Istri Simpanan

Bab 406 - Mengabulkan keinginan



Bab 406 - Mengabulkan keinginan

0Soo Yin sudah berada di dapur sembari memasukkan tangannya di saku bajunya. Ia tersenyum ketika melihat suaminya tampak bersemangat menggerakkan tangannya yang sedang memegang pisau. Tubuhnya yang berotot membuat Soo Yin tidak tahan untuk mendekatinya, lalu memeluknya dari belakang.     

Dae Hyun sedikit terkejut ketika ada tangan yang melingkar di pinggangnya. Namun setelah merendahkan pandangannya, dia tahu jika itu adalah tangan Soo Yin.     

"Sayang, kau bilang sekarang sangat lapar. Jika kau menggangguku seperti ini aku tidak akan bisa memasaknya dengan benar," ujar Dae Hyun yang menghentikan aktivitasnya lalu menolehkan kepalanya ke belakang.     

"Aku hanya ingin memelukmu saja beberapa saat," ucap Soo Yin sembari menenggelamkan wajahnya di punggung Dae Hyun. Mencium aroma maskulin yang selalu memabukkannya.     

Dae Hyun hanya menghela nafas panjang dan membiarkan Soo Yin untuk melakukan apa yang diinginkannya. Tak ingin menyakiti perasaan.     

"Apa yang akan kau masak?" ujar Soo Yin yang melongokkan kepalanya sedikit ke depan tanpa melepaskan pelukannya.     

"Aku ingin membuat Kimchi Bokkeumbap. Tadinya ingin membuat yang lain tapi karena kau sudah lapar aku membuat yang bisa cepat disajikan," sahut Dae Hyun mulai mengupas bumbu dan sayuran meski pelukan Soo Yin cukup mengganggu.     

"Apa aku boleh memasaknya? Aku seorang istri tapi justru kau yang lebih sering memasak jika kita sedang di rumah bersama." Soo Yin mengerucutkan bibirnya karena merasa tidak enak hati.     

"Bukankah sudah kukatakan, aku yang akan memasak jika kita sedang bersama? Tidak usah khawatir karena aku merasa sangat senang bisa melakukan semuanya untukmu." Dae Hyun membalikkan tubuhnya lalu tersenyum melihat Soo Yin.     

"Terserah kau saja," ucap Soo Yin melepaskan diri kemudian berjalan menuju meja makan untuk duduk menunggu.     

"Tidak akan lama, tunggulah sebentar," ujar Dae Hyun yang langsung dengan cepat menumis bumbu lalu memasukkan beberapa bahan pelengkap ke dalam wajan.     

Soo Yin hanya mengamati pria yang tengah menggerakkan spatula dengan keadaan termenung. Tiba-tiba ingatan bagaimana tadi Kim Soo Hyun merobek secara paksa pakaiannya membuat rasa takut itu hadir kembali.     

Soo Yin menutupi wajahnya dengan telapak tangan karena bergidik ngeri jika kejadian buruk itu sampai terjadi.     

Dae Hyun mengamati Soo Yin yang menggelengkan kepalanya dengan telapak tangan yang menutupi wajahnya. Merasa khawatir, Dae Hyun lalu berjalan menghampirinya. Sebelumnya sudah mengecilkan api agar tidak gosong.     

"Sayang, kau baik-baik saja?" tanya Dae Hyun sembari meraih tangan Soo Yin lalu menurunkannya dari wajah. Terlihatlah ada buliran air yang membasahi pipinya.     

Soo Yin memandang Dae Hyun dengan sendu dan sorot mata ketakutan. Buru-buru Dae Hyun mendekapnya dengan begitu erat.     

'Kim Soo Hyun, bersiaplah jika bertemu akan kubuat kau membayar semuanya,' batin Dae Hyun dengan semakin geram. Tangannya yang berada di belakang punggung Soo Yin mengepal dengan begitu erat.     

"Sayang, maafkan aku yang tidak bisa menjagamu dengan baik. Mulai besok kita akan selalu bersama. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian lagi," ucap Dae Hyun dengan menggertakan giginya kuat-kuat dan penuh tekad.     

"Aku baik-baik saja," ujar Soo Yin berusaha untuk tenang dan tidak membuat suaminya merasa cemas. Segera menyeka air mata dari sudut matanya dengan punggung tangan.     

"Besok ikut aku ke UN Village," ajak Dae Hyun seraya melepaskan pelukannya.     

Soo Yin menengadahkan wajahnya dengan alis yang saling bertautan.     

"Untuk apa?" tanya Soo Yin dengan raut wajah bingung dan tatapan menelisik. Mencurigai jika suaminya merencanakan sesuatu.     

"Tidak apa-apa. Mungkin saja ibu merindukanmu, bukankah kalian sudah lama tidak bertemu?" Dae Hyun tak mungkin mengutarakan semuanya saat ini karena Soo Yin tidak akan menyetujui hal itu.     

"Kami baru beberapa hari tidak bertemu. Ibu sepertinya sangat kecewa kepadaku, meski sikapnya masih biasa saja tapi senyuman hangat yang biasa terpancar dari wajahnya kini aku merasa sudah berbeda," ucap Soo Yin dengan wajah murung.     

"Tidak perlu khawatir. Jika ibu mengetahui kau adalah istriku. Sikapnya pasti akan kembali seperti semula dan merasa sangat gembira memiliki menantu sebaik dirimu." Dae Hyun merengkuh wajah Soo Yin. Ingin sekali mengecup bibir ranum itu meski hanya sekilas tapi Dae Hyun mengurungkan niatnya. Takut jika Soo Yin masih trauma dengan apa yang baru saja terjadi.     

Soo Yin tiba-tiba saja menghirup aroma lain sehingga hidungnya mengendus-endus untuk memastikan bau apa yang tercium.     

"Sayang, sepertinya masakanmu gosong," tukas Soo Yin.     

Dae Hyun segera melepaskan Soo Yin kemudian bergegas menuju ke depan kompor untuk melihat nasi goreng yang masih di atas kompor yang menyala. Terlalu lama tidak mengaduknya membuat bawahnya gosong.     

"Ah, sial. Kenapa harus gosong?" gerutu Dae Hyun dengan kesal padahal seharusnya makanan itu sudah matang. Terpaksa harus mengulang lagi dari awal.     

"Dae Hyun, bisakah kita memasak yang lain saja? Aku ingin memakan cumi bakar atau kepiting bakar," tukas Soo Yin. Terbersit dalam pikirannya jika malam-malam makan sesuatu yang dibakar terasa enak.     

"Baiklah, aku akan menyiapkan bahan-bahannya," ujar Dae Hyun seraya membuka kulkas untuk mengeluarkan semua bahan karena kebetulan sekali kemarin bibi Xia baru berbelanja ikan segar.     

Soo Yin hanya membantu menyiapkan peralatan memasak saja, mengeluarkannya dari dalam lemari. Menurutnya masakan buatan sendiri tidak selezat jika orang lain yang memasaknya.     

"Sayang, bisakah kita memanggangnya di luar?" pinta Soo Yin.     

"Di dalam saja karena di luar cuaca sangat dingin," tolak Dae Hyun lembut karena tidak ingin mengambil resiko jika Soo Yin sampai sakit karena kedinginan.     

"Aku ingin di luar," rengek Soo Yin dengan wajah cemberut.     

Jika sudah memasang wajah seperti ini maka Dae Hyun tidak akan bisa untuk menolak permintaan istri kecilnya.     

"Baiklah." Terpaksa Dae Hyun menuruti permintaan Soo Yin. Segera menggeser meja yang ada di teras dapur. Membawa semua peralatan ke sana.     

Soo Yin hanya duduk saja sambil mengamati suaminya yang sedang membakar aneka seafood.     

"Apa ada yang lucu?" tukas Dae Hyun sembari menyipitkan matanya.     

"Tidak, jika seperti ini kau terlihat seperti seorang chef profesional. Kenapa kita tidak mendirikan restoran dan kau menjadi kokinya?" ujar Soo Yin dengan wajah berbinar.     

"Hmm, sepertinya ide yang bagus. Aku akan memikirkannya nanti. Tapi kau tidak boleh marah jika banyak wanita yang ingin menikmati masakanku." Dae Hyun mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Soo Yin.     

"Aku akan selalu disampingmu. Jika mereka macam-macam bersiaplah untuk berhadapan denganku," tukas Soo Yin.     

Dae Hyun hanya mengulum senyum mendengar ide istri kecilnya.     

Mereka akhirnya menikmati makan malam di luar ditemani dengan dinginnya salju yang perlahan mulai turun semakin deras.     

Soo Yin tersenyum senang karena Dae Hyun selalu mengabulkan semua permintaannya. Jika sedang bahagia, Soo Yin tidak ingin menyerah untuk mencapai kebahagiaan seutuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.