Istri Simpanan

Bab 421 - Tidak mau bertanggung jawab



Bab 421 - Tidak mau bertanggung jawab

Jean memandang ke arah pintu selepas Soo Yin meninggalkannya kamar itu bersama Dae Hyun. Ada rasa iri melihat bagaimana Dae Hyun sangat mencintai Soo Yin. apalagi ketika melihat mereka saling memandang penuh cinta dan kasih, sangat membuat Jean ingin merasakan hal yang sama.     

Seandainya saja Kim Soo Hyun bersikap seperti itu kepadanya. Mungkin Jean akan menjadi orang yang paling merasa bahagia.     

"Jean, kenapa kau tidak mengatakannya kepada tuan Dae Hyun? Dia pasti bisa membantumu," ujar Chang Yuan yang menghempaskan tubuhnya di kursi yang ada di samping ranjang.     

"Mereka juga baru saja melewati masa tersulit. Aku tidak ingin menambah masalahku yang akan menjadi beban untuk mereka," ucap Jean dengan sendu. Sebutir kristal lolos dari pelupuk matanya.     

"Katakan Jean, apa dia tadi datang kemari?" Chang Yuan bisa menebak jika tadi Kim Soo Hyun datang ke sana, karena sebelum meninggalkan rumah sakit tanpa sengaja melihat mobil Kim Soo Hyun terparkir di depan.      

Chang Yuan membiarkannya, berharap kedatangan Kim Soo Hyun membawa kabar berita baik untuk Jean.     

"Hmm," sahut Jean kemudian tertunduk. Merasakan sakit hati lagi karena terngiang-ngiang kembali ucapan Kim Soo Hyun padanya.     

"Apa yang dia katakan? Apakah dia mau bertanggung jawab?" desak Chang Yuan yang ingin segera tahu.     

Jean tidak menjawabnya, hanya bulir bening yang perlahan sudah memenuhi sudut matanya lagi. Meski sudah berusaha untuk menahannya tapi air mata itu lolos begitu saja, mengalir membasahi pipinya yang tirus.     

"Dasar brengsek!" umpat Chang Yuan seraya menggertakan giginya kuat-kuat menahan amarah. Pria itu sangat marah mengetahui jika Kim Soo Hyun tidak mau bertanggung jawab dengan apa yang menimpa Jean.     

Jean sesenggukan merasakan rongga dadanya yang kembali terluka. Meski sudah mencoba untuk menghibur hatinya tapi tetap saja merasakan sesak di dada hingga ia rasanya tidak ingin bernafas lagi.     

Chang Yuan akhirnya memberanikan diri untuk mendekap tubuh Jean ke dalam pelukannya. Mengusap punggungnya lembut untuk menenangkan sedikit rasa pedih yang mungkin saat ini sedang dirasakannya.     

Chang Yuan berniat akan menemui Kim Soo Hyun besok. Ingin memberikan pelajaran kepada orang yang sudah tega menyakiti hati seorang gadis seperti Jean.     

Jean terus menangis di pelukan Chang Yuan dengan air mata yang mengalir cukup deras membasahi pipinya. Dadanya naik turun menahan isak tangis yang terasa menggebu ingin terlampiaskan. Merutuki jalan hidupnya yang terlalu pahit untuk dijalani.     

Jean merasa sangat bodoh kenapa bisa mencintai seorang pria yang sama sekali tidak bertanggung jawab. Seharusnya dulu menutup pintu hatinya rapat-rapat.     

Chang Yuan bisa merasakan kesedihan yang mendalam pada Jean. Tidak berani mengucapkan kata-kata lebih banyak lagi karena takut jika Jean semakin sedih.     

Perlahan suara isakan Jean melemah di dada Chang Yuan. Sepertinya dia kelelahan karena sudah cukup lama menangis. Chang Yuan merendahkan pandangannya untuk memastikan. Ternyata mata Jean sudah terpejam di sana.     

Chang Yuan membaringkan tubuh Jean pelan-pelan di atas bantal agar Jean tidak terbangun. Pria itu merasa pilu ketika memandang wajah letih Jean dengan seksama. Kelopak matanya memerah dan sembab dengan pipi yang masih basah.     

Chang Yuan meraih tisue yang ada di atas nakas. Lalu mengusap sisa-sisa air dengan lembut agar jangan sampai mengganggu tidur nyenyaknya. Lalu dengan gerakan pelan menyingkirkan rambut yang berantakan dan lengket di kulitnya.     

:hibiscus::hibiscus::hibiscus::sheaf_of_rice::hibiscus::hibiscus::hibiscus::hibiscus::hibiscus::hibiscus::hibiscus::hibiscus::hibiscus::hibiscus::hibiscus:     

Dae Hyun dan Soo Yin masih dalam perjalanan pulang. Malam ini cuaca terlihat begitu cerah dengan bintang yang bertabur indah di langit.     

Dae Hyun menoleh ke samping memandang istri kecilnya yang termenung sejak berada di dalam mobil.     

"Sayang, apa yang sedang kau pikirkan?" Dae Hyun membuka suara karena tidak tahan dengan keheningan yang terjadi.     

"Aku tadi pagi bertemu dengan Kim Soo Hyun di rumah sakit," ucap Soo Yin. Pandangannya lurus ke depan menatap jalanan yang hanya remang-remang terlihat di bawah lampu yang temaram.     

"Apa dia melakukan sesuatu yang buruk . kepadamu?" Dae menghentikan mobilnya tepi jalan yang sepi karena cemas. Takut jika saudaranya sudah melakukan sesuatu yang buruk kepada Soo Yin.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya pelan dengan kepala yang kini justru tertunduk lesu     

"Katakan saja apa yang dia lakukan kepadamu?" desak Dae Hyun. Tidak mungkin jika Kim Soo Hyun tidak melakukan apa-apa tapi wajah istrinya terlihat murung.     

"Temuilah Jo Yeon Ho. Dia pasti sangat merindukanmu," ucap Soo Yin dengan pilu sambil memandang ke arah Dae Hyun.     

"Apa sesuatu terjadi kepadanya?" Dae Hyun seketika langsung panik jika mendengar tentang putra semata wayangnya.     

"Aku tidak tahu secara pasti. Aku hanya mengobrol dengan Kim Soo Hyun sebentar. Dia mengatakan jika setiap malam Yeon Ho mencarimu," ucap Soo Yin.     

Ada kecurigaan di dalam hati Soo Yin jika yang mengirimkan pesan dari nomor tidak dikenal itu adalah Kim Soo Hyun. Namun Soo Yin juga ragu, untuk apa mengirimkan pesan sedangkan tadi dia berani mengatakannya secara langsung.     

Dae Hyun terus memandang wajah Soo Yin yang ekspresinya sangat sendu dan tampak sangat murung. Dae Hyun menduga jika Kim Soo Hyun mengatakan hal lain lagi.     

Dae Hyun menangkup wajah Soo Yin dengan kedua telapak tangannya. Lalu menegakkan dagunya agar mereka bisa saling menatap satu sama lain. Dae Hyun menatap mata yang tampak sayu dan tidak bersemangat. Padahal sebelum berangkat ke rumah sakit Soo Yin masih baik-baik saja.     

Bagaimanapun mereka sudah cukup lama bersama dan Soo Yin bukan orang yang pintar menyembunyikan perasaannya. Perasaan sedih, marah, kesal dan bahagia akan terpancar dengan mudah pada kedua bola matanya.     

"Katakan, apa yang Kim Soo Hyun ucapkan lagi kepadamu?" desak Dae Hyun.     

"Apa dia mengancammu?" lanjutnya.     

Soo Yin masih terdiam dan mengarahkan pandangannya ke arah lain. Bibirnya terasa kelu dan berat saat akan berkata jujur. Takut jika sampai Dae Hyun akan marah kepada saudaranya maka hubungannya bersama dengan keluarganya pasti akan semakin menjauh.     

Soo Yin tidak ingin hal itu terjadi. Jauh dari keluarga terasa begitu pahit baginya. Soo Yin pernah merasakan bagaimana dibenci seluruh keluarga besarnya.     

"Baiklah jika kau tidak ingin menjawabnya. Akan kupastikan besok Kim Soo Hyun menyesal karena telah mengancammu," tukas Dae Hyun dengan nada marah.     

Soo Yin memegang pergelangan tangan Dae Hyun sambil menggelengkan kepalanya.     

"Jangan melakukan apapun kepadanya. Dia hanya salah paham," sergah Soo Yin sebelum Dae Hyun nekad membuat keributan.     

"Memangnya apa yang dia ucapkan?" tanya Dae Hyun sekali lagi. Jika kata-katanya tidak terlalu menyakitkan mungkin masih bisa memaafkannya.     

"Dia mengatakan jika aku merebutmu dari Aeri," ucap Soo Yin dengan terbata.     

Wajah Dae Hyun langsung memerah dan mata yang menggelap dengan sorot marah. Rahangnya tanpak menegang dan mengeras hingga otot-otot lehernya terlihat.     

====================================     

Hallo Readers,     

Sambil menunggu cerita saya publish. Bisa juga luangkan waktu untuk membaca buku milik teman saya judulnya:     

"Menikahlah Denganku" karya Kak Alany Love..     

Jangan lupa tambahkan ke daftar pustaka ya…     

Terima kasih,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.