Istri Simpanan

Bab 405 - Jangan pergi



Bab 405 - Jangan pergi

0Dae Hyun lalu menuntun Soo Yin untuk duduk di tepian ranjang agar bisa lebih leluasa memeluknya. Hatinya terasa pedih setiap mendengar isak tangis yang keluar dari bibir Soo Yin. Ia tahu jika istrinya masih merasa ketakutan dan trauma.     

Dae Hyun meraih selimut yang terlipat di ujung ranjang untuk membalut tubuh Soo Yin yang masih berada dalam dekapannya. Angin malam sepoi-sepoi masuk melalui lubang angin dan cukup membuat mereka kedinginan.     

"Sayang, maafkan aku. Seharusnya tadi aku tidak meninggalkanmu di sana," ucap Dae Hyun sembari mengecup puncak kepala Soo Yin berulang-ulang. Tak habis pikir jika Kim Soo Hyun berani melakukannya.     

Soo Yin hanya terdiam sambil menenggelamkan wajahnya di dada Dae Hyun. Bulir bening itu kembali menetes meski sudah berusaha menahannya. Bersandar di dada suaminya membuat Soo Yin merasa nyaman hingga ia memejamkan mata dan perlahan sudah tertidur. Dengkuran halus terdengar teratur dari bibirnya.     

Menyadari jika Soo Yin sudah tertidur, Dae Hyun segera membaringkannya di atas ranjang. Lalu mengambil satu selimut kembali untuk menutupi tubuh Soo Yin agar tidak kedinginan.     

Tangan Dae Hyun mencengkram seprai dengan sangat erat. Rahangnya menegang hingga otot-ototnya tampak. Ia merasa marah membayangkan kemungkinan apa yang terjadi pada Soo Yin hari ini.     

"Kim Soo Hyun, akan kupastikan kau menyesal dengan apa yang telah kau lakukan kepada istriku," ucap Dae Hyun sembari menggertakan giginya kuat-kuat.     

Dipandanginya wajah cantik Soo Yin yang terpejam. Kelopak matanya terlihat memerah dan sembab.     

Dae Hyun merasa gagal menjadi seorang pria yang bisa menjaga istrinya. Bukannya membuat Soo Yin bahagia, ia justru berulang kali membuat Soo Yin meneteskan air mata kesedihannya.     

"Kau harus membayar air mata yang keluar dari mata Soo Yin." Dae Hyun segera bangkit karena tidak ingin menunggu terlalu lama untuk bertemu Kim Soo Hyun. Malam ini juga akan memberi pelajaran kepadanya.     

Dikecupnya dulu kening Soo Yin sebelum berbalik untuk melangkah pergi. Baru saja satu langkah ada tangan yang terulur untuk menahannya pergelangan tangannya.     

"Jangan pergi," ujar Soo Yin dengan erat memegang tangan Dae Hyun. Ia tahu jika pria itu akan pulang ke UN Village dan akan membuat perhitungan kepada Kim Soo Hyun. Inilah yang Soo Yin takutkan, mereka pasti akan terlibat baku hantam.     

Dae Hyun berbalik untuk memandang Soo Yin dengan senyuman hangat lalu duduk di sisinya.     

"Aku tidak akan kemana-mana," ujar Dae Hyun sembari membelai pipinya. Mungkin dia harus menahan emosinya sampai besok pagi. Lagi pula tidak mungkin meninggalkan Soo Yin di saat kondisinya seperti itu.     

"Apakah kau tadi akan pulang?" tanya Soo Yin sambil mengerjapkan kedua bola matanya. Meski hanya tertidur sebentar tapi sudah bisa sedikit mengobati rasa trauma. Terlebih ada Dae Hyun yang kini berada di sampingnya. Soo Yin merasa lebih aman dan tidak perlu takut lagi.     

"Hmmm." Dae Hyun tidak dapat menyangkal jika dirinya memang sangat ingin bertemu dengan Kim Soo Hyun.     

"Jangan terlalu emosi kepada adikmu," saran Soo Yin sembari mengusap dada suaminya.     

"Aku tetap akan memberi pelajaran kepadanya. Dia sudah sangat keterlaluan, untunglah kau tidak apa-apa. Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk kepadamu?" Dae Hyun memejamkan matanya sebentar untuk meredam gejolak yang membakar jiwanya.     

"Aku tidak ingin kalian bertengkar hanya karena diriku," ucap Soo Yin dengan tatapan nanar.     

"Kami tidak akan bertengkar jika dia tidak membuat ulah," tukas Dae Hyun yang sudah merendahkan nada suaranya.     

"Jangan membuat ibu merasa cemas dengan hubungan persaudaraan kalian. Ibu pasti akan merasa sangat sedih jika kalian bertengkar," ucap Soo Yin dengan nada sendu.     

Dae Hyun memijat pelipisnya, bahkan di saat dia tersakiti Soo Yin masih saja memikirkan orang yang telah menyakitinya.     

"Itu tidak akan terjadi karena hubungan kami akan baik-baik saja," ucap Dae Hyun sembari tersenyum hangat untuk membuat istrinya tenang. Meskipun dia tidak akan diam saja nantinya.     

"Apa kau sudah makan?" imbuh Dae Hyun untuk mengalihkan pembicaraan.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya pelan. Baru teringat jika sejak siang belum makan. Kini cacing di perutny mulai minta jatah.     

"Tunggu sebentar, aku akan mengambil piyama untuk kau pakai." Dae Hyun segera bangkit berdiri kemudian melangkah ke ruang ganti untuk mencari pakaian. Ia mendapatkan piyama berlengan panjang karena cuaca di luar sedang dingin.     

"Kau ingin memakai sendiri atau aku yang akan memakaikan untukmu?" goda Dae Hyun agar suasana lebih mencair dan tidak tegang.     

"Aku akan memakainya sendiri. Pergilah kau keluar," ujar Soo Yin dengan mengulum senyum dan rona wajahnya yang memerah.     

"Hmmm, kita makan di rumah atau kau ingin makan di luar?" tanya Dae Hyun dengan dahi berkerut sebelum melangkah pergi.     

"Di rumah saja, aku tidak ingin kemana-mana," sahut Soo Yin.     

"Baiklah, aku akan menyiapkannya."     

Dae Hyun segera mengganti bajunya terlebih dahulu sebelum turun untuk menyiapkan makan malam.     

"Jangan terlalu lama di kamar karena aku ingin kau berada di dapur untuk melihatku memasak," pesan Dae Hyun sambil mengusap pipi Soo Yin dengan ibu jarinya.     

"Apakah kau ingin mengajarkanku memasak lagi?"     

"Tidak, kau tidak perlu memasak karena aku yang akan melakukan semuanya," ujar Dae Hyun.     

"Kalau begitu, cepatlah aku sudah lapar," usir Soo Yin karena Dae Hyun tak kunjung keluar dari kamar.     

"Kau tidak sabaran."     

°     

Dae Hyun segera pergi ke dapur kemudian mengeluarkan beberapa bahan dari dalam kulkas.     

Kebetulan malam ini bibi Xia tidak berada di rumah karena salah satu anaknya sedang sakit. Sehingga belum tersedia makanan matang.     

Dae Hyun hanya mengenakan celana pendek dan baju yang begitu pas di tubuhnya. Kurang pantas sebenarnya seorang pria bertubuh kekar seperti dirinya berada di dapur. Namun untuk istri tercinta semuanya ia lakukan dengan senang hati.      

Aeri yang sudah menikah dengannya selama hampir tujuh tahun bahkan tidak pernah mencicipi masakannya.     

Dae Hyun berdiri di depan meja dapur terdiam sambil memikirkan menu apa yang cocok di makan saat cuaca dingin seperti ini. Dikarenakan tadi Soo Yin mengatakan sudah lapar, Dae Hyun membuat makanan yang cepat matang.     

Dae Hyun membuka rice cooker untuk melihat nasi dan terpikirlah untuk membuat Kimchi Bokkeumbap atau nasi goreng kimchi.      

Dae Hyun mulai mengupas bumbu serta bahan-bahan yang diperlukan. Baginya tidak sulit dan tidak perlu repot-repot melihat buku resep karena dulu mang terbiasa membuatnya.     

Memiliki seorang istri yang kurang pintar dalam memasak membuat Dae Hyun merasa senang karena akan mudah memberikan kesan yang baik. Jarang-jarang ada seorang suami yang mau menyiapkan makan untuk istrinya.     

================================     

Terima kasih buat semua readers yang sudah memberikan komentar, review, dan power stone. Maaf tidak bisa membalas satu per satu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.