Istri Simpanan

Bab 428 - Suka memaksakan kehendak



Bab 428 - Suka memaksakan kehendak

0Soo Yin mengerti jika Mi Na dan Hyo Rin pasti ingin meminta penjelasan kepadanya tentang semua yang terjadi. Soo Yin merasa heran kenapa semua mahasiswa sudah mengetahuinya. Sepertinya dirinya bukanlah orang yang penting.     

Soo Yin mengajak kedua temannya ke kantin agar lebih nyaman untuk menjelaskan semuanya.     

"Aku ingin tahu darimana kalian mengetahuinya?" tanya Soo Yin sembari memandang kedua sahabatnya secara bergantian.     

"Dae Hyun termasuk pria yang penting di Seoul apalagi statusnya sebagai suami seorang model papan atas. Ditambah lagi dengan jabatannya sebagai mantan direktur hotel bintang lima, sudah pasti banyak media yang berbondong-bondong ingin mengetahui kejadian itu," ujar Mi Na.     

"Kami melihatn kalian masuk di media massa offline maupun online. Fotomu bahkan terpampang jelas di sana," tukas Hyo Rin sembari membuka ponselnya. Lalu mengetikan salah satu website berita di kolom pencarian. Setelah menemukannya ia menunjukkannya kepada Soo Yin.     

"Lihatlah, tidak mungkin kami tidak mengetahui hal itu," tukas Hyo Rin. Ia sendiri sudah curiga sejak lama tapi diam saja karena Dae Hyun mengancamnya.     

Soo Yin melihat layar ponsel Hyo Rin dengan sangat seksama. Ternyata benar memang ada berita tentang mereka, pantas saja hampir semua mahasiswa mengetahui hal itu.     

Di dalam artikel dikatakan jika Soo Yin sudah merebut Dae Hyun dari Aeri. Terdapat foto dirinya di antara foto pernikahan Aeri dan Dae Hyun. Kemudian tertulis jika Soo Yin yang memaksa Dae Hyun untuk menikahinya.     

Soo Yin hanya mendesah panjang membaca artikel itu yang sama sekali tidak benar.     

"Apa kau sudah menjalin hubungan dengannya ketika kita bertemu di bioskop?" tebak Hyo Rin hanya untuk sekedar memastikan saja. Meski dugaannya saat itu sepertinya memang benar     

"Kami saat itu memang sudah menikah. Tapi aku sama sekali tidak mencintainya hingga kerap bertengkar dan aku juga pernah meminta cerai. Sebagai gadis normal aku juga tidak ingin menikah dengan seorang yang sudah bersuami." Soo Yin menerangkan secara singkat apa yang terjadi.     

"Lalu kenapa kalian bisa menikah jika kau tidak mencintainya?" tanya Mi Na yang sangat tertarik dengan cerita Soo Yin.     

"Aku terpaksa menikah dengannya karena untuk balas budi. Dia menolong keluargaku dari rentenir. Sebagai ucapan terima kasih ayahku meminta agar aku menikah dengannya. Aku juga tadinya sangat marah karena Dae Hyun sudah membohongi kami. Namun lambat laun aku justru jatuh cinta kepadanya. Perlakuannya yang begitu lembut membuat hatiku perlahan luluh," ucap Soo Yin secara singkat menerawang kembali ingatannya beberapa bulan yang lalu.      

"Hmmm, ternyata memang sangat rumit ceritanya. Sebenarnya kau disini tidak bersalah. Tapi karena kalian menikah secara diam-diam membuat kau di cap buruk," tukas Hyo Rin.     

"Tapi tenanglah kami akan selalu mendukungmu. Wajar saja kau jatuh cinta karena jika dilihat suamimu memang terlihat sangat tampan dan berwibawa," timpal Mi Na sembari terkekeh.     

"Asal kalian tahu saja. Jika aku sedang berjalan dengannya, dia selalu dikira ayahku," bisik Soo Yin sembari mengingat kejadian semalam yang membuat Dae Hyun kesal.     

"Ternyata benar dugaanku waktu itu jika kau berkencan dengan om-om. Namun kau justru marah-marah dan menarik rambutku hingga rontok," gerutu Hyo Rin. Jika mengingat bagaimana Soo Yin saat itu menarik rambutnya dengan sangat kuat ingin sekali saat ini membalasnya.     

"Hyo Rin, kau masih saja mengingatnya," ucap Soo Yin dengan bibir cemberut.     

"Bagaimana mungkin aku lupa dengan semudah itu," tukas Hyo Rin pura-pura jika dirinya sedang marah.     

"Itu juga salahmu karena sudah mengataiku wanita simpanan," tukas Soo Yin tak ingin kalah.     

"Sudahlah, kalian ini tidak perlu berdebat lagi. Jangan sampai kalian malah bertengkar lagi," ujar Mi Na untuk menengahi perdebatan di antara mereka.     

"Hyo Rin, aku ingin tahu bukankah kau diancam Dae Hyun sehingga kau mau berteman denganku?" celetuk Soo Yin. Sudah sejak lama ingin menanyakannya tapi selalu tidak ada waktu.     

"Hmmm, suamimu suka memaksakan kehendak. Aku diancam akan dikeluarkan dari kampus ini jika sampai mengganggumu lagi. Namun setelah dipikir-pikir berteman denganmu memang jauh lebih menyenangkan daripada dengan Li Sa," tukas Hyo Rin dengan jujur.     

"Ah, sungguh tidak kusangka jika Dae Hyun bertindak sejauh itu." Soo Yin terkekeh geli meskipun sudah bisa menduga ini akan terjadi.     

"Soo Yin, aku juga ingin memiliki suami seperti itu," ujar Mi Na. Tapi terakhir kali ingin berkencan malah hampir saja tertipu oleh Je Ha. Beruntung Soo Yin menolongnya sehingga belum terjadi sesuatu.     

"Kau yakin ingin memiliki suami seperti Dae Hyun?" ujar Soo Yin sambil tertawa renyah. Membuat kedua sahabatnya merasa penasaran hingga begitu serius memandangnya.     

"Memangnya kenapa?" tanya Hyo Rin dan Mi Na secara bersamaan.     

"Asal kalian tahu saja mungkin hanya aku yang sanggup menjalaninya. Tidak seindah yang dibayangkan karena semuanya butuh pengorbanan," tukas Soo Yin sembari terkekeh.     

"Memangnya seperti apa suamimu?" desak Hyo Rin.     

"Sudahlah, itu rahasia yang tidak mungkin aku katakan kepada orang lain. Sebaiknya kalian cari yang seumuran saja. Jika perbedaan umur yang terlalu jauh juga tidak terlalu baik. Kalian harus bisa mengimbangi dengan sifat dan pemikiran mereka," terang Soo Yin secara asal.     

"Benarkah? Namun kau tidak terlihat seperti itu. Sifatmu juga terlihat masih seperti kekanakan," ujar Hyo Rin sembari menyipitkan matanya.     

"Itu karena dia terlalu menyayangiku sehingga aku ingin menjadi diriku sendiri. Jika dia tidak suka sifatku itu terserah," ucap Soo Yin dengan santai membuat kedua sahabatnya menggelengkan kepalanya.     

"Aku yakin dia yang cukup stres memiliki istri seperti dirimu," ujar Hyo Rin sembari tertawa renyah yang diikuti oleh Mi Na.     

Soo Yin hanya meringis menanggapinya.     

Bip…     

Soo Yin bisa mendengar ada suara pesan yang masuk ke ponselnya sehingga ia merogohnya dari tas.     

[Sayang, kau dimana? Bukankah sudah waktunya pulang? Kenapa kau tidak kunjung keluar?] Honey.     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya karena lupa jika Dae Hyun menunggunya di luar.     

"Ada apa?" tanya Hyo Rin ketika melihat ekspresi gelisah di wajah Soo Yin.     

"Sebaiknya aku pergi sekarang juga. Aku lupa jika saat ini suamiku sedang menunggu di mobilnya sejak pagi," ujar Soo Yin yang bangkit berdiri.     

"Ya ampun, kau ini kenapa bisa sampai lupa seperti itu? Kau juga tega sekali membiarkannya menunggu di luar hampir setengah hari," gerutu Mi Na.     

"Dia sendiri yang ingin mengantarku dan ingin menunggu," ujar Soo Yin.     

"Sudahlah, sebaiknya aku pergi dulu sebelum dia marah dan menyusul ke dalam," pamit Soo Yin pada kedua sahabatnya.     

Soo Yin dengan langkah cepat meninggalkan kantin. Menyusuri koridor ruang kelas. Soo Yin merasa lega karena hanya ada beberapa mahasiswa saja dan tidak terlalu memperhatikannya. Ia bisa terbebas dari cibiran orang-orang tentangnya.     

===================================     

Hallo Readers,     

Sambil menunggu cerita saya publish. Bisa juga luangkan waktu untuk membaca buku milik teman saya judulnya:     

"Menikahlah Denganku" karya Kak Alany Love..     

Jangan lupa tambahkan ke daftar pustaka ya…     

Terima kasih,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.