Istri Simpanan

Bab 390 - Tidak merasakannya



Bab 390 - Tidak merasakannya

0Tidak terasa sepertinya baru saja beberapa jam mata terpejam tapi ternyata hari sudah pagi. Soo Yin hanya menggeliat tanpa membuka matanya. Sangat nyaman tidur di ranjang kamarnya setelah beberapa hari tidak menyentuhnya.     

Soo Yin meraba-raba samping tempat tidur untuk menemukan pria yang dicintainya. Ternyata hanya ada bantal guling yang tersentuh tangannya. Ia penasaran hingga perlahan membuka matanya.      

Dae Hyun tidur di ujung tepi ranjang dengan bantal guling sebagai penghalang di antara mereka.     

Soo Yin melihat tubuhnya yang masih memakai jubah mandi. Semalam rupanya ketiduran padahal ia berniat hanya sebentar saja memejamkan mata. Soo Yin lantas menyingkirkan bantal guling yang menjadi penghalang. Beringsut mendekati suaminya lalu memeluknya dari belakang.     

Dae Hyun pura-pura tidur, sebenarnya sejak semalam dirinya tidak bisa tidur. Berharap jika Soo Yin terbangun, tapi sayang sekali harapannya sia-sia. Meski sudah membangunkannya berulang kali tetap saja Soo Yin tidak mau terbangun. Hanya menggeliat manja hingga memperlihatkan tubuhnya yang seksi. Soo Yin tidak memakai pakaian dalam sehingga Dae Hyun sangat mudah untuk melihatnya.     

Soo Yin sengaja mengeratkan pelukannya sambil mengusap perutnya yang seperti roti sobek. Lalu melepas tali jubah tidur yang dikenakan Dae Hyun.     

Dae Hyun masih tetap dalam posisinya meski harus menahan dengan sekuat tenaga agar tidak bergerak. Yang semakin membuatnya geli adalah ketika Soo Yin menyembunyikan wajahnya di ceruknya.     

"Soo Yin, apa yang kau lakukan? Aku masih mengantuk," ujar Dae Hyun dengan suara parau lalu menyingkirkan tangan Soo Yin yang melingkar di pinggangnya.     

"Bangunlah, sekarang sudah siang," rengek Soo Yin dengan nada manja dan semakin menempelkan dirinya.     

"Bangunlah terlebih dahulu, aku masih sangat mengantuk." Dae Hyun pura-pura menggeliat sambil menguap.     

"Sayang, bangunlah. Apa kau marah karena semalam aku tidur terlebih dahulu?" Soo Yin menggoyangkan tubuh Dae Hyun agar terbangun.     

"Kau semalaman membuatku tidak bisa tidur," gerutu Dae Hyun sembari memijat pelipisnya. Terpaksa membalik tubuhnya agar mereka saling berhadapan.     

"Memangnya kenapa?" Soo Yin menautkan kedua alisnya tanpa merasa bersalah sama sekali.     

"Lihatlah dadamu, kau bahkan tidak menyadarinya," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin merendahkan pandangannya melihat dadanya yang sedikit terbuka. Sekilas tidak terlihat ada sesuatu yang aneh.     

"Ada apa dengan dadaku?" Soo Yin mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Tidak menyadari apa yang terjadi.     

Dae Hyun mendesah panjang lalu menarik jubah mandi yang sejak semalaman digunakan Soo Yin. Hingga jubah itu terlepas dan tangan Dae Hyun sedikit membukanya.     

Arah mata Soo Yin kembali mengikuti arah pandangan suaminya. Alangkah terkejutnya melihat dadanya yang hampir penuh dengan bekas tanda cinta. Kulitnya terlihat memerah.     

"Kau melakukan semua ini?" Soo Yin menatap kedua bola mata elang milik suaminya dengan tatapan tidak percaya. Karena semalam tidak merasakan apapun.     

Soo Yin menutupi wajahnya dengan sebelah tangan. Menyadari dirinya tidur seperti orang pingsan yang tidak bisa merasakan apa-apa.     

"Kau tidak juga terbangun meskipun bibirmu mengerang." Dae Hyun menyentuh bibir Soo Yin dengan jemarinya.     

"Benarkah? Aku bahkan tidak merasakan sama sekali?"     

"Rasanya semalam ingin kugigit tubuhmu," tukas Dae Hyun dengan geram.     

"Baru semalam tidurku sangat nyenyak. Apakah hari ini kita bekerja?" tanya Soo Yin. Sejujurnya tidak ingin kemanapun hari ini.     

"Tidak usah, keluargaku juga tidak ada yang tahu jika aku kembali karena aku selalu pulang lebih cepat dari jadwal. Hanya Asisten Chang yang mengetahui semuanya."     

"Kalau begitu sebaiknya aku mengirim pesan kepada adikmu." Soo Yin meraih ponselnya yang berada di atas nakas.     

[Tuan, hari ini aku izin tidak masuk karena ada jadwal kuliah pagi. Tugasku juga menumpuk] Tulis Soo Yin sebelum akhirnya menekan tombol send.     

"Sayang, aku ingin mengakui hubungan kita di depan banyak orang," tukas Dae Hyun mengutarakan isi hatinya semalam.     

"Hubungan apa?" Soo Yin belum mengetahui arah pembicaraan mereka.     

"Rasanya terlepas dari Aeri itu sulit karena dia akan mengulur waktu dengan alasan Jo Yeon Ho. Kau tahu, aku sangat lemah jika mengenai putraku." Dae Hyun menatap mata Soo Yin dengan sendu. Sedih karena belum bisa menepati janjinya.     

"Ughh … pasti mereka akan menyalahkanku," ucap Soo Yin sambil berdecak.     

"Meskipun aku bercerai dengan Aeri baru mengatakan hubungan kita. Tetap saja mereka akan berpikiran jika kau merebutnya dariku karena kita sudah lama bersama." Dae Hyun berpikir jika mengatakan nanti atau sekarang efeknya akan sama saja.     

"Aku takut semua orang akan membenciku," ucap Soo Yin sembari menggigit bibirnya.     

"Percayalah, semuanya akan baik-baik saja. Semuanya itu butuh pengorbanan." Dae Hyun merengkuh wajah Soo Yin lalu mengecup kedua bola mata indahnya secara bergantian.     

Jujur saja jika Soo Yin merasa takut, karena kembali terngiang-ngiang bayangan masa lalu di telinganya.     

"Aku akan membuat mereka menutup mulut dengan kekuatan cinta kita." Dae Hyun tersenyum hangat agar mampu menenangkan Soo Yin.     

"Banyak juga orang yang terang-terangan memiliki dua istri. Meski mungkin akan membuat keluargaku kesal tapi sekarang tidak perlu risau karena tidak ada lagi hubungannya dengan hotel. Hotel sepenuhnya sudah tanggung jawab Kim Soo Hyun. Mungkin sebentar pasti dia akan didesak untuk segera menikah," imbuh Dae Hyun.     

"Kemarin aku bertemu dengan Yeon Ho. Dia memandangku sangat sinis dan seperti ketakutan. Sepertinya Aeri mengatakan sesuatu yang buruk tentang diriku," ujar Soo Yin. Teringat kembali tatapan mata Jo Yeon Ho yang tak seperti biasanya.     

"Aku sudah bisa menduganya. Aeri memang sengaja melakukannya karena kami membuat sebuah perjanjian."     

"Perjanjian?" Soo Yin menautkan kedua alisnya.     

"Aeri akan melepaskan aku dan Jo Yeon Ho pergi dengan satu syarat. Wanita yang menikah denganku harus dekat dengan Yeon Ho," terang Dae Hyun sedikit. Tak disangka jika Aeri melakukannya terlalu jauh.     

"Aku mengerti, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama dengannya. Seorang wanita pasti sulit untuk melepaskan hak asuh kepada pria. Hatinya pasti tidak akan tenang karena takut penggantinya seorang wanita yang jahat." Soo Yin mencoba untuk bijak meski tidak tahu maksud tujuan Aeri melakukannya.     

"Hmmm, entahlah. Namun sepertinya tujuan kalian itu berbeda, karena Aeri bukan wanita sebaik dirimu." Dae Hyun menghela nafas berat.     

"Sudahlah, tidak usah membicarakannya lagi. Katakan kenapa kau membangunkanku?" imbuh Dae Hyun. Ia tidak ingin membicarakan hal lain di saat mereka baru bertemu.     

"Tidak ada, aku hanya merindukanmu," ucap Soo Yin.     

"Benarkah? Apa kau tidak ingin melampiaskan rasa rindumu?" ujar Dae Hyun seraya mengulum senyum.     

Soo Yin diam saja karena malu untuk menjawab. Malah mengeratkan pelukannya lalu menyembunyikan kepalanya di dada kokoh suaminya. Menghirup aroma tubuhnya yang maskulin.     

Dae Hyun tidak tahan ketika Soo Yin meraba perutnya. Dengan gerakan cepat ia sudah berada di atas Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.