Istri Simpanan

Bab 395 - Menjaga perasaan ibu



Bab 395 - Menjaga perasaan ibu

0UN Village.     

Kim Soo Hyun baru saja kembali setelah hampir tengah malam. Tubuhnya sempoyongan dan hampir saja terjatuh. Kemarin ia langsung ke bar setelah mengikuti mobil Dae Hyun tanpa kembali ke hotel untuk bekerja. Bekerja pun dirinya tidak akan fokus.     

"Kim Soo Hyun, kenapa kau selalu seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?" Ny. Park tercengang melihat Kim Soo Hyun yang sempoyongan. Padahal ia pikir malam ini kembali lembur seperti malam sebelumnya.     

Ia hendak pergi ke dapur untuk mengambil minum. Namun tidak disangka justru melihat Kim Soo Hyun yang baru saja pulang.     

Kim Soo Hyun tidak menjawabnya dengan setengah kesadaran yang mulai hilang. Hanya tersenyum miring ketika melihat ibunya buang sudah di sampingnya. Sorot matanya ingin mencibir ibunya yang jika gadis yang selama ini dianggap baik justru sudah menipu mereka.     

"Soo Hyun, apa kau terlalu mencintai Soo Yin sehingga kau belum bisa melupakannya." Ny. Park membantu Kim Soo Hyun berjalan dengan memapahnya karena hampir saja tersungkur ke lantai.     

"Ada apa dengannya?" ujar Park Ji Hoon dengan alisnya yang saling bertautan.     

"Entahlah, beberapa hari belakangan suasana hatinya sudah membaik. Namun kenapa malam ini Soo Hyun seperti ini kembali." Ny. Park tampak resah karena Kim Soo Hyun kembali mabuk. Takut jika ia kembali seperti dahulu.     

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Park Ji Hoon baru saja kembali ke Seoul sehingga tidak tahu semua yang terjadi.     

"Dia baru saja ditolak Soo Yin beberapa hari yang lalu. Sepertinya sangat terpukul. Ji Hoon, aku mohon kau harus membujuk Soo Yin agar mau datang ke sini," ujar Ny. Park dengan penuh harap. Demi putranya ia rela melakukan apapun.     

"Tidak usah, Bu. Aku sekarang jijik melihat mereka," racau Kim Soo Hyun yang sudah mulai hilang kesadarannya.     

Ny. Park mengerutkan keningnya, tidak mengerti kenapa Kim Soo Hyun mengatakan hal itu. Kemarin ia mengatakan tetap ingin berjuang untuk mendapatkan Soo Yin.     

"Ada apa denganmu? Kenapa kau sudah menyerah seperti ini?" ujar Ny. Park.     

"Tanyakan saja pada anak Ibu yang lainnya." Kim Soo Hyun ambruk karena sudah minum terlalu banyak sejak siang hingga malam.     

Park Ji Hoon memijat pelipisnya karena sepertinya apa yang ditakutkan olehnya benar-benar akan segera terjadi. Kim Soo Hyun pasti sudah mengetahui jika Dae Hyun menjalin hubungan dengan Soo Yin. Yang masih membuatnya bingung adalah dari mana Kim Soo Hyun mengetahui hal itu.     

"Ji Hoon, kenapa kau justru melamun? Cepat bantu aku untuk membawanya ke dalam kamar," ucap Ny. Park yang merasa geram dengan suaminya yang tampak termenung.     

Kata-kata Ny. Park membuyarkan lamunan Park Ji Hoon sehingga dengan cepat  ia lantas bergerak memapah Kim Soo Hyun untuk membantu ke kamarnya.     

:maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf:     

Siang hari barulah Kim Soo Hyun terbangun dari tidurnya yang cukup panjang. Kemarahan masih merasuki jiwanya teringat kejadian kemarin. Ia lantas bangkit berdiri dan membuang barang-barangnya yang ada di meja.      

Hatinya masih teramat kesal meskipun sudah berusaha melampiaskan dengan minum semalam. Namun tidak juga mampu membuat ingatannya lupa.     

"Kenapa kalian tidak menghilang dari benakku?" Kim Soo Hyun menjambak rambutnya karena merasa frustasi. Ini pertama kalinya merasakan patah hati yang sesakit ini. Yang semakin menyakitkan penyebabnya adalah saudaranya sendiri.     

"Arghhhh!" teriak Kim Soo Hyun dengan cukup keras.     

Ny. Park segera menghampiri kamar Kim Soo Hyun ketika mendengar suara barang pecah dan terdengar begitu kacau. Suara teriakan putranya juga terdengar cukup nyaring.     

"Soo Hyun, bisakah ibu masuk?" ujar Ny. Park meminta izin terlebih dahulu meski saat ini sangat khawatir.     

Kim Soo Hyun hanya terdiam kemudian duduk sembari mengatur nafasnya untuk menenangkan diri.     

"Masuklah, Bu," seru Kim Soo Hyun yang sudah duduk di sisi ranjang sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.     

Ny. Park membuka pintu pelan-pelan, matanya terbelalak kebar melihat lantai yang sudah berserakan dengan beberapa serpihan kaca dan beberapa barang lainnya. Namun ia kembali bersikap seperti semula seolah-olah tidak melihatnya.     

Wanita paruh baya itu berjalan mendekati putranya dengan memasang wajah ramah. Ia ingin lebih tahu kenapa putranya menjadi seperti ini padahal baru saja kembali ke rumah setelah beberapa hari sibuk di hotel. Ny. Park juga selalu mendapat kabar jika dirinya baik-baik saja dan sedang lembur bersama Soo Yin.     

"Soo Hyun, coba jelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?" ucap Ny. Park dengan lembut. Ingin berbicara dari hati ke hati dengan putranya.     

"Tidak apa, Bu. Aku baik-baik saja," tukas Kim Soo Hyun dengan wajah masam. Pada awalnya dia memang ingin memberitahukan kepada ibunya. Namun segera mengurungkan niatnya. Bagaimanapun dirinya pernah sangat mencintai Soo Yin bahkan hingga detik ini saja masih mencintainya.      

Kim Soo Hyun tidak ingin ibunya membenci Soo Yin. Biarkan perlahan ibunya mengetahui semuanya dengan seiring berjalannya waktu.     

"Wajahmu menyiratkan jika kau tidak baik-baik saja saat ini." Ny. Park sangat mengenal kedua putranya. Sehingga bisa tahu apa yang mereka rasakan akan terlihat dari raut wajah.     

"Aku sungguh baik-baik saja," ucap Kim Soo Hyun sembari tersenyum getir.     

Dae Hyun yang baru saja tiba di UN Village langsung ikut menyusul ibunya masuk ke dalam kamar Kim Soo Hyun. Ia mendapatkan kabar dari pelayan jika saudaranya menyebabkan keributan.     

"Soo Hyun, apa kau sudah tidak waras sehingga bertingkah seperti anak remaja?" Dae Hyun merasa emosi melihat kamar saudaranya yang mirip seperti kapal pecah. Dia tidak habis pikir jika Kim Soo Hyun seperti itu.     

Kim Soo Hyun mengepalkan tinjunya kuat-kuat hingga kuku-kukunya menancap di telapak tangan. Sorot matanya tajam dan berapi-api. Ingin rasanya saat itu juga meninju wajah saudaranya.     

"Bukan urusanmu!" tukas Kim Soo Hyun dingin sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dadanya terus menggebu-gebu menahan amarah.     

"Tentu saja ini urusanku. Kau bahkan hari ini tidak bekerja. Seorang pemimpin harus memberikan contoh yang baik untuk karyawannya," cibir Dae Hyun sambil berkacak pinggang.     

Perut Kim Soo Hyun terasa ingin muntah mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut Dae Hyun.     

'Cihhh, dia sendiri bahkan jauh lebih buruk dariku!' umpat Kim Soo Hyun dalam hati. Demi menjaga perasaan ibunya, ia menahan keinginannya untuk ribut.     

"Kenapa kau diam saja? Apa kau tuli sehingga tidak mendengarkanku?" ujar Dae Hyun yang sudah mulai naik darah karena Kim Soo Hyun merespon sangat santai.     

"Jika kau ingin memberikan contoh yang baik. Sebaiknya kau saja yang menjadi direktur bukannya malah melepaskan tanggung jawab kepadaku," ujar Kim Soo Hyun sembari bangkit berdiri karena susah merasa muak dengan saudaranya.     

"Hei, ada apa sebenarnya kalian?" Sejak tadi Ny. Park mengamati kedua putranya yang berbicara semakin panas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.