Istri Simpanan

Bab 404 - Ancaman Aeri



Bab 404 - Ancaman Aeri

0Lotte World,     

Ada perasaan tidak tenang kali ini yang sejak tadi Dae Hyun rasakan begitu meninggalkan hotel. Seperti ada sesuatu yang buruk terjadi. Meski tubuhnya berada di wahana permainan tapi pikiran Dae Hyun terus mengingat keberadaan Soo Yin.     

"Ayah, aku ingin menaiki permainan itu," ujar Jo Yeon Ho sambil menunjuk salah satu permainan yang ada di sana. Anak itu terlihat sangat senang karena bisa pergi bersama kedua orang tuanya. Ia tidak perlu lagi merasa iri dengan anak yang lain.     

"Naiklah bersama ibumu saja," sahut Dae Hyun sambil memandangi layar ponselnya.     

"Ibu, ayo kita naik," ajak Jo Yeon Ho.     

"Sebaiknya kau sendiri saja. Lihatlah di sana hanya ada anak-anak yang menaikinya," bujuk Aeri sambil menunjuk beberapa anak-anak yang menaiki kuda-kudaan.     

"Baiklah, tapi kalian harus tetap disini untuk melihatku."     

"Tentu saja," ujar Aeri seraya melambaikan tangannya ketika Jo Yeon sudah berhasil naik yang dibantu oleh pekerja wahana.     

"Dae Hyun, bisakah kau fokus bersama kami di sini? Kenapa kau tampak lebih fokus pada ponselmu sejak tadi?" ujar Aeri yang mulai merasa kesal. Untuk apa mereka bersama jika sejak tadi Dae Hyun selalu memandang layar ponselnya hingga berulang kali. Bahkan ketika diajak ngobrol akan menjawab sesuka hatinya.     

"Yang penting aku di sini bersama kalian. Kau tidak perlu repot-repot dengan apa yang aku lakukan," ujar Dae Hyun dengan nada datar. Jika tidak terlanjur sudah berjanji dengan Jo Yeon Ho, dia juga enggan pergi bersama Aeri.     

"Apakah kau mencemaskan sekretaris kesayanganmu itu?" cibir Aeri dengan sinis.     

"Kalau iya memangnya kenapa? Apa kau merasa keberatan?" ujar Dae Hyun dengan santai.     

Aeri ternganga mendengar jawaban Dae Hyun yang tidak menyanggah sama sekali dengan tuduhannya.     

"Tentu saja aku keberatan, statusku masih menjadi istri sahmu. Istri mana yang akan diam saja jika suaminya memikirkan wanita lain," ucap Aeri dengan nada meninggi.     

"Kalau begitu, kau tidak usah membuat perceraian kita menjadi sulit jika kau keberatan. Jika kita bercerai kita bebas menentukan kehidupan masing-masing untuk ke depannya," tukas Dae Hyun.     

Mereka berdiri memiliki jarak beberapa meter dengan wahana permainan yang dinaiki Jo Yeon Ho. Sehingga Dae Hyun tidak perlu khawatir putranya akan mendengar.     

"Ughhh … lihatlah aku akan mengatakannya kepada ibu jika kau memiliki hubungan dengan gadis itu," ancam Aeri dengan senyum penuh kemenangan.     

"Silahkan saja jika kau ingin mengatakannya karena aku sama sekali tidak keberatan jika ibu tahu," ucap Dae Hyun sembari tersenyum miring mencibir ancaman Aeri yang tidak berarti apa-apa untuknya.     

"Kau memang sangat keterlaluan. Bisa-bisanya kau berkata seperti itu," ucap Aeri dengan emosi yang sudah mulai meninggi.     

"Kita sudah sama-sama tahu jika kau dan aku memang tidak ada yang setia. Kita sama-sama ingin terbebas, sehingga biarkan Jo Yeon Ho dekat denganku lagi."     

"Aku tidak akan pernah bercerai denganmu. Jika kau ingin menikah dengannya silahkan saja. Yang terpenting aku tidak akan membiarkan Yeon Ho jatuh ke tangan kalian," ucap Aeri dengan wajah yang sudah merah padam menahan rasa kesalnya.     

Hal inilah yang semakin mempersulit perceraian mereka karena salah satu di antara mereka tidak ingin bercerai. Apalagi jika sampai hak asuh Yeon Ho hak jatuh ke tangan Aeri, orang tuanya tidak akan tinggal diam karena kelak putranya yang akan mewarisi hotel.     

"Baiklah, kita lihat saja nanti," ujar Dae Hyun dengan seringainya.     

'Jika kau tidak ingin bercerai maka bersiaplah sebentar lagi aku akan memberikan kejutan untukmu,' batin Dae Hyun sembari mendengus.     

Derrttt …     

Dae Hyun segera melihat layar ponsel ketika merasakan getaran di tangannya.     

"Ada apa, Asisten Chang?" Dae Hyun segera menjawab panggilan karena dia pikir tadi adalah adalah Soo Yin.     

"Ada sesuatu yang terjadi pada nona, Tuan," ucap Chang Yuan dengan hati-hati.     

"Apa?" Dae Hyun langsung berdegup kencang ketika mendengar ucapan Chang Yuan tentang istri kecilnya.     

Chang Yuan segera menjelaskan sedikit yang terjadi pada Soo Yin.     

"Baiklah, aku akan segera ke sana," ujar Dae Hyun dengan tangan yang sudah mengepal erat. Dadanya naik turun merasakan emosi yang naik.     

Aeri yang melihat Dae Hyun memasang wajah merah padam, hanya mengerutkan keningnya.     

"Ayah, sekarang ayo kita kesana lagi." Jo Yeon Ho baru saja turun dari wahana permainan tapi sudah meminta naik lagi.     

"Sebaiknya kau naik bersama ibumu saja," ujar Dae Hyun.     

"Dae Hyun, tak bisakah kau meluangkan waktu untuk Yeon Ho sehari saja? Namun jika kau sibuk pergilah, kami tidak akan mengemis untuk ditemani," ancam Aeri.      

"Baiklah, kalau begitu aku pergi sekarang juga karena aku ada urusan. Selamat bersenang-senang," pamit Dae Hyun lalu benar-benar pergi meninggalkan mereka.     

"Sial!" gumam Aeri dengan geram karena ancamannya malah membuat Dae Hyun pergi. Padahal tadi hanya sekedar ingin menggertak saja tapi tidak sangka harus berakhir seperti ini.     

"Ayo, Bu," rengek Jo Yeon Ho sambil menarik pergelangan tangan Aeri agar mengikutinya.     

Aeri ingin marah tapi tidak mungkin karena jika Jo Yeon Ho membencinya, akan semakin sulit untuk bertahan.     

"Sebentar lagi sebaiknya kita pulang karena sudah malam," ujar Aeri dengan wajah masam.     

:sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice::sheaf_of_rice:     

Dae Hyun langsung melajukan mobilnya menuju villa Pyeongchang-dong.     

"Kim Soo Hyun!" ujar Dae Hyun dengan geram sambil memukul stir kemudi. Jika sampai terjadi sesuatu pada istrinya maka habislah adiknya. Tidak peduli jika mereka bersaudara tapi jika menyangkut Soo Yin dirinya akan membuat perhitungan.     

Tidak lama kemudian Dae Hyun sudah sampai di villa. Dia lantas turun dengan terburu-buru dan menaiki tangga untuk memastikan keadaan istri kecilnya.     

Soo Yin baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang digulung dengan handuk kecil. Tubuh kecilnya hanya mengenakan handuk sebatas lutut. Dirinya mematut di cermin mengamati pundaknya yang memerah karena cengkraman Kim Soo Hyun yang begitu kuat. Di dadanya juga terdapat bekas cakaran ketika Kim Soo Hyun secara paksa merobek pakaiannya.     

"Ibu, aku ingin bersamamu saja," isak Soo Yin sambil terduduk di kursi yang terletak di depan meja rias. Lelah rasanya jika harus merasakan dilecehkan untuk yang kesekian kalinya.     

"Soo Yin," ujar Dae Hyun yang langsung menghampiri istrinya dengan cepat lalu berlutut di depannya.     

"Sayang, mana yang terluka?" ujar Dae Hyun panik sambil menyeka air mata yang mengalir di pipi Soo Yin.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya pelan dengan mata yang masih berkaca-kaca.     

Dae Hyun lalu melihat warna merah bekas jari yang masih membekas di sana.     

"Apa Kim Soo Hyun yang melakukan semua ini?" Dae Hyun berdiri kemudian mengusapnya.     

"Tenanglah, biarkan nanti aku akan membalas perbuatannya," ujar Dae Hyun dengan emosi ingin meninju wajah saudaranya.     

Soo Yin menyandarkan kepalanya di dada Dae Hyun untuk menghilangkan sedikit rasa trauma atas apa yang terjadi. Orang yang dekat dengannya bahkan berniat melecehkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.