Istri Simpanan

Bab 393 - Wajahmu tak secantik hatimu



Bab 393 - Wajahmu tak secantik hatimu

0Soo Yin terus bergelayut manja di lengan Dae Hyun meski banyak penjual dan pembeli yang memandang ke arah mereka.     

Semua orang merasa aneh dengan mereka berdua. Ingin menganggap mereka sepasang kekasih tapi Soo Yin terlihat sangat jauh lebih muda. Jika seorang anak dan ayah tapi mereka terlihat begitu mesra.     

"Sayang, apa kau tidak malu dengan semua orang yang melihat kita?" tanya Dae Hyun karena Soo Yin selalu menempel di lengannya seperti enggan terlepas.     

Sebenarnya tidak masalah dan membuat Dae Hyun merasa cukup senang, itu sebabnya Soo Yin tidak malu beriringan dengannya.  Hanya saja ia mulai risih dengan tatapan mengintimidasi orang-orang yang ada di pasar.     

"Kenapa harus malu?" ujar Soo Yin dengan santai. Mereka terus melangkahkan kaki mengikuti bibi Xia.     

"Apa kau tidak mendengar ucapan mereka?" tukas Dae Hyun yang mulai merasa kesal karena banyak perkataan yang cukup mengganggu telinganya.     

"Tidak usah didengarkan. Itu akibatnya memiliki istri terlalu muda dan manis seperti diriku," ujar Soo Yin terkekeh geli karena merasa terlalu percaya diri.     

"Ughh … kau sudah 19 tahun. Sebenarnya tidak terlalu jauh jarak kita. Tapi kenapa semua orang selalu menganggap jika tidak adik kakak maka ayah dan anak," ujar Dae Hyun untuk meluapkan rasa kesalnya.     

"Tetap saja kau akan selalu jauh lebih tua dariku," ujar Soo Yin dengan enteng.     

Bibi Xia yang berjalan di depan mereka hanya menghela nafas berat dan panjang.     

"Nona, ayo ikut bibi memilih ikan," ajak bibi Xia agar mereka tidak bertingkah seperti pasangan yang baru saja berpacaran.     

"Iya, Bi." Soo Yin lantas melepaskan tangannya yang melingkar di lengan Dae Hyun. Kemudian berjalan sejajar dengan bibi Xia.     

Mereka saat ini sedang berada di depan penjual aneka seafood. Ada banyak berbagai macam seafood segar dijajakan di meja penjual.     

Soo Yin merasa geli ketika melihat gurita yang masih bergerak-gerak. Ia hendak mengambilnya tapi tidak jadi karena gurita itu terus menggerakkan tentakelnya.     

"Apa kau takut?" bisik Dae Hyun yang berdiri di belakang Soo Yin.     

"Aku hanya merasa geli," ujar Soo Yin seraya bergidik.     

Dae Hyun mengambil satu ekor gurita lalu meletakkannya di depan wajah Soo Yin.     

"Jauhkan dari wajahku," ujar Soo Yin seraya mendorong tangan Dae Hyun dari wajahnya.     

"Ini tidak akan menggigit. Gurita ini hanya ingin menciummu," goda Dae Hyun seraya terkekeh.     

"Jauhkan atau kupotong tanganmu!" ancam Soo Yin sambil memicingkan matanya.     

"Jika kau memotongnya bagaimana bisa aku akan menyentuhmu," bisik Dae Hyun sensual di telinga Soo Yin kemudian terkekeh.     

Soo Yin kemudian mencubit pinggang Dae Hyun karena merasa geram di tempat umum masih saja berpikiran mesum.     

Di kejauhan Kim Soo Hyun tidak bisa menahan diri untuk tetap di dalam mobil sehingga ia keluar mengikuti mereka meski harus bersembunyi. Dadanya semakin memanas dengan tangan yang mengepal pada kedua sisi tubuhnya.     

Ia sangat cemburu bagaimana Soo Yin tertawa lepas dengan Dae Hyun. Sejak tadi juga melihat bagaimana Soo Yin bergelayut manja pada lengan saudaranya. Mereka tampak bercanda satu sama lain.     

Kim Soo Hyun tidak habis pikir kenapa Soo Yin lebih memilih pria beristri dari pada dirinya yang sudah jelas tidak memiliki siapapun. Jarak umur mereka juga terlampau sangat jauh. Ketika beriringan mereka hanya terlihat seperti kakak dan adik bahkan terkadang seperti ayah dan anak jika wajah Soo Yin tanpa polesan make up.     

Pantas saja sikap Dae Hyun sangat aneh jika dia ingin mendekati Soo Yin. Selalu saja melarangnya, ternyata mereka bermain di belakang dan membohongi semua orang.     

"Dae Hyun, kalian memang …." Mulut Kim Soo Hyun terasa berat untuk terbuka ketika ingin mengeluarkan kata-kata kasar dari mulutnya.     

Masih tidak menyangka jika Dae Hyun membohongi semua anggota keluarganya. Pantas saja sering alasan lembur dan keluar kota sama-sama. Ternyata mereka memiliki rahasia.     

"Soo Yin, teganya kau padaku," ucap Kim Soo Hyun dengan getir dan sorot mata berapi-api.     

Banyak kejanggalan yang selama ini dirasakannya. Hanya saja tidak berpikir sampai sejauh itu. Ia hanya merasa aneh ketika mendengar suara Dae Hyun sedang melakukan panggilan dengan Soo Yin. Ternyata tebakannya benar.     

"Arghhhh," seru Kim Soo Hyun dengan suara cukup keras. Hingga beberapa orang-orang memandang aneh ke arahnya.     

Kim Soo Hyun akhirnya berbalik dan ingin menunggu di mobil saja. Dirinya harus menyelidiki semuanya.     

Ternyata alasan saudaranya mengundurkan diri dari jabatan direktur secara tiba-tiba sudah ketemu, karena tidak ingin terlibat skandal yang bisa meruntuhkan reputasi hotel. Serta agar hotel tidak jatuh ke tangan paman dan bibi mereka. Seharusnya saat itu dirinya menolak keras.     

Kim Soo Hyun terus melangkah dengan menghentakkan kakinya cukup keras di tanah menuju ke mobilnya dengan sorot mata yang tajam. Lalu menutup pintu dengan sangat kuat.     

Kim Soo Hyun menyandarkan kepalanya di kursi untuk mendinginkan kepalanya yang ingin meledak. Berusaha berpikir positif, mungkin saja Dae Hyun sudah menganggapnya sebagai adik sehingga mereka sangat dekat.     

Tapi tatapan mereka ketika berpandangan sangatlah berbeda. Mereka seperti sepasang kekasih yang dimabuk asmara. Tatapan mereka tampak penuh cinta meski Dae Hyun terlihat cuek.     

Kim Soo Hyun teringat kembali ketika di pesta pernikahan anak dari bibi Hyun Bin. Dae Hyun bersikeras berdansa dengan Soo Yin padahal dirinya sudah merengek agar menggantikannya.     

"Soo Hyun, kenapa kau tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan di belakangmu?" gumam Kim Soo Hyun merutuki kebodohannya sendiri yang mudah tertipu.     

Kini begitu banyak kejadian yang kembali berputar di dalam memorinya.      

Kim Soo Hyun terus memandang ke depan dengan tatapan kosong. Ini rasanya sudah terjatuh kemudian tertimpa tangga pula. Ia bisa menerima jika Soo Yin menolaknya karena ada pria yang mungkin sangat dicintainya. Namun ia tidak akan rela jika pria itu adalah saudaranya sendiri.     

:maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf:     

Mereka sudah keluar dari area pasar dan tengah berjalan menuju parkiran.     

Lagi-lagi Kim Soo Hyun harus melihat pemandangan jari mereka yang saling bertautan dan berjalan beriringan. Ingin sekali Kim Soo Hyun meninju wajah saudaranya. Tapi berusaha untuk menahannya karena sekarang belum saatnya.     

Untunglah Kim Soo Hyun tidak memakai mobilnya sehingga mereka tidak tahu jika sejak tadi diikuti olehnya.     

"Bibi, kemana lagi setelah ini?" tanya Soo Yin.     

"Kita hanya perlu berbelanja sayuran. Sebaiknya kalian pulang saja. Lihatlah tubuh kalian kotor dan bau amis," tukas bibi Xia. Bukan tidak suka, tapi dirinya merasa tidak enak hati.     

"Tidak apa, kami senang ikut berbelanja. Sehingga jika anakku menanyakannya, kelak aku dengan mudah menjawabnya," sahut Soo Yin sembari mengedipkan sebelah matanya kepada Dae Hyun.     

"Kalau begitu buatkan bibi anak-anak yang lucu selagi bisa mengasuh mereka dan belum keburu tua," ujar bibi Xia sembari tersenyum.     

"Doakan saja secepatnya kami mendapatkannya. Benar kan, Sayang?" tanya Soo Yin pada suaminya.     

Dae Hyun tersenyum kemudian mengacak-acak rambut Soo Yin hingga berantakan.     

Kim Soo Hyun tersenyum getir ketika mendengar percakapan mereka.     

"Ternyata wajahmu tak secantik hatimu," gumam Kim Soo Hyun sembari berdecak. Ia bisa mendengar percakapan itu karena dengan sengaja memarkirkan mobilnya di samping mobil Dae Hyun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.