Istri Simpanan

Bab 423 - selalu dikira ayahnya



Bab 423 - selalu dikira ayahnya

0Dengan terpaksa akhirnya Dae Hyun melajukan mobilnya ke arah pasar Noryangjin. Beruntung pasar belum tutup meski sudah malam. Kita juga tidak perlu khawatir karena di sana selalu menyediakan ikan segar yang didatangkan langsung dari nelayan yang baru saja pulang dari laut.     

"Sayang, kau yakin kita akan ke pasar di saat malam-malam seperti ini?" tanya Dae Hyun sekali lagi untuk memastikan jika Soo Yin mungkin saja sudah berubah pikiran.     

Soo Yin menganggukan kepalanya dengan antusias. Membayangkan makan kepiting bakar membuat air liurnya semakin ingin menetes.     

"Bukankah kau sudah lapar? Jika kita kesana terlebih dahulu akan membutuhkan waktu lama. Bagaimana jika kau kelaparan di tengah jalan?" ujar Dae Hyun berusaha membujuk Soo Yin agar mengurungkan niatnya.     

Soo Yin tidak menjawab, malah asyik sibuk mengedarkan pandangannya ke luar jendela.     

"Berhenti!" pekik Soo Yin ketika mereka berada di depan sebuah pedagang.     

Dae Hyun refleks menginjak rem hingga berdecit karena teriakan Soo Yin terlalu mendadak. Pria itu cemas kenapa Soo Yin tiba-tiba saja berteriak untuk menghentikan mobilnya.     

"Ada apa, Sayang?" ujar Dae Hyun dengan nafas yang ngos-ngosan menahan keterkejutannya.     

"Sayang, belikan aku Hotteok agar tidak kelaparan. Sepertinya makan beberapa buah bisa mengganjal perutku yang kosong," rengek Soo Yin dengan nada manja dan menggoyangkan lengan Dae Hyun.     

Dae Hyun mengikuti arah pandangan Soo Yin. Di pinggir trotoar terlihat pedagang Hotteok yang sedang menjajakan dagangannya.     

Dae Hyun menghela nafas pasrah. Tidak mungkin menolak permintaan istri kecilnya.     

"Baiklah, biarkan aku membelinya," ujar Dae Hyun dengan suara yang terdengar berat.     

"Kau memang sangat baik." Soo Yin mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat kepada Dae Hyun. Tangannya menangkup wajah pria itu lalu mengecup sekilas bibirnya.     

Dae Hyun terbelalak karena Soo Yin mau melakukannya tanpa merasa malu sama sekali.     

"Kau memang pintar membuatku bersemangat lagi," tukas Dae Hyun sembari mencubit pipi Soo Yin karena gemas dengan tingkahnya.     

"Aduh," gerutu Soo Yin sambil memegangi pipinya.     

Dae Hyun segera turun agar mereka tidak terlambat sampai ke pasar. Jangan sampai datang kesana terlalu malam. Sekarang saja Dae Hyun tidak yakin apa yang mereka cari masih ada.     

Hotteok adalah sejenis pancake yang dimasak dengan cara digoreng. Isinya kacang tanah, biji wijen dan madu. Namun ada juga yang mengisinya dengan berbagai macam sayuran.     

Dae Hyun segera masuk ke dalam mobil setelah mendapatkannya.     

Mata Soo Yin langsung berbinar melihat Dae Hyun sudah mendapatkannya. Namun ekspresi wajah Soo Yin berubah masam dan murung.     

"Kenapa? Apa kau tidak menyukainya?" ujar Dae Hyun karena Soo Yin hanya memandang bungkusnya tanpa membuka isinya.     

"Kau tidak membelikan minum untukku? Bagaimana jika aku kehausan atau tiba-tiba saja tersedak makanan? Kau ingin aku mati?" ujar Soo Yin dengan bibir yang dimajukan ke depan.     

Dae Hyun memejamkan matanya sambil menghela nafas berat. Tanpa mengatakan apapun lagi segera keluar untuk membeli air mineral. Untunglah tempatnya tidak terlalu jauh, hanya berjarak beberapa meter dari pedagang Hotteok.     

Ternyata memiliki istri yang terkadang sangat manja memiliki tantangan tersendiri untuknya. Sangat menguji kesabarannya. Namun Dae Hyun tidak boleh mengeluh karena sudah menjadi resikonya memiliki istri yang umurnya jauh masih sangat muda.     

"Kau memang terbaik," puji Soo Yin sambil mengangkat jempolnya ke atas ketika Dae Hyun sudah kembali ke dalam mobil.     

"Apa kau tidak berniat memberikan hadiah lagi untukku?" tanya Dae Hyun yang sudah bersiap-siap mendekatkan wajahnya ke arah Soo Yin.     

"Cepatlah, jangan sampai kita terlalu malam sampai di sana." Soo Yin mendorong bahu Dae Hyun agar menjauh darinya.     

Dae Hyun terpaksa mengemudikan mobilnya kembali. Ternyata istri kecilnya tidak akan melakukan apapun yang tidak diinginkannya.     

Soo Yin mulai menikmati Hotteok sambil memandang jalan raya di depannya dengan wajah berbinar. Berbeda dengan Dae Hyun yang sejak tadi memasang wajah masam dan wajah yang ditekuk.     

"Jika kau tidak mau pergi ke sana, ya sudah sebaiknya kita pulang saja," tukas Soo Yin ketika melihat ekspresi wajah Dae Hyun yang cemberut dan tampak sangat tidak bersemangat.     

Dae Hyun menolehkan wajahnya. Sejujurnya memang tubuhnya sudah sangat lelah dan butuh istirahat. Namun demi sang istri sebisa mungkin mencoba untuk bertahan.     

"Tidak, aku hanya agak mengantuk saja," ujar Dae Hyun dengan nada yang lebih bersemangat.     

"Tidak usah berbohong."     

"Mana berani aku membohongi istriku yang manis. Aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi," bujuk Dae Hyun.     

"Kalau begitu jangan memasang ekspresi cemberut karena aku tidak menyukainya," gerutu Soo Yin sambil menyipitkan mata.     

"Baiklah." Dae Hyun segera melebarkan senyumnya. Ada rasa heran dengan istrinya hari ini yang lebih cerewet dan banyak permintaan. Namun tidak masalah selama Soo Yin tidak merasa sedih.     

Tidak berapa lama kemudian mereka sudah sampai di pasar ikan Noryangjin. Suasana pasar sudah agak sepi, hanya beberapa orang saja yang lalu lalang lewat.     

Beberapa pedagang juga tampak sudah mulai mengantuk. Ada juga beberapa yang sudah mulai mengemas dagangannya.     

"Ternyata sudah agak sepi," ujar Soo Yin sembari mengedarkan pandangannya mencari pedagang yang menjual aneka kepiting dan sejenisnya.     

"Tentu saja, sekarang sudah hampir jam sepuluh malam," balas Dae Hyun.     

Mereka berkeliling hingga kaki terasa cukup pegal tapi tidak menemukan satupun penjual yang menjajakan kepiting. Rata-rata mereka sudah kehabisan sejak sore tadi. Hanya tinggal beberapa jenis seafood saja yang masih ada.     

"Soo Yin, sebaiknya kita pulang saja. Besok kita kembali lagi untuk membelinya," bujuk Dae Hyun yang sudah mulai putus asa. Sudah mengitari hampir seluruh wilayah pasar tapi belum satupun yang mereka temukan.     

"Ayolah kita ke sebelah sana lagi," ajak Soo Yin sambil menarik tangan Dae Hyun agar mengikuti langkah kakinya.     

Dengan langkah berat terpaksa Dae Hyun mengikuti Soo Yin.     

Setelah beberapa kali berkeliling, barulah mereka menemukan pedagang yang masih menjajakan aneka jenis kerang dan kepiting. Sepertinya nelayan baru saja mengantarkannya.      

Dengan cepat Soo Yin segera memilih yang menurutnya segar. Sedangkan Dae Hyun hanya berdiri di sampingnya.     

"Tuan, apakah anda hanya datang bersama putri anda? Apakah istri anda tidak ikut?" tanya seorang pedagang wanita paruh baya.     

'Lagi-lagi aku selalu saja dikira ayahnya,' rutuk Dae Hyun dalam hati.     

"Anda sangat tampan. Pantas saja putri anda sangat cantik meskipun kalian terlihat tidak mirip," ujar wanita paruh baya itu dengan ramah.     

"Apakah kami terlihat seperti seorang ayah dan anak?" tanya Soo Yin mengulum senyum.     

"Kau terlihat jauh lebih muda," tukas wanita paruh baya itu.     

Dae Hyun ingin sekali berteriak tapi saat ini sedang malas untuk berdebat.     

"Soo Yin, cepatlah. Ini sudah terlalu malam," tukas Dae Hyun dengan memasang wajah masam.     

Soo Yin hanya terkekeh melihat raut wajah suaminya.     

"Terima kasih, Nona. Lain kali ajak ibunya berbelanja di sini," ujar sang penjual.     

"Baiklah," ujar Soo Yin sembari mengulum senyum membayangkan Dae Hyun yang kini sedang menahan amarah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.