Istri Simpanan

Bab 394 - Sebuah ancaman



Bab 394 - Sebuah ancaman

0Soo Yin bergegas ke lantai atas setelah sampai di villa. Mereka  menghabiskan waktu hampir setengah hari untuk pergi menemani bibi Xia berbelanja. Ia lantas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Berendam cukup lama di dalam bathtub untuk merilekskan tubuhnya.     

Soo Yin memejamkan mata sambil bersandar pada sisi bathtub. Sangat nyaman berendam pada air yang dipenuhi dengan busa.     

"Sayang, apa kau belum selesai juga?" tanya Dae Hyun yang disertai dengan ketukan pintu hingga beberapa kali.     

"Hmmm, sabarlah. Sebentar lagi aku juga akan selesai," seru Soo Yin sembari memainkan buih sabun kemudian meniupnya. Aroma sabun yang begitu harum membuatnya betah untuk berlama-lama di dalam bak.     

"Sayang, bukalah pintunya. Tubuhku sudah sangat gerah," ujar Dae Hyun dengan rasa tidak sabar.     

"Tidak, tunggu saja di luar atau kau bisa mandi di kamar sebelah," tukas Soo Yin dengan tegas, tidak akan membiarkan suaminya masuk ke dalam.     

"Kau sungguh tega," ujar Dae Hyun. Tak berhasil membujuk Soo Yin untuk membuka pintu, Dae Hyun terpaksa pergi ke kamar sebelah untuk mandi. Karena sepertinya Soo Yin sudah bisa menebak maksud dan tujuannya.     

Soo Yin tidak menjawab karena tidak ingin dijebak oleh suaminya. Mereka baru saja sampai sehingga ingin istirahat. Karena ia tahu jika suaminya sangat mesum.     

Setelah keluar, Soo Yin mengganti pakaiannya terlebih dahulu sebelum mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer.     

Bip …     

Terdengar sebuah nada pesan yang berasal dari ponsel suaminya. Soo Yin penasaran sehingga meraihnya yang tergeletak di atas ranjang.     

Soo Yin bisa dengan mudah membuka kuncinya karena Dae Hyun memberitahu padanya sandi untuk membuka ponselnya.     

Seketika tangan Soo Yin gemetar ketika melihat pesan tersebut yang ternyata berisikan foto dirinya dengan Dae Hyun yang sedang bergandengan tangan ketika mereka berada di pasar ikan tadi.     

Di foto mereka terlihat sangat mesra.     

[Dasar tidak tahu malu! Lihatlah, hubungan kalian tidak akan bertahan lama!] Itu hanyalah sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal.     

Soo Yin berusaha menghubungi nomor tersebut tapi sayang sekali karena tidak terhubung. Nomornya tidak bisa dihubungi.     

Soo Yin mundur beberapa langkah karena merasa takut dengan ancaman itu.     

"Soo Yin, ada apa?" tanya Dae Hyun yang baru saja masuk dan tiba-tiba melihat Soo Yin yang terhuyung ke belakang. Segera menopang agar tubuh  istrinya tidak terjengkang.     

"Sayang, siapa yang mengirim pesan ini?" ucap Soo Yin lirih sembari memberikan ponselnya kepada Dae Hyun.     

Dae Hyun berusaha bersikap tenang, meskipun ada rasa takut jika yang mengirim pesan adalah seorang wanita dan mengirimkan yang tidak-tidak. Buru-buru dia menerima dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menopang tubuh Soo Yin.     

Dae Hyun menyipitkan matanya melihat foto itu beserta kata-kata yang tertulis di sana.     

"Sepertinya ada yang mengancam kita," gumam Dae Hyun dengan santai. Tak lupa ia juga menghubungi tapi sayang sekali memang tidak aktif.     

Soo Yin berusaha berdiri dan menenangkan diri meski harus berpegangan pada lengan Dae Hyun. Wajahnya tidak percaya melihat suaminya yang tampak santai sekali.     

"Sayang, siapa yang mengirimkan foto ini?" ujar Soo Yin dengan rasa ketakutan. Firasatnya mendadak buruk tentang semua itu.     

"Tenanglah, tidak usah dipikirkan. Semuanya akan baik-baik saja," ujar Dae Hyun sembari merengkuh pinggang Soo Yin kemudian mengeratkan pelukannya. Ia  sendiri sebenarnya sangat penasaran siapa yang sudah mengikuti mereka. Sehingga mengambil foto itu. Seingatnya tidak ada yang mengikuti mereka.     

"Sayang, bagaimana jika mereka menyebarkan foto itu pada keluargamu?" Soo Yin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.     

"Tidak masalah, itu justru bagus sehingga kits tidak perlu mengatakan semuanya." Tak ada keresahan sama sekali di hati Dae Hyun. Jika memang mereka ingin mengatakannya. Cepat atau lambat semua orang juga akan mengetahui semuanya. Karena sebelum menikahi Soo Yin, Ia sudah terlebih dahulu memikirkan segala resikonya.     

"Kenapa kau santai sekali? Apa kau tidak takut jika kita sampai ketahuan?" gerutu Soo Yin sambil mengerucutkan bibirnya.     

"Seharusnya kau merasa senang karena aku terlihat santai. Sehingga ucapanku jika aku sangat mencintaimu adalah kebenaran dan aku tidak berbohong," ujar Dae Hyun. Ia menuntun Soo Yin untuk duduk di sisi ranjang.     

"Tetap saja rasa santaimu sangat keterlaluan," ucap Soo Yin seraya memukul dada suaminya.     

Dae Hyun hanya menghela nafas pasrah. Ternyata apapun yang dilakukan pria tetaplah salah. Wanita memang selalu ingin saja memang.     

"Kau harus cari tahu siapa yang sudah mengikuti kita," tukas Soo Yin.     

"Iya, Sayang. Nanti aku akan menimta Chang Yuan melakukannya. Sudah jangan cemberut seperti itu terus." Dae Hyun mengusap punggung Soo Yin dengan lembut.     

Dert … dert ….     

Ponsel Dae Hyun kembali berdering, sehingga dengan cepat memeriksa. Barangkali ada orang yang tiba-tiba meminta uang sebagai bentuk ancaman jika tidak ingin foto mereka tersebar.     

Dae Hyun sudah bisa menebak semua kelicikan para penjahat. Namun sayang sekali ternyata Chang Yuan yang menghubunginya.     

"Ada apa, Asisten Chang?" tukas Dae Hyun setelah menerima panggilan dan menempelkan ponsel di telinganya.     

"Tuan, Han kabur," ujar Chang Yuan yang baru saja mendapatkan informasi jika tahanan mereka kabur.      

Han tetap membungkam mulutnya meski sudah diberi pelajaran untuk mengetahui siapa dalang dibalik penculikan waktu itu. Ia tetap tidak mengatakannya sehingga mereka memutuskan untuk memenjarakannya di bawah tanah.     

"Kenapa dia bisa kabur?" Otot-otot rahang Dae Hyun mulai menegang.     

"Kau bisa mengikuti kemanapun Aeri pergi karena aku mempunyai firasat Han akan menemuinya," ujar Dae Hyun.     

"Baik, Tuan."     

Setelah mengobrol sedikit akhirnya Dae Hyun mematikan sambungan telepon.     

"Apakah Han yang sudah mengambil foto itu?" tukas Soo Yin dengan pupil mata yang besar dan membuatnya semakin ketakutan. Sepertinya sebentar lagi mereka akan benar-benar ketahuan.     

"Han pasti ingin balas dendam denganmu setelah apa yang kau lakukan kepadanya," imbuh Soo Yin.     

"Entahlah, aku belum tahu secara pasti karena Han baru saja kabur. Tapi tidak menutup kemungkinan." Dae Hyun memasang ekspresi rumit di wajahnya.     

Dae Hyun menggenggam jemari Soo Yin lalu meremasnya. Menenangkannya jika semua pasti akan baik-baik saja. Meski bereka ketahuan maka ia ingin pergi meninggalkan Seoul ke sebuah rumah yang sudah dipersiapkan Dae Hyun jauh-jauh hari.     

"Nanti kita akan meninggalkan Seoul jika hal itu terjadi," ucap Dae Hyun seraya tersenyum untuk tidak membuat Soo Yin takut dan merasa cemas.     

"Kemana kita pergi?" tanya Soo Yin sembari menengadahkan wajahnya.     

"Tentu saja ke suatu tempat yang jauh. Hanya ada aku dan kau yang tinggal di sana." Dae Hyun merendahkan pandangannya untuk menatap Soo Yin.     

"Kau tidak sungguh-sungguh membawaku ke pulau Amazon, kan?" Soo Yin menyipitkan matanya.     

"Jika kau mau, aku akan dengan senang hati mengajakmu pergi ke sana,"tukas Dae Hyun.     

"Aku tidak mau karena aku ingin tempat yang indah bukan tempat menyeramkan," gerutu Soo Yin.     

"Semuanya akan terasa indah jika semuanya dilalui bersama." Dae Hyun menyentil hidung Soo Yin dengan telunjuknya. Merasa gemas dengan wajah Soo Yin yang menurutnya lucu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.