Istri Simpanan

Bab 426 - Saling mencintai



Bab 426 - Saling mencintai

0Saat jam istirahat, Soo Yin memilih duduk di tempatnya karena jika keluar maka semua orang mungkin akan terus membicarakannya. Hatinya belum sekuat baja yang bisa dengan begitu mudah menerima semuanya. Lagi pula, Soo Yin takut jika sampai membuat kekacauan di kampus.     

Soo Yin hanya mencari kegiatan dengan membaca buku untuk mempelajari semuanya.     

"Hmmm." Jae-hwa menggeser kursinya agar lebih dekat lagi dengan Soo Yin.     

"Soo Yin, bolehkah aku berbicara denganmu?" Jae-hwa mengamati sekeliling ruangan yang sudah lengang. Hanya ada mereka berdua saja dalam sehingga itu adalah waktu yang tepat untuk menanyakan semuanya.     

"Katakanlah," tukas Soo Yin sembari tersenyum tipis. Tidak biasanya Jae-hwa bersikap lebih pendiam. Namun Soo Yin bisa mengerti jika Jae-hwa sudah mendengar semua tentangnya. Apalagi dirinya juga masih bekerja di hotel.     

"Soo Yin, yang dikatakan oleh orang-orang tidak benar, bukan?" tanya Jae-hwa dengan hati-hati. Sangat berharap jika itu semua hanyalah gosip karena Jae-hwa belum sanggup menerima semuanya.     

"Menurutmu?" Soo Yin justru balik bertanya.     

"Aku berharap semoga saja itu tidaklah benar." Jae-hwa menghela nafas berat dengan tatapan tumit memandang Soo Yin yang tertunduk.     

Ada perasaan campur aduk yang dirasakan Soo Yin saat ini.     

"Bagaimana jika semua itu memanglah benar?" ucap Soo Yin lirih. Sudah bisa menduga arah pertanyaan dari Jae-hwa kemana. Tidak mungkin tidak mendengarnya karena ia juga berada di hotel.     

"Kenapa semua itu kau lakukan? Kau harus sadar jika apa yang kau lakukan adalah sebuah kesalahan," ucap Jae-hwa dengan suara berat. Hatinya terasa sesak belum bisa menerima apa yang terjadi kepada gadis yang dicintainya sejak lama.     

"Kau tidak akan mengerti meski aku menceritakan semuanya." Soo Yin tersenyum pahit sambil memandang Jae-hwa. Pria itu pasti akan berpikiran yang sama dengan orang lain tentangnya.     

"Aku akan mencoba mengerti jika kau bercerita sejak awal." Jae-hwa meraih tangan Soo Yin yang berada di atas meja. Manahannya dengan kuat ketika Soo Yin hendak menariknya.     

"Soo Yin, aku ingin berkata jujur kepadamu," imbuh Jae-hwa.     

Jae-hwa berniat ingin mengatakan semuanya meski sudah terlambat. Ada perasaan sesal yang mendalam karena sudah menundanya terlalu lama. Seandainya saja waktu bisa terulang kembali waktu yang telah lalu, Jae-hwa tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang selama ini ada ada di depan matanya.     

Sekarang semuanya sudah terlambat tapi tidak ada salahnya untuk mencoba. Bisa saja mereka akan berjodoh di kemudian hari.     

"Katakanlah, tapi bisakah kau lepaskan tanganku. Aku tidak ingin orang menganggapku gadis yang buruk, meskipun aku tahu jika memang buruk" ucap Soo Yin dengan nada sendu.     

Jae-hwa bisa merasakan jantungnya yang berdegup sangat kencang. Kini bahkan tangannya yang menggenggam jemari Soo Yin bergetar. Tidak ingin melepaskannya karena Jae-hwa tahu mungkin ini adalah kesempatan pertama sekaligus terakhirnya memegang tangan gadis yang dikaguminya sejak lama.     

Soo Yin berusaha menariknya dengan kuat kemudian menyembunyikannya di pangkuan.     

"Aku tidak ingin mendapatkan masalah lebih banyak lagi, Jae-hwa," tukas Soo Yin dengan perasaan tidak menentu.     

"Soo Yin, tidak bisakah kau meninggalkannya? Tidak bisakah kau mencari pria yang mencintaimu dengan tulus?" Akhirnya Jae-hwa memberanikan diri mengutarakan isi hatinya.     

Soo Yin terdiam membisu karena meski menjawab Jae-hwa tidak akan bisa mengerti jika hidupnya terlalu rumit.     

"Aku sudah lama mencintaimu. Menunggumu sejak masa sekolah menengah dulu tapi tidak disangka jika aku sudah keduluan dengan orang lain." Pikiran Jae-hwa melayang ke masa lalu dimana mereka saling bercanda dan tertawa bersama.     

Soo Yin menegakkan kepalanya, tidak disangka jika Jae-hwa mengatakan tentang perasaannya.     

"Kenapa baru sekarang mengatakanya? Kau sejak dulu tidak pernah mengatakannya padaku," ucap Soo Yin. Sebenarnya Soo Yin juga dulu memiliki perasaan yang sama kepada Jae-hwa, tapi pria itu terlalu diam dan tidak mengatakan apapun.     

"Itu karena aku ingin menjagamu dan tidak ingin merusakmu. Aku ingin kita sukses bersama terlebih dahulu. Baru setelah itu akan mengatakan semuanya. Lalu kita menikah dan menua bersama." Jae-hwa tersenyum getir mengingat keinginannya tinggal angan-angan belaka. Semuanya tidak akan pernah terwujud meski dalam mimpi.     

"Kau pasti akan mendapatkan gadis yang jauh lebih sempurna dariku," ucap Soo Yin.     

"Aku menyesal kenapa tidak sejak dulu mengatakannya." Jae-hwa tertunduk merasakan kesedihan yang mendalam di hatinya. Ia sampai tidak bisa tidur ketika baru saja mendengar kabar berita tentang Soo Yin. Itu semua seperti mimpi buruk yang tak pernah ingin didengar oleh Jae-hwa.     

"Tidak usah menyesalinya. Semuanya sudah terjadi dan akupun tidak bisa berbuat apa-apa. Carilah gadis yang lebih pantas kau cintai karena banyak gadis yang akan mencintaimu dengan tulus di luaran sana." Soo Yin berusaha untuk bijak agar Jae-hwa tidak membencinya.     

"Tidak akan semudah itu," balas Jae-hwa sembari menatap kedua mata Soo Yin dengan tatapan sendu. Memperlihatkan betapa hatinya kecewa saat ini     

"Jae-hwa, bisakah kau mengabulkan satu permintaanku?" tanya Soo Yin.     

"Tentu, katakanlah," tukas Jae-hwa.     

"Aku ingin kau tidak menjauhi dan membenciku seperti orang lain."     

Jae-hwa mendesah panjang sebelum menjawabnya.     

"Tentu saja, aku berjanji tidak akan menjauhimu."     

"Terima kasih, aku mohon tetaplah menjadi temanku seperti dulu," ucap Soo Yin seraya tersenyum. Senyuman yang selama ini bisa membuat jantung Jae-hwa berdebar tidak karuan.     

"Apa dia mamaksamu menikah dengannya?" Tiba-tiba Jae-hwa kepikiran untuk mengatakannya.     

"Tidak, kami saling mencintai. Dia sama sekali tidak pernah memaksaku." Soo Yim tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Jae-hwa yang langsung menusuk rongga di dadanya.     

Meskipun pada awalnya Dae Hyun memang berbohong dan Soo Yin juga menikah dengan terpaksa, tapi tidak mungkin Soo Yin mengatakan semuanya. Dirinya tidak ingin suaminya disalahkan. Biarlah mereka sama-sama membela demi kebaikan bersama.     

Jae-hwa merasakan dadanya sedikit sesak ketika Soo Yin mengatakan mereka saling mencintai.     

"Namun umur kalian berdua terlihat memiliki jarak yang terlampau jauh," tukas Jae-hwa.     

"Itu tidak masalah sama sekali meski jarak kami terlalu jauh. Kami saling percaya satu sama lain," ucap Soo Yin tanpa sadar memuji suaminya sendiri. Padahal jika di depan Dae Hyun tidak mungkin mengatakannya.     

Jae-hwa hendak bertanya lebih banyak lagi tapi sayang sekali sudah banyak mahasiswa yang mulai memasuki kelas. Sehingga Jae-hwa menggeser kursinya untuk menjauh. Dia juga tidak ingin jika mereka sampai membicarakan tentang Soo Yin jauh lebih buruk lagi.     

Pelajaran kembali dimulai. Kebetulan sekali jika hari ini adalah jadwal Mi Young memberikan materi.     

Sejak tadi Mi Young mengamati Soo Yin  yang terdiam membisu dan tampak melamun. Tentu saja kabar itu sudah     

sampai di telinganya karena beberapa hari yang lalu bertemu dengan Ny. Park. Wanita paruh baya itu menceritakan semuanya.     

Mi Young tidak menyangka jika pada akhirnya hubungan mereka akan ketahuan. Ada rasa egois di hati Mi Young menginginkan jika mereka segera berpisah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.