tapi Soo Yin sudah bisa mengetahui lekuk tubuhnya akan sangat terlihat.     

"Apa maksud Kim Soo Hyun dengan semua ini?" Soo Yin meletakkan pakaian itu kembali ke atas ranjang. Ia merasa sangat tidak nyaman ketika hendak memakainya.     

Soo Yin memutuskan untuk masuk kembali ke kamar mandi untuk menghubungi Dae Hyun.     

"Soo Yin, ada apa? Apa kau sudah pulang ke rumah?" tanya Dae Hyun yang terdengar cemas.     

"Sayang, kapan kau pulang? Cepatlah kembali ke Seoul," rengek Soo Yin. Berbicara selirih mungkin agar Kim Soo Hyun tidak mendengarkannya.     

"Memangnya ada apa? Apa Kim Soo Hyun melakukan sesuatu yang buruk padamu?" ujar Dae Hyun dengan nada cukup tinggi.     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya. Ingin mengatakan semuanya tapi takut membuat mereka bertengkar. Lagi pula bisa jadi itu hanyalah sebuah pemikiran yang belum tentu benar.     

"Tidak, aku hanya sangat rindu ingin bertemu denganmu," ujar Soo Hyun karena tidak ingin suaminya merasa cemas.     

"Tenanglah, besok mungkin aku akan pulang." Dae Hyun bisa bernafas lega mengetahui kabar Soo Yin baik-baik saja.     

"Apa kau semalam lembur bersama Kim Soo Hyun?" imbuh Dae Hyun.     

"Dari mana kau tahu jika aku lembur?" Soo Yin mengingat-ingat jika tak mengatakan apapun kepada suaminya.     

"Aku menghubungimu tapi yang menjawab justru Kim Soo Hyun. Beruntung aku tidak mengatakan kata 'sayang'," ujar Dae Hyun sembari berdecak kesal karena sepertinya Kim Soo Hyun sengaja mengambil kesempatan selagi dirinya tidak ada.     

"Lalu apa yang dia katakan?" tanya Soo Yin penasaran. Ia bernafas lega karena sudah mengganti wallpaper pada layar ponselnya. Jika tidak, mungkin saja saat ini sudah ketahuan.     

"Dia mengatakan karena kau sedang bekerja dengannya, sehingga bebas melakukan apapun," ujar Dae Hyun.     

"Lalu kenapa kau kemarin tiba-tiba mematikan sambungan video call?" imbuh Dae Hyun.     

"Kemarin hampir saja Kim Soo Hyun mengetahui jika kau yang menelepon. Untunglah kau sudah mematikannya. Aku rasa Kim Soo Hyun sudah mulai mencurigai jika ada hubungan di antara kita," tukas Soo Yin.     

"Tidak apa-apa, lagipula cepat atau lambat kelak dia akan tahu semuanya." Dae Hyun mencoba menenangkan Soo Yin agar tidak terlalu memikirkan hal itu.     

Tok … tok … tok ….     

"Apa kau belum selesai?" seru Kim Soo Hyun dari luar tapi masih terdengar samar-samar hingga kamar mandi.     

"Sayang, sudah dulu karena Kim Soo Hyun sudah memanggilku," ujar Soo Yin dengan gugup.     

"Bersabarlah, sebisa mungkin secepatnya aku akan pulang.     

Soo Yin segera memastikan sambungan telepon lalu keluar kamar mandi. Dirinya ingin membuka pintu tapi masih mengenakan handuk sehingga mengurungkan niatnya.     

"Tuan, tunggu sebentar," seru Soo Yin sambil mondar mandir memikirkan cara bagaimana keluar tanpa mengenakan pakaian tersebut.     

Soo Yin sendiri merasa tidak nyaman jika memakai pakaian terlalu seksi di depan orang-orang kecuali di depan suaminya sendiri.     

Soo Yin memutuskan mengirim pesan kepada Chang Yuan. Selama ini Asisten Chang selalu pandai memilih sesuai selera Dae Hyun.     

[Asisten Chang, tolong bawakan pakaian untukku ke ruangan Kim Soo Hyun, secepatnya karena ini darurat] tulis Soo Yin kemudian mengirimkannya.     

[Baik, Nona] balas Chang Yuan satu menit kemudian.     

Tidak salah Dae Hyun memilih seorang asisten seperti Chang Yuan karena ia sangat cekatan dan bisa diandalkan.     

"Soo Yin, jika belum selesai aku ke restoran terlebih dahulu. Kau harus menyusul secepatnya," ujar Kim Soo Hyun.     

"Iya, Tuan." Soo Yin menghela nafas panjang mengetahui Kim Soo Hyun keluar dari ruangan itu.     

Soo Yin duduk kembali di sisi ranjang menunggu Chang Yuan. Benar saja baru 15 menit, ada seseorang yang  mengetuk pintu.     

"Nona, ini aku," ujar Chang Yuan.     

"Taruh saja di depan pintu nanti aku akan mengambilnya," seru Soo Yin. Jika wanita yang mengantarnya, tidak masalah untuk keluar. Namun sayangnya itu adalah Chang Yuan.     

"Baik, Nona."     

Soo Yin menempelkan telinganya di daun pintu untuk mendengarkan suara langkah kaki yang perlahan menjauh.     

Wajahnya berbinar dan tersenyum senang ketika mendapatkan pakaian yang nyaman dan dinginkan olehnya. Pakaian yang sopan tapi sangat cantik di tubuhnya. Sepertinya mulai sekarang harus belajar dai Chang Yuan dalam memilih pakaian.     

Soo Yin memutuskan untuk menyusul Kim Soo Hyun ke restoran setelah selesai mengganti pakaiannya.karena ia juga merasa sangat lapar. Jangan sampai lambungnya lambuh. Dae Hyun pasti akan memarahinya jika sampai telat makan.     

Kim Soo Hyun menautkan kedua alisnya ketika melihat Soo Yin tidak mengenakan pakaian yang dipilihnya. Sebenarnya bukan dia yang memilih tapi pelayan toko yang mencarikannya. Ia hanya melihat jika pakaian itu berwarna putih bukannya merah.     

"Soo Yin, apa kau tidak mengenakan pakaian yang aku belikan?" Kim Soo Hyun menaikkan sebelah alisnya. Ada perasaan sedikit tidak suka.     

"Maaf, bajunya kekecilan dan sempit. Aku tidak bisa mengenakannya," ujar Soo Yin sembari meringis.     

"Benarkah?"     

"Hmmm." Soo Yin menganggukan kepalanya.     

"Aku sama sekali tidak tahu. Pelayan toko yang mencarikannya," ujar Kim Soo Hyun dengan rasa tidak enak hati. Padahal tadi ingin jika Soo Yin merasa kagum padanya.     

Mungkin setelah ini harus kembali ke toko baju itu untuk memberi perhitungan kepada pelayan itu.     

"Tidak apa-apa." Soo Yin bersyukur belum menceritakannya kepada Dae Hyun. Ternyata semua itu hanyalah kesalahpahaman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.