Istri Simpanan

Bab 391 - Penuh dan sesak 21+



Bab 391 - Penuh dan sesak 21+

0Dae Hyun menatap mata Soo Yin dengan berkabut. Tanpa aba-aba mulai mendaratkan bibirnya. Melumatnya dengan pelan untuk menyalurkan hasrat yang tertahan. Menelusuri setiap sudut mulut Soo Yin dengan gairah yang menggebu.     

Tangannya sudah bermain pada dua gundukan indah yang sudah tidak berpenghalang milik sang istri.      

Kedua benda itu kecil tapi begitu pas di tangannya. Dae Hyun mulai memainkan jarinya pada pucuk merah yang begitu kenyal. Merabanya untuk memberikan sentuhan halus dan lembut tak tertahankan.     

Tubuh Soo Yin menggelinjang hebat merasakan gelayar kenikmatan ingin mendapatkan lebih di sekujur tubuhnya. Menginginkannya lagi ketika Dae Hyun melepaskan tangannya dari gundukan itu.     

Matanya terpejam disertai erangan yang keluar dari bibir tipisnya terus terdengar hingga membuat Dae Hyun semakin bergairah.     

Setelah puas menelusuri bibir, Dae Hyun mengalihkan bibirnya menelusuri ceruk hingga telinga Soo Yin. Mencecapnya dengan penuh gairah yang semakin membuat Soo Yin menjadi tidak tahan.     

Perlahan bibir Dae Hyun mendarat pada pucuk merah yang begitu menggoda Buah yang selalu diinginkan pria untuk melahapnya sehingga ia memainkan lidahnya di sana. Ia merasa senang ketika Soo Yin meremas rambutnya dan menekan kepalanya.     

Dae Hyun menggunakan sebelah tangannya sudah mulai bermain pada daerah inti Soo Yin sehingga suara desahan panjang langsung lolos dari bibirnya.     

Tangan Soo Yin beralih pegangan dengan begitu kuat mencengkram seprai hingga kusut dan berantakan.     

Dae Hyun terus mengambil alih untuk mendominasi setiap permainannya. Membiarkan sang istri terus merasakan puncak kenikmatan ketika Dae Hyun melesakkan bagian inti tubuhnya.     

Bagian inti tubuh Soo Yin kini terasa penuh dan sangat sesak      

Suara erangan dan desahan kedua insan yang dimabuk asmara terus terdengar memenuhi ruangan. Menciptakan suara yang begitu merdu di telinga keduanya.     

Nafas Soo Yin tersengal ketika mencapai kenikmatan pertamanya. Ingin berhenti sejenak tapi Dae Hyun terus menghujamnya kembali dengan dorongan lebih kuat dan teratur.     

Keringat sudah membanjiri keduanya dengan hawa panas yang merasuk di tubuh mereka.      

Ranjang itu sudah berantakan seperti kapal pecah karena Dae Hyun meminta dengan berbagai macam gaya. Seperti tidak mengenal lelah sama sekali.     

Mereka sama-sama meloloskan desahan panjang ketika keduanya mencapai puncak secara bersamaan.     

Tubuh Dae Hyun yang sudah dipenuhi keringat ambruk di atas tubuh Soo Yin dengan nafas terengah-engah. Antara menahan lelah dan hasrat yang sudah tersalurkan. Matanya terpejam untuk merasakan sensasi yang baru saja terjadi.     

Soo Yin mengusap rambut Dae Hyun secara perlahan setelah mengatur nafasnya.     

"Sayang, turunlah. Aku bisa menjadi kempes jika kau terus berada di atasku," tukas Soo Yin tapi Dae Hyun tidak bergerak sama sekali. Justru terdengar dengkuran halus keluar dari bibirnya.     

"Apa dia tertidur?" gumam Soo Yin sambil berusaha keras agar bisa terlepas dari tubuh kekar Dae Hyun. Jika terlalu lama bisa-bisa dirinya tidak akan hidup lagi.     

"Ughhh …." Nafas Soo Yin terengah-engah setelah mendorong tubuh Dae Hyun agar menyingkir dari tubuhnya. Ia lantas duduk kemudian memakai kembali jubah mandinya. Seperti biasa pahanya akan berwarna sedikit membiru karena hujaman Dae Hyun yang terlalu kuat di tubuhnya.     

Soo Yin menutupi tubuh suaminya dengan selimut. Mungkin Dae Hyun sangat kelelahan karena semalaman tidak tidur. Dikecupnya pipi Dae Hyun sebelum turun dari ranjang. Dia harus membersihkan diri setelah beraktivitas yang sangat melelahkan.     

Setelah selesai mandi Soo Yin memandang Dae Hyun yang masih tertidur pulas. Ia tidak tega untuk membangunkan meski matahari sudah mulai naik.      

Bingung tidak melakukan sesuatu yang harus dikerjakan, Soo Yin menuruni anak tangga lalu menuju dapur ingin sarapan karena perutnya sudah keroncongan sejak tadi.     

"Selamat pagi, Bibi," sapa Soo Yin dengan ceria. Wajahnya memancarkan jika hari ini sedang bahagia.     

"Akhirnya Nona pulang juga setelah beberapa hari tidak kembali ke rumah ini," tukas Bibi Xia sembari tersenyum hangat.     

"Hmmm, bekerja dengan Kim Soo Hyun membuatku tidak bisa kemana-mana. Andaikan semalam tidak meminta izin untuk masuk kuliah pasti sekarang aku masih terjebak bersamanya." Soo Yin menghela nafas berat.     

"Dimana tuan Dae Hyun? Apa dia tidak sarapan?" tanya bibi Xia sembari mengedarkan pandangannya.     

"Dia masih tertidur, aku tidak tega membangunkannya."     

Soo Yin menarik kursi lalu duduk di depan meja makan. Air liurnya seperti akan menetes melihat makanan yang sudah dihidangkan.     

"Hmm, apakah Bibi sudah lama tinggal  bersama Dae Hyun?" tanya Soo Yin sembari mengambil makanan ke dalam piring.     

"Sebenarnya dulu bibi pernah bekerja dengan Nyonya Park tapi bibi pensiun ketika menikah," sahut bibi Xia sembari menghela nafas panjang.     

"Benarkah? Berarti Bibi mengenal semua keluarga mereka?"     

"Tentu saja, bibi dulu sempat mengurus tuan Dae Hyun dan adiknya," sahut bibi Xia.     

"Ketika bibi gadis, mereka sudah cukup besar sehingga mereka pasti akan mengenali bibi meski tidak pernah bertemu. Setelah sepuluh tahun bibi menikah ternyata suami bibi meninggal sehingga bibi bekerja keras untuk mencari biaya hidup untuk anak-anak. Hingga suatu hari bibi bertemu tuan Dae Hyun. Dia meminta bibi untuk merawat villa ini," terang Bibi Xia sedikit.     

Soo Yin menganggukan kepalanya sambil menikmati makanan yang ada di piringnya. Tidak bertanya lagi lebih jauh tentang keluarga itu.     

"Setelah ini bibi akan ke pasar karena persediaan bahan di kulkas sudah habis," pamit bibi Xia karena harus cepat pergi sebelum kehabisan ikan segar di pasar.     

"Bibi, bolehkah aku ikut? Aku ingin ikut berbelanja untuk belajar menjadi istri yang baik," tukas Soo Yin seraya menggaruk kepalanya.     

"Lalu, bagaimana dengan tuan? Dia pasti akan mencari Nona?" ujar bibi Xia.     

"Tidak apa-apa, nanti aku akan menulis pesan untuknya."     

"Tapi di pasar itu tempatnya kotor dan becek karena bibi akan mencari ikan segar." Sebelum berangkat bibi Xia harus menceritakan semuanya terlebih dahulu agar Soo Yin tidak terkejut.     

"Tidak apa-apa, Bibi," sahut Soo Yin yang tidak keberatan sama sekali.     

Bibi Xia lantas menganggukkan kepalanya. Dengan senang hati mengajak Soo Yin berbelanja sehingga mempunyai teman untuk diajak berdiskusi.     

Setelah selesai sarapan Soo Yin segera kembali ke kamarnya. Ternyata Dae Hyun sudah bangun dan baru saja keluar dari kamar mandi.     

"Sayang, kau sudah bangun?" ujar Soo Yin seraya mencari tas yang akan dibawanya.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun dengan dahi berkerut memandang Soo Yin yang sedang mengalungkan tas di pundaknya. Lalu berjalan ke depan cermin menyisir rambutnya kemudian mengikat membentuk ekor kuda.     

Dae Hyun menghampiri Soo Yin kemudian memeluknya dari belakang.     

"Kau tampak hendak pergi? Bukankah hari ini tidak ada jadwal kuliah?"      

"Aku akan pergi ke pasar. Tetaplah di rumah karena aku tidak akan lama." Soo Yin melepaskan diri lalu mendaratkan bibirnya di kedua pipi Dae Hyun.     

"Aku ikut." Dae Hyun menahan tangan Soo Yin, ketika hendak melangkah pergi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.