Istri Simpanan

Bab 387 - Tebakan yang tepat



Bab 387 - Tebakan yang tepat

0Lagi-lagi malam ini Kim Soo Hyun mengajak Soo Yin lembur untuk yang ketiga kalinya. Tanpa memperbolehkannya untuk pulang meski hanya sekedar mengambil pakaian. Sudah berbagai macam alasan, Soo Yin coba untuk katakan tapi selalu saja tidak berhasil.     

Dae Hyun tidak jadi pulang awal karena harus menyelesaikan pekerjaannya dengan segera. Setelah menjadi wakil, Dae Hyun justru semakin sibuk dengan pekerjaannya.     

Malam ini Soo Yin harus pergi ke kampus karena ada mata kuliah, hanya bisa pasrah jika tidak diperbolehkan untuk pergi.     

Ia terus berdiri gelisah sambil mondar-mandir memikirkan cara agar bisa keluar dari jangkauan Kim Soo Hyun.     

"Soo Yin, apa yang kau lakukan?" Kim Soo Hyun baru saja masuk ke dalam  ruangan sambil membawa dua cangkir kopi. Dahinya berkerut ketika melihat Soo Yin yang berjalan kesana kemari sambil menggigit ujung kukunya.     

"Maaf Tuan, aku mohon izinkan malam ini untuk pulang karena aku harus pergi ke kampus," bujuk Soo Yin dengan wajah memelas agar Kim Soo Hyun merasa iba dengannya.     

Kim Soo Hyun memandang Soo Yin sambil menimbang-nimbang untuk mengabulkan permintaan Soo Yin atau tidak. Pria itu menghela nafas panjang karena sepertinya sudah keterlaluan beberapa hari ini dengan pujaannya.     

"Baiklah, tapi biarkan aku mengantarmu," tukas Kim Soo Hyun dengan tegas.     

Ingin sekali rasanya Kim Soo Hyun bersikap biasa saja seperti sebelum Soo Yin menolaknya tapi ia tidak bisa melakukannya. Pikirannya terus menghasut agar mengekang Soo Yin agar selalu dekat dengannya.     

"Jangan, sebaiknya aku naik taksi saja," tolak Soo Yin dengan cepat. Jika Kim Soo Hyun mengantarnya maka tidak mungkin bisa pulang ke villa. Sedangkan ada buku dan beberapa barang yang harus diambilnya.     

Kim Soo Hyun mengerutkan keningnya, mencurigai ada sesuatu hal yang disembunyikan oleh Kim Soo Hyun.     

"Tidak apa-apa, pergi bersama denganku akan lebih cepat. Jika kau naik taksi maka kau akan terlambat," tukas Kim Hyun. Ia melakukannya dengan sengaja, tidak mengizinkan Soo Yin pergi lebih awal  agar mau tidak mau diantarkan olehnya.     

Soo Yin Hanya menghela nafas pasrah. Dilihatnya jam dinding, hanya ada waktu setengah jam untuk sampai di kampus agar tidak telat.     

"Baiklah." Soo Yin terpaksa setuju karena menolak pun sangat sulit.     

Sebelum berangkat Soo Yin mengirim pesan kepada Chung Ho agar mengantarkan beberapa buku ke kampus.     

Kim Soo Hyun segera mengemudikan mobilnya menembus jalanan malam yang terlihat cerah. Pikirannya terus berandai-andai jika Soo Yin menjadi kekasihnya. Bayangan mereka berjalan melewati altar sambil bergandengan tangan lantas membuat bibirnya mengulas senyum tipis.     

Soo Yin yang duduk di sebelahnya, memandang sekilas Kim Soo Hyun yang tampak melamun dengan sebelah tangan yang diletakkan di pelipisnya. Ia merasa pria itu seperti bukan pria yang dulu dikenalnya.     

Kim Soo Hyun menoleh ke arah Soo Yin ketika menyadari dirinya diamati sembari menghela nafas panjang. Sejujurnya dia juga tidak ingin terlalu memaksakan kehendak seperti ini. Namun cinta sudah membuatnya gila.     

"Soo Yin, tak bisakah kau membuka hatimu untukku meski sedikit saja?" ujar Kim Soo Hyun dengan nada sendu.     

Soo Yin terkesiap mendengarnya lalu membenarkan posisi duduknya dengan gelisah.     

"Aku bukanlah gadis baik. Aku yakin kau kelak mendapatkan gadis yang jauh lebih pantas untuk bersanding denganmu," ucap Soo Yin dengan jujur. Dirinya tidak ingin terjebak kebohongan lagi yang akan membuat Kim Soo Hyun semakin terluka.     

"Aku tidak menginginkan gadis manapun. Hanya kau yang bisa menyentuh hatiku dari sekian banyak wanita yang aku temui." Pandangan Kim Soo Hyun menerawang jauh mengingat begitu banyak dahulu wanita yang mencoba untuk dekat dengannya tapi tak ada satupun yang benar-benar tulus.     

"Jika kau seperti ini terus kau hanya akan semakin menyakiti hatimu sendiri,"ujar Soo Yin yang sudah mulai tidak sabar karena sangat sulit sekali memberikan pengertian kepada Kim Soo Hyun.     

"Aku yakin masih ada harapan untuk kau mencintaiku meski kecil. Aku ingin sekali bersaing dengan pria yang kau hubungi waktu itu." Kim Soo Hyun mendengus kemudian terkekeh.     

"Kau tidak akan bisa bersaing dengannya karena aku bukanlah barang yang bisa diperebutkan," tukas Soo Yin dengan nada datar dan sedikit kesal.     

"Justru karena kau bukan barang sehingga banyak yang ingin mendapatkanmu. Pertemukan aku dengan pria itu," pinta Kim Soo Hyun sembari memandang Soo Yin beberapa saat.     

Soo Yin menyipitkan matanya. Tidak mungkin kakak beradik itu bertemu karena mungkin saja perang dunia akan terjadi.     

"Kenapa? Apa kau takut jika aku mengenalnya?" tanya Kim Soo Hyun dengan bibir sebelah yang tertarik ke atas     

"Ti … tidak, kau tidak mungkin mengenalnya," ujar Soo Yin tergagap. Sepertinya dugaannya benar jika Kim Soo Hyun mulai curiga.     

"Kalau begitu kenapa kau terlihat ketakutan seperti itu?"     

"Bukannya aku takut. Hanya saja dia tidak mungkin mau bertemu denganmu. Lagi pula dia tidak berada di Seoul," ujar Soo Yin. Duduknya gelisah dengan tangan yang diletakkan di tengah-tengah kakinya.     

"Apa dia di pulau Geoje?" tebak Kim Soo Hyun dengan santai.     

Soo Yin terbelalak karena tebakan Kim Soo Hyun begitu tepat sasaran. Namun sebisa mungkin bersikap biasa saja agar tidak dicurigai.     

"Tentu saja bukan. Kenapa kau menebak seperti itu?" tanya Soo Yin panasaran.     

"Aku hanya menebak secara acak saja. Barangkali tebakanku benar," sahut Kim Soo Hyun dengan nada datar.     

Soo Yin tidak menyangka jika akan terlibat pembicaraan seperti ini dengan adik iparnya. Ia bisa bernafas lega karena tidak lama kemudian mobil sudah sampai di depan gerbang kampus.     

"Kim Soo Hyun, terima kasih sudah repot mengantarku," ucap Soo Yin sebelum turun dari mobil.     

"Hmmm, jika kau sudah pulang hubungi aku. Biarkan aku menjemputmu," ujar Kim Soo Hyun.     

"Tidak usah, sebaiknya aku pulang sendiri saja. Aku tidak ingin merepotkan siapapun," tolak Soo Yin sembari melepaskan sabuk pengamannya. Tanpa mendengarkan perkataan Kim Soo Hyun lagi Soo Yin segera turun dari mobil.     

Soo Yin terus melangkahkan kakinya tanpa menoleh ke belakang. Berharap semoga saja Kim Soo Hyun cepat pergi karena sebentar lagi Chung Ho sudah sampai.     

Benar saja, tidak lama kemudian Chung Ho menghubungi jika dirinya sudah sampai di depan pintu gerbang.     

Soo Yin terpaksa berbalik, tapi untunglah sudah tidak ada mobil Kim Soo Hyun di sana.     

"Chung Ho, terima kasih," ucap Soo Yin sembari menerima beberapa buku dari tangan Chung Ho.     

"Tidak masalah, jika Nona sudah selesai katakan saja. Nanti aku akan menjemput," ujar Chung Ho sembari membungkukkan tubuhnya dengan sopan.     

"Baiklah."     

Dari dalam sebuah mobil yang bersembunyi di dekat pohon dengan cahaya remang-remang . Kim Soo Hyun mengamati siapa yang datang menemui Soo Yin.     

"Sepertinya aku pernah melihatnya," gumam Kim Soo Hyun.     

Kim Soo Hyun berpikir jika Soo Yin bukanlah gadis biasa. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan Soo Yin.     

l     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.