Istri Simpanan

Bab 389 - Sentuhan



Bab 389 - Sentuhan

0Soo Yin berjongkok kemudian melepaskan sepatu beserta kaos kaki satu per satu dari kaki Dae Hyun. Lalu meletakkannya di lantai.     

Lantas Soo Yin ikut duduk di sofa sambil melepaskan dasi yang melingkar di leher Dae Hyun. Wajah mereka sangat dekat sehingga Soo Yin bisa merasakan dengkuran nafas halus suaminya yang menerpa wajahnya.     

Tubuh Dae Hyun mulai bergerak sedikit ketika Soo Yin hendak melepaskan dasinya karena merasa risih dengan sentuhan tangan Soo Yin yang mengenai tengkuknya. Ia perlahan membuka mata sedikit, mengintip Soo Yin yang sedang menyentuh dagunya. Mengusapnya dengan begitu lembut sehingga menimbulkan gelayar seperti aliran listrik yang mengalir di sekujur tubuhnya.     

Dae Hyun merapatkan kembali matanya berharap Soo Yin melepaskan sentuhannya. Namun sentuhan Soo Yin semakin lama begitu halus dengan sebelah tangan berada di pahanya. Bagian inti tubuhnya seketika mengeras.     

"Apa kau sudah tidak sabar sehingga hendak melakukannya tanpa sepengetahuanku?" ucap Dae Hyun dengan mata yang terpejam. Bibirnya mengulum senyum menahan rintihan yang hendak lolos dari bibirnya.     

"Tidak," sanggah Soo Yin yang sontak berdiri karena terkejut. Ia pikir Dae Hyun tadi tertidur dan tidak bermaksud untuk melakukan apapun.     

Dae Hyun perlahan membuka matanya untuk memandang wajah Soo Yin yang sudah dirindukannya.     

"Kau mengerjaiku," ujar Soo Yin sembari memukul dada bidang suaminya.     

"Aku terbangun ketika kau menyentuhku. Otot-otot di tubuhku terasa hidup jika kau berada di sampingku." Dae Hyun mengedipkan sebelah matanya, mengerling nakal.     

"Jangan berpikiran mesum, ayo tidur di kamar karena ini sudah larut malam," ajak Soo Yin. Ia seperti burung yang terlepas dari sangkar setelah beberapa hari tidak pulang.     

"Tunggu sebentar." Dae Hyun menahan pergelangan tangan Soo Yin ketika hendak melangkah keluar. Menariknya hingga Soo Yin jatuh di pangkuannya.     

Dae Hyun mulai mencium aroma tubuh Soo Yin yang sangat memabukkan. Mengendus-endus tengkuknya dengan mata terpejam.     

"Sayang, geli," tukas Soo Yin sembari bergidik menggerakkan kepalanya.     

"Aroma tubuhmu sangat menggodaku apalagi sentuhanmu yang semakin lihai," bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin. Hasrat liarnya yang sudah tertahan mulai menjalar di sekujur tubuhnya.     

"Sayang, aku belum mandi. Ayo kita mandi terlebih dahulu." Soo Yin mencekal tangan Dae Hyun ketika hendak menyentuh dua buah sintal di dadanya.     

"Tak bisakah kita melakukannya sekarang?" ujar Dae Hyun dengan suara parau.     

"Sabarlah, aku tidak nyaman karena seharian tidak mandi." Soo Yin menutupi bibir Dae Hyun dengan jarinya. Menatapnya dengan intens hingga ke dalam bola matanya yang terdalam.     

Dae Hyun memejamkan matanya kemudian menghela nafas berat. Enggan rasanya menuruti permintaan sang istri untuk melepaskan dari genggamannya.     

"Kau selalu saja memintaku untuk menahannya," gerutu Dae Hyun.     

"Kau saja yang terlalu gampang tergoda. Aku bahkan tidak melakukan apapun," tukas Soo Yin seraya tertawa renyah.     

"Dasar gadis penggoda, sudah jelas-jelas kau berusaha membangunkanku tapi masih saja mengelak." Dae Hyun mengeratkan pelukannya beberapa saat dengan begitu kuat.     

"Sayang, lepaskan. Apa kau berniat ingin membuatku tidak bisa bernafas," tukas Soo Yin berusaha mengendurkan tangan Dae Hyun yang melingkar di dadanya.     

"Betul, aku bahkan rasanya ingin sekali membuatmu tidak bernafas dengan pria jika berada di ruangan yang sama," sahut Dae Hyun sembari terkekeh.     

"Sayang, aku ingin bercerita sedikit tentang adikmu," tukas Soo Yin.     

"Hmmm, kenapa memangnya?" tanya Dae Hyun dengan rasa malas. Ia menempelkan dagunya di pundak Soo Yin.     

"Aku tidak mau lagi bekerja dengannya. Dia hampir membuatku gila karena tidak diizinkan pulang sama sekali. Selama bekerja dengannya aku bahkan tidak boleh pulang. Dia terus memberikan tugas hingga pekerjaanku menumpuk. Terpaksa aku harus ikut lembur bersamanya," gerutu Soo Yin ingin melampiaskan semua rasa kesal yang ada di benaknya.     

"Tenanglah, mulai besok tidak akan terjadi lagi. Kau akan selalu bersamaku." Dae Hyun menyandarkan kepala Soo Yin di pundaknya. Merasa iba karena beberapa hari ini Soo Yin sudah tertekan.     

"Saat tadi aku menyuruhnya mencari gadis lain, dia juga tidak mau. Malah dia ingin bertemu dan bersaing denganmu," tukas Soo Yin. Menceritakan semua keluh kesah yang ada di hatinya. Berada di dekat Dae Hyun seperti ini membuatnya sangat nyaman dan tenang.     

"Kenapa kau tidak katakan saja jika dia sering bertemu denganku?"     

"Mana mungkin aku berani mengatakannya. Sudahlah, aku ingin mandi dulu. Tubuhku terasa sangat lelah." Soo Yin menghela nafas panjang kemudian bangkit berdiri.     

"Pergilah terlebih dahulu, aku akan menyusul. Ada beberapa file yang harus kukerjakan," ujar Dae Hyun.     

"Ingat, jangan terlalu lama atau aku akan marah karena kau lebih mementingkan pekerjaan daripada diriku." Soo Yin menyipitkan matanya dengan bibir yang mengerucut ke depan.     

"Aku janji hanya sepuluh menit saja," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin menganggukan kepalanya lalu bergegas keluar dari ruang kerja. Matanya kembali terasa berat hingga ketika hendak masuk ke dalam kamar ia menabrak pintu.     

"Aduh …." seru Soo Yin sembari memegang dahinya yang terasa cukup sakit karena membentur kayu.     

Soo Yin segera membersihkan diri agar terasa segar dan tidur dengan nyenyak. Setelah selesai mandi, Soo Yin berharap jika suaminya sudah berada di kamar. Namun sayang sekali, karena dia belum juga kembali padahal sudah berjanji hanya sepuluh menit.     

Soo Yin merogoh ponselnya yang ada di dalam tas untuk mengirim pesan kepada suaminya. Ia enggan jika harus berteriak di tengah malam.     

[Ternyata pekerjaan memang lebih penting dariku. Tidur saja bersama file-mu mulai sekarang. Tidak usah tidur bersamaku lagi!] tulis Soo Yin dengan rasa marah yang sudah mulai merasuk.     

Wanita mana yang tidak kesal karena suaminya selalu mementingkan pekerjaan Sari istrinya padahal hari sudah larut malam dan bahkan baru saja kembali.     

Dae Hyun baru saja menutup laptopnya ketika mendapatkan pesan dari istri kecilnya. Bukannya kesal, Dae Hyun justru tersenyum ketika membacanya.      

Selama menjalin pernikahan dengan Aeri, tak pernah sekalipun melarangnya jika bekerja sampai larut dan tidak memperdulikannya. Mungkin karena mereka tidak saling mencintai sehingga tidak terlalu peduli.     

Sekarang setelah mereka hendak berpisah barulah Aeri memperdulikannya.     

Hanya satu cara agar Aeri mau bercerai dengannya yaitu mengumumkan hubungannya dengan Soo Yin. Lagi pula sekarang dirinya tidak perlu memikirkan hotel karena sudah ada Kim Soo Hyun. Sebaiknya besok membicarakannya dengan Soo Yin. Karena ia tahu Aeri akan melakukan segala cara dengan mengulur waktu melalui Jo Yeon Ho.     

Setelah membaca pesan, Dae Hyun segera buru-buru kembali ke kamar sebelum istri kecilnya marah.     

"Maaf Sayang, aku baru saja menyelesaikannya," ucap Dae Hyun seraya menghampiri Soo Yin yang sedang mengeringkan rambut di depan cermin.     

"Kalau aku tidak mengirimkan pesan, mungkin kau juga tidak akan buru-buru kembali," ucap Soo Yin sembari mendengus kemudian mengerucutkan bibirnya.     

"Ah, sayang sekali sepertinya istriku yang manis ini benar-benar marah. Lihatlah wajah cantiknya jadi berkerut," goda Dae Hyun sembari menatap Soo Yin dari pantulan cermin.     

"Sudahlah, tidak usah membual. Sekarang cepatlah mandi," ujar Soo Yin seraya berbalik lalu mendorong tubuh suaminya menuju pintu kamar mandi.     

"Tampaknya kau memang sudah tidak sabar," goda Dae Hyun sembari terkekeh.     

"Cepatlah mandi!" seru Soo Yin yang sudah mulai tidak sabar.     

Dae Hyun lantas menutup pintu kamar mandi sebelum istri kecilnya mengamuk.     

Sedangkan Soo Yin melangkahkan kakinya kembali ke ranjang. Tubuh yang lelah dan mata yang mengantuk, membuatnya tidak tahan untuk membaringkan tubuhnya di ranjang masih menggunakan jubah mandi.     

Bahkan untuk ke ruang ganti mencari pakaian saja rasanya sangat malas. Soo Yin terus menguap dan perlahan akhirnya memejamkan matanya beberapa saat. Jika nanti Dae Hyun selesai mandi barulah dirinya akan bangun.     

Dae Hyun sudah selesai membersihkan diri. Dahinya berkerut ketika menghampiri Soo Yin yang membelakanginya. Posisinya meringkuk seperti janin yang ada di dalam kandungan.     

"Sayang, aku sudah selesai," ujar Dae Hyun sembari ikut naik dan berbaring di sisi Soo Yin.      

Tak kunjung mendapat respon, Dae Hyun membalikkan tubuh Soo Yin hingga posisi telentang.     

"Dia bahkan sudah tertidur pulas," gumam Dae Hyun sembari mendengus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.