Istri Simpanan

Bab 430 - Terasa asing



Bab 430 - Terasa asing

0UN Village.     

Soo Yin memandang rumah besar bergaya modern di depannya dengan jantung yang berdebar. Dia merasa sangat gugup meski sebelumnya sudah sering datang ke tempat itu. Keadaan sudah tidak lagi seperti dahulu.     

Mungkin sikap semua orang yang ada di rumah itu sangat berbeda kali ini. Bahkan ketika terakhir kali bertemu Ny. Park, Soo Yin merasakan perbedaan yang sudah kentara.      

"Apa kau gugup?" tanya Dae Hyun seraya mengamati istri kecilnya yang menautkan kedua tangannya di pangkuan.     

Mereka masih di dalam mobil karena Dae Hyun baru saja menghentikan mobilnya di di halaman depan.     

"Sedikit," ujar Soo Yin sembari tersenyum getir. Dihirupnya udara dari hidung kemudian mengeluarkannya dari mulut hingga beberapa kali dan berhasil mengurangi rasa gugupnya.     

"Percayalah, semuanya akan baik-baik saja." Dae Hyun meraih tangan Soo Yin lalu mengecupnya hingga beberapa saat. Ingin meyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja.     

Soo Yin menganggukan kepalanya sembari memikirkan suatu yang indah-indah agar tidak terlalu stres. Mereka juga tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya.     

Derrtt … derttt …     

Terdengar suara dari ponsel Dae Hyun yang terletak di atas dashboard. Dae Hyun segera memeriksanya ternyata Park Ji Hoon yang menghubunginya.     

"Ada apa?" tanya Dae Hyun setelah menekan tombol jawab pada layar ponselnya.     

"Apakan kalian akan berada di dalam mobil terus-menerus? Yeon sudah ingin bertemu denganmu sejak tadi." Nada suara Park Ji Hoon kini terdengar kesal.     

"Kami baru saja sampai dan sebentar lagi juga kami akan turun," ujar Dae Hyun sembari mendengus.     

"Kalau begitu cepatlah," titah Park Ji Hoon yang sudah tidak sabar.     

Dae Hyun segera mengakhiri panggilannya lalu meletakkan kembali ponselnya di atas dashboard.     

"Ada apa?" tanya Soo Yin dengan perasaan semakin cemas.     

"Tidak apa-apa, ayah meminta kita agar segera masuk ke dalam karena Yeon Ho sudah menunggu." Dae Hyun langsung mengukir senyum agar Soo Yin tidak merasa takut.     

"Turunlah terlebih dahulu. Biarkan aku nanti menyusul," ucap Soo Yin dengan bibir bawahnya yang digigit kuat hingga tanpa sadar menyebabkannya sedikit bengkak.     

Dae Hyun merasa geram karena Soo Yin begitu keras kepala. Ditangkupnya wajah mungil Soo Yin dengan kedua telapak tangannya yang besar. Lalu dilumatnya bibir ranum yang begitu manis hingga beberapa saat.     

Soo Yin terbelalak lebar dengan apa yang dilakukan oleh Dae Hyun, sehingga ia mendorong tubuh kekar itu agar terlepas.     

"Apakah kau sudah tidak waras?" Suara Soo Yin agak meninggi dengan mata tajam yang tertuju pada suaminya. Ia merasa jika suaminya sudah tidak waras menciumnya padahal mereka saat ini sedang berada di UN Village. Bagaimana jika keluarganya sampai tahu apa yang mereka lakukan?     

"Bukankah sudah berulang kali kukatakan jangan melukai bibir sendiri. Itu akibatnya karena sudah tidak patuh," ucap Dae Hyun dengan santai. Tidak merasa bersalah dan takut sama sekali dengan apa yang dia lakukan.     

"Aku tidak bisa menghilangkan kebiasanku jika sedang gugup," terang Soo Yin dengan wajah cemberut.     

"Ayo turun sebelum ayahku menghubungi lagi," ajak Dae Hyun.     

"Aku akan selalu ada di sampingmu," lanjut Dae Hyun. Terlebih dahulu ia turun dari mobil kemudian membukakan pintu untuk istri kecilnya.     

Pada akhirnya Soo Yin setuju untuk ikut masuk ke dalam rumah meskipun hatinya terus berdebar karena merasa sangat takut.     

Aeri yang sedang berdiri di balkon lantai atas mengepalkan tinjunya kuat-kuat. Ketika melihat bagaimana manisnya perlakuan Dae Hyun kepada Soo Yin. Selama mereka menikah tidak pernah sekalipun Dae Hyun membukakan pintu untuknya. Apalagi menggandeng tangannya. Mereka hanya melakukan jika di tempat umum saja.     

Sekarang justru Dae Hyun seperti sudah terhipnotis dan begitu patuh kepada Soo Yin. Aeri jadi curiga sebenarnya ramuan apa yang digunakan Soo Yin sehingga Dae Hyun sangat takluk kepadanya.     

"Dasar gadis jalang!" umpat Aeri sembari menggertakan giginya kuat-kuat menahan amarah yang yang sudah diujung kepala.     

Percuma saja memiliki Yeon Ho dan keluarganya jika Dae Hyun tetap memilih Soo Yin. Jika seperti ini terus Aeri tidak yakin akan bertahan lebih lama lagi.     

Aeri segera masuk ke dalam. Lalu mematut wajahnya di depan cermin. Mengaplikasikan beberapa make up agar matanya terlihat sembab seolah-olah dirinya merasakan kesedihan yang mendalam.     

Tak lupa Aeri juga membuat matanya berkaca-kaca untuk menyambut kedatangan mereka. Rambutnya sedikit acak-acakan agar semakin meyakinkan jika dirinya stres berat pasca kepergian Dae Hyun.     

Dae Hyun langsung menggandeng Soo Yin untuk masuk ke dalam rumah yang begitu luas itu. Menuntunnya tanpa melepaskan genggaman erat pada tangan Soo Yin yang kini mengeluarkan keringat dingin pada genggamannya.     

"Dimana ibu dan ayah?" tanya Dae Hyun kepada salah satu pelayan yang bekerja di sana.     

"Tuan dan nyonya ada di kamar Yeon Ho, Tuan," sahut pelayan itu dengan kepala tertunduk. Padahal ia begitu penasaran dengan wajah Soo Yin. Ingin sekali melihatnya meski hanya sebentar.     

Dae Hyun melanjutkan langkahnya yang diikuti oleh Soo Yin. Bagi Soo Yin rumah besar itu terasa sangat asing sejak terakhir kali mengunjunginya. Tidak ada perasaan nyaman sama sekali seperti dulu.     

Kini mereka sudah berada di depan pintu kamar Jo Yeon Ho. Dae Hyun mengetuk pintu hingga beberapa kali sebelum akhirnya terdengar suara langkah kaki yang mendekat.     

Soo Yin melepaskan tangannya dari genggaman Dae Hyun. Merasa tidak enak hati dan juga tidak pantas dengan apa yang telah mereka lakukan.     

Soo Yin berdiri dengan gelisah tidak menentu. Tiba-tiba saja tidak tahan ingin buang air kecil.     

"Sayang, aku ke bawah dulu. Aku tidak tahan untuk buang air kecil," ujar Soo Yin melepaskan tangannya dari cengkraman Dae Hyun.     

Sebelum Dae Hyun berucap Soo Yin sudah berlari-lari kecil menuruni anak tangga karena sudah tidak tahan lagi.     

Dae Hyun hanya menghela nafas berat lalu memegang knop pintu untuk membukanya. Pada saat yang bersamaan Ny. Park juga hendak membukanya. Mereka saling bertemu pandang untuk beberapa saat tapi Ny.park membuang muka.     

"Ibu pikir kau tidak ingat putramu lagi," sindir Ny. Park dengan wajah datar.     

Dae Hyun melangkahkan kakinya masuk ke dalam tanpa menanggapi pernyataan ibunya. Meski sindirannya cukup menusuknya tapi Hyun memilih diam agar tidak menyakiti perasaan Ny. Park.     

Dae Hyun melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ranjang ketika melihat Jo Yeon Ho yang berbaring di ranjang yang berbalut sprei dengan motif gambar tokoh superhero.     

Ada kain yang menempel kening Jo Yeon Ho. Di sampingnya ada Park Ji Hoon yang tengah mengusap tangan Jo Yeon Ho.     

"Sejak kapan Yeon Ho sakit? Kenapa tidak ada yang menghubungiku?" Dae Hyun duduk di samping Jo Yeon Ho, lalu menggenggam tangannya dengan erat.     

"Sayang, bangunlah," ujar Dae Hyun dengan perasaan sangat cemas serta sedih melihat putra semata wayangnya kita terbaring.     

"Baru semalam dia demam karena beberapa malam yang lalu tidak bisa tidur. Selalu merengek ingin bertemu denganmu," tutur Park Ji Hoon dengan ekspresi rumit.     

"Seharusnya kau tidak pergi dari rumah ini. Apakah kau tidak memiliki hati nurani lagi sehingga meninggalkan anak dan istrimu? Jika kau memang tidak mencintai Aeri, setidaknya kau bisa bertahan demi Yeon Ho," ujar Ny. Park dengan perasaan sesak karena harus melihat rumah tangga putranya hancur.     

"Aku tidak bisa melakukannya, Bu," sahut Dae Hyun lirih sembari melihat wajah Yeon Ho yang pucat pasi.     

"Ayah, aku ingin bersama ayah," ucap Yeon Ho dengan bibir bergetar dan mata yang terpejam.     

"Sayang, ayah ada di sini. Sekarang bangunlah," ucap Dae Hyun sembari mengusap kening Yeon Ho. Mengecupnya hingga berulang kali dan meremas tangannya.     

Jo Yeon Ho perlahan membuka matanya ketika mendengar suara seseorang yang sangat dirindukannya.     

"Ayah," ucap anak bermata sipit itu dengan lemah.     

"Yeon Ho, ayah ada disini." Dae Hyun menatap sendu putranya.     

Yeon Ho lantas berusaha bangkit untuk memeluk dengan erat ayahnya dengan isak tangis yang mulai keluar dari bibirnya.     

Park Ji Hoon dan istrinya memilih keluar dari kamar untuk memberikan kesempatan mereka berdua saling melepas rindu. Serta mereka ingin jika Dae Hyun merubah keputusannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.