Istri Simpanan

Bab 397 - Diusir secara halus



Bab 397 - Diusir secara halus

0Suasana meja makan tampak lengang dan hening. Makan yang biasanya diliputi dengan sesekali bercanda kini tidak ada satupun yang berniat membuka suara. Hanya ada suara peralatan makan yang saling berdenting dan bertautan yang menggema di ruangan. Mereka hanya berbicara pada diri mereka sendiri tanpa ingin mengungkapkannya.     

Beruntung hari ini Aeri tidak ada sehingga Dae Hyun bisa duduk di samping putranya. Tatapan mata Jo Yeon Ho sangat berbeda jauh jika ada Aeri bersama mereka. Jo Yeon Ho mau tersenyum ketika Dae Hyun memandangnya.     

"Yeon Ho, maukah hari ini ikut ayah pergi ke hotel?" ajak Dae Hyun selagi tidak ada Aeri. Sehingga ia bisa melakukan pendekatan kembali. Yeon Ho hanyalah seorang anak kecil yang masih termakan bujuk rayu oleh orang dewasa dan belum memiliki pendirian yang kuat.     

Jo Yeon Ho hanya diam saja sambil mengerjapkan kedua bola matanya memandang ke arah Dae Hyun. Ada keinginan untuk ikut bersama ayahnya tapi disisi lain dia juga teringat dengan ucapan ibunya.      

'Jika tidak ingin kehilangan seorang ayah maka harus menjauhinya untuk sementara waktu.' Itulah yang selalu diucapkan oleh Aeri berulang-ulang di depan Yeon Ho.     

"Tenanglah, tidak ada ibumu di rumah. Nanti kita akan pergi jalan-jalan karena kebetulan hari ini ayah tidak terlalu banyak pekerjaan," ucap Dae Hyun seraya tersenyum. Sangat ingin kembali dekat dengan Jo Yeon Ho.     

Jo Yeon Ho memandang Ny. Park untuk meminta izin.     

Wanita paruh baya itu juga turut andil dengan rencana Aeri karena tidak ingin rumah tangga putranya hancur. Apalagi sudah ada seorang anak di antara mereka. Perceraian juga tidak baik untuk anak-anak.     

Namun jika melihat raut wajahnya, Dae Hyun tampak begitu rindu ingin dekat kembali dengan putranya. Sehingga Ny. Park tampak berpikir sejenak.     

"Pergilah bersama Ayah. Bukankah kalian sudah lama tidak pergi bersama?" ujar Ny. Park seraya tersenyum, akhirnya menyetujuinya.     

Jo Yeon Ho lantas menganggukan kepalanya dengan antusias. Jika nanti ibunya marah maka ada yang akan membelanya.     

Dae Hyun sangat senang akhirnya ada kesempatan untuk kembali dekat dengan Jo Yeon Ho      

Kim Soo Hyun hanya mendengarkan tanpa ingin ikut bergabung dengan pembicaraan mereka.     

'Pantas saja Aeri bersikeras membujuk Yeon Ha agar terlalu dekat dengan Dae Hyun. Itu karena dia sudah mengetahui tentang suaminya,' gumam Kim Soo Hyun menerka-nerka tentang apa yang terjadi. Pantas saja jika Dae Hyun bersikeras ingin menceraikan Aeri ternyata Soo Yin adalah alasannya.     

'Dasar pria pecundang!' umpat Kim Soo Hyun sambil melirik ke arah Dae Hyun dengan tatapan tajam. Sebelum mengalihkan pandangannya mereka saling bersitatap beberapa saat.     

Dae Hyun mengerutkan keningnya ketika menyadari tatapan Kim Soo Hyun kepadanya sangat tidak bersahabat dan tidak suka.     

'Apa dia sangat marah karena aku mengejeknya?' batin Dae Hyun sambil menyipitkan matanya. Padahal kata-kata itu sebenarnya untuk penyemangat agar Kim Soo Hyun tidak malas dan serius dalam pekerjaannya. Sekaligus Dae Hyun ingin mengatakan jika wanita di dunia ini tidak hanya Soo Yin, karena sudah menjadi miliknya. Tidak ada siapapun yang bisa merebut darinya.     

Setelah selesai makan siang akhirnya Dae Hyun mengajak Jo Yeon Ho ke hotel. Sedangkan Kim Soo Hyun juga menyusul ke hotel meski dengan rasa sangat malas.     

:maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf::maple_leaf:     

The Silla Seoul Hotel,     

Soo Yin mengerjakan tugasnya yang sempat tertunda karena kemarin tidak berangkat bekerja. Kini sedang berada di ruangan Kim Soo Hyun. Sesuai kesepakatan tadi pagi dirinya pura-pura tidak tahu jika Dae Hyun sudah kembali ke Seoul.     

Pandangannya fokus menatap monitor sambil duduk gelisah. Sungguh tidak nyaman bekerja dibayangi rasa takut karena tidak bisa kemana-mana seperti kemarin dan harus lembur tanpa bisa pulang ke villa Pyeongchang-dong.     

Namun dirinya harus tetap berada di sana agar Kim Soo Hyun tidak curiga jika dia sudah mengetahui Dae Hyun kembali.     

Ceklek.     

Terdengar suara pintu terbuka, Soo Yin masih tetap dalam posisi duduknya. Sedikit gelisah membuatnya menggeser ke tepian kursi. Hatinya berdebar ketika melirik, ternyata Kim Soo Hyun berjalan ke arah mejanya.     

"Selamat siang, Tuan," sapa Soo Yin bangkit berdiri. Mau tidak mau memandang wajah adik iparnya.     

Wajah yang biasanya terlihat ramah kini sorot matanya seperti hampa dan cenderung menakutkan. Soo Yin lantas menurunkan pandangannya karena ada tatapan tajam yang menusuknya.     

"Untuk apa kau masih bekerja denganku? Bukankah bosmu sudah pulang?" ucap Kim Soo Hyun dengan nada dingin. Namun memalingkan wajahnya ke arah lain karena enggan melihat wajah Soo Yin. Ada rasa takut jika Soo Yin terluka dengan nada suaranya.     

"Benarkah? Aku pikir tuan Dae Hyun belum bekerja hari ini," tukas Soo Yin berusaha untuk berani menjawabnya.     

"Sekarang  kau akan terbebas dariku. Kau pasti sangat senang karena sudah tidak bekerja denganku lagi," ucap Kim Soo Hyun sembari melirik Soo Yin dengan tatapan sengit.     

Soo Yin cukup takut dan merinding ketika mata mereka mereka bertemu. Tatapan hangat yang biasanya didapatkan kini tak terlihat lagi.     

"Itu tidak benar, Tuan," sahut Soo Yin terbata dengan kepala yang kini tertunduk kembali. Tidak ingin Kim Soo Hyun melihat kebohongan di matanya.     

"Bukankah kau yang pertama kali mengetahui jika Dae Hyun sudah pulang sejak kemarin?" sindir Kim Soo Hyun.     

"Ti … tidak benar. Mana … mana mungkin aku mengetahui hal itu," sanggah Soo Yin dengan tergagap. Sungguh tidak menyangka jika Kim Soo Hyun menebaknya tepat sasaran.     

Soo Yin lantas memandang Kim Soo Hyun. Menerka jika yang mengirimkan pesan adalah pria yang kini berada di depannya.     

"Tidak usah gugup seperti itu. Aku hanya menebak saja tapi jika memang benar kau mengetahuinya tidak masalah. Lagi pula Dae Hyun memang atasanmu sehingga wajar kalian saling menelepon dan menanyakan kabar," sindir Kim Soo Hyun dengan nada datar.     

Soo Yin bersyukur karena sepertinya bukan Kim Soo Hyun. Pasti Han di balik semua itu ataupun bisa jadi juga Aeri.     

"Sekarang kau bisa tinggalkan ruanganku. Dae Hyun sudah kembali sehingga tidak mungkin membiarkanmu berada di ruanganku," usir Kim Soo Hyun secara halus.     

"Jika kau meminta bantuanku sampai sore tidak masalah." Soo Yin mendadak tidak enak hati.     

"Tidak perlu," sahut Kim Soo Hyun sangat singkat.     

"Baiklah, aku juga sudah menyelesaikan semuanya. Kau bisa memeriksanya," tukas Soo Yin seraya memberikan berkas yang sudah diprint.     

"Terima kasih," sahut Kim Soo Hyun dengan cuek lalu berbalik menuju meja kerjanya.     

Soo Yin termangu di tempatnya. Merasa aneh dengan perubahan Kim Soo Hyun yang secara tiba-tiba. Namun Soo Yin segera berpikir positif, mungkin dia marah karena kemarin tidak masuk kerja dan memberinya kabar mendadak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.