Istri Simpanan

Bab 419 - Belum ingin bercerita



Bab 419 - Belum ingin bercerita

0Jean terus terisak menahan kesedihannya selepas kepergian Kim Soo Hyun. Ternyata kata-kata Kim Soo Hyun lebih menyakitkan daripada apa yang terjadi malam itu.     

"Teganya kau padaku," lirih Jean bersamaan dengan isak tangis yang terus keluar dari bibirnya. Jean sungguh tidak bisa menahan sakit hatinya yang terasa di cabik-cabik hingga ia mulai melepaskan jarum infus di tangannya secara kasar.     

Jean menutupi wajahnya dengan kedua tangan sehingga tidak menyadari ada seseorang yang sudah memasuki kamar.     

Soo Yin cukup terkejut melihat bagaimana kondisi Jean saat ini. Melihatnya menangis sesenggukan membuatnya terenyuh. Merasa bersalah karena sudah beberapa waktu tidak bertemu dengannya.     

Jean sibuk bekerja sehingga dirinya tidak ada waktu untuk bertemu Soo Yin.     

"Jean, apa yang terjadi padamu?" Soo Yin segera melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah Jean lalu memeluknya meski tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.     

Chang Yuan hanya mengatakan jika Jean masuk rumah sakit tanpa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi karena Jean tidak mengizinkannya.     

Jean segera membuka telapak tangannya yang menutupi wajahnya. Lalu menghentikan tangisannya ketika menegakkan kepalanyanya dan melihat Soo Yin ada disana. Jean tidak ingin membuat Soo Yin khawatir dengannya.     

"Aku tidak apa-apa. Kakiku hanya sedikit terasa nyeri," tukas Jean sembari tersenyum tipis. Ia segera mengusap air mata dengan punggung tangannya.     

Soo Yin merasa aneh dengan sikap Jean. Tidak mungkin jika kakinya yang sakit sampai menangis seperti itu. Lagi pula tangisannya tidak terdengar seperti karena luka luar. Tangisan itu cukup terdengar pilu seperti sedang mengalami sakit hati.     

"Aku tadi terjatuh dan lihatlah infusku sampai terlepas," ujar Jean sembari berusaha terkekeh meski sangat dipaksakan. Jean memperlihatkan jarum infus yang sudah terlepas.     

Sebenarnya ada keinginan Jean untuk mengatakan apa yang terjadi kepadanya. Namun hatinya belum sanggup menceritakan semuanya. Terlebih lagi Soo Yin yang menyebabkan Kim Soo Hyun seperti itu.      

Jika Jean bercerita maka Soo Yin akan merasa sangat bersalah.     

"Ya ampun, kenapa kau ceroboh sekali? Bagaimana jika jarum ini sampai melukai tanganmu?" omel Soo Yin seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya.     

"Aku juga tidak tersadar. Tadi aku ingin pergi ke kamar mandi namun kakiku tersandung." Jean hanya meringis sambil menggaruk kepalanya bagian belakang.     

"Tunggulah sebentar, biarkan aku memanggil dokter agar segera memasangnya lagi," tukas Soo Yin.     

"Tidak usah, aku juga sudah ingin pulang," sergah Jean sebelum Soo Yin pergi. Tapi sayang sekali karena Soo Yin tidak mendengarkannya.      

Soo Yin sudah berjalan keluar dan menutup pintu.     

Tidak berapa lama kemudian Soo Yin kembali ke kamar inap bersama seorang perawat.     

Soo Yin duduk di sebelah Jean, mengamati perawat yang sedang memasang kembali infus di lengan Jean.     

Ternyata tidak terlalu sulit jika sudah menemukan uratnya. Mungkin akan sulit ditemukan jika seseorang mengalami berat badan berlebih karena urat akan tertutup oleh lemak.     

"Terima kasih, Suster," ucap Soo Yin.     

"Sama-sama. Lain kali berhati-hatilah, untung saja jarum tidak melukai tanganmu," ujar Perawat kepada Jean.     

"Baiklah, lain kali aku akan berhati-hati," ucap Jean sembari tersenyum tipis.     

Suster segera meninggalkan ruangan karena tugasnya sudah selesai.     

"Soo Yin, Aku merasa bosan di ruangan ini. Hidungku terasa sakit karena sejak tadi mencium bau obat-obatan," ujar Jean. Ia ingin menghirup udara segar untuk menghibur hatinya yang gundah. Beruntung Soo Yin datang, jika tidak ada Soo Yin mungkin Jean sudah berbuat sesuatu yang buruk pada dirinya.     

"Tapi kau harus istirahat. Kondisimu belum terlalu pulih," tolak Soo Yin.     

"Aku sudah mulai membaik. Justru jika aku berbaring terus menerus tubuhku akan lemas dan semakin tidak bertenaga," terang Jean untuk mencari alasan agar Soo Yin setuju.     

"Kau memang keras kepala." Soo Yin memutar bola matanya. Namun pada akhirnya tetap menyetujui permintaan Jean.     

Soo Yin segera mengambil kursi roda yang terletak di sudut kamar. Lalu mendorongnya lebih dekat ke arah ranjang agar Jean semakin mudah untuk berpindah tempat.     

"Bisakah kita berjalan saja tanpa menggunakan kursi roda?" tanya Jean. Sakitnya tidak terlalu parah sehingga tidak perlu sampai menggunakan kursi roda.     

"Bukankah kau bilang jika kakimu sakit? Memangnya kau bisa berjalan dengan benar?" Soo Yin menyipitkan matanya memandang Jean.     

"Ah, aku hampir saja lupa. Kau benar kakiku masih sakit," ujar Jean sambil memijat pergelangan kakinya.     

Soo Yin membantu Jean untuk duduk di kursi roda. Tanpa sengaja melihat nakas, disana terdapat makanan yang masih utuh dan belum tersentuh sama sekali.     

"Apakah kau sudah sarapan?" tanya Soo Yin.     

"Aku sedang tidak berselera untuk makan," sahut Jean.     

"Sekarang makan semuanya terlebih dahulu baru kita keluar," ucap Soo Yin dengan tegas lalu meraih nampan yang berisi menu untuk sarapan.     

"Aku tidak mau." Jean mendorong nampan dari depan wajahnya.     

Soo Yin tidak peduli dan mulai menyodorkan sendok yang sudah berisi bubur ke mulut Jean.     

Jean hanya bisa menggerutu dalam hati karena Soo Yin lebih pemaksa dari ibunya.     

°     

°     

Soo Yin kini sudah berada di halaman belakang rumah sakit sambil mendorong kursi roda yang ditempati oleh Jean.     

Jean sejak tadi hanya termenung berusaha menenangkan hati dan menerimanya semuanya dengan lapang dada atas sikap Kim Soo Hyun terhadapnya.     

Mata Jean menerawang jauh memandang langit yang tampak cerah. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang dirasakannya saat ini.     

"Jean, apa kau tertidur?" tanya Soo Yin sambil maju selangkah melihat wajah Jean. Sejak keluar dari rumah sakit Jean hanya diam saja sehingga Soo Yin pikir dia tertidur.     

"Ahh, tidak. Aku hanya sedikit mengantuk saja," ucap Jean yang tersadar dari lamunannya.     

"Jangan tertidur karena ini masih pagi. Tidak baik bagi kesehatan," tukas Soo Yin sembari menepuk pipi Jean.     

"Aduh," rintih Jean sembari memegang pipinya yang memerah karena Soo Yin cukup kuat menepuknya. Ingin membalas tapi Soo Yin sudah menjauh sambil tertawa terbahak-bahak.     

"Soo Yin, kau terlihat lebih bahagia sekarang," ujar Jean untuk memancing agar Soo Yin menceritakan semuanya tentang hubungannya dengan Dae Hyun yang sudah diketahui oleh banyak orang. Meski sudah mengetahui sedikit dari Chang Yuan tapi Jean belum puas.     

"Biasa saja, bukankah aku memang selalu ceria?" ungkap Soo Yin sembari memasang ekspresi wajah lucu di depan Jean.     

"Aku sudah mengetahuinya dari Chang Yuan. Kau tidak perlu menyembunyikannya dariku lagi," terang Jean sambil menaikkan sebelah alisnya.     

Soo Yin menghela nafas panjang.     

"Sebenarnya aku juga tidak menginginkan hal itu terjadi. Tak ada niat sedikitpun untuk menyakiti orang lain karena kehadiranku." Pikiran Soo Yin melayang memikirkan apa yang sudah terjadi dalam hidupnya.     

Untuk menyesali semuanya juga tidak mungkin karena semua sudah terjadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.