Istri Simpanan

Bab 431 - Berusaha tegar



Bab 431 - Berusaha tegar

0Aeri tadinya hendak menyusul Dae Hyun ke kamar Jo Yeon Ho tapi mengurungkan niatnya ketika melihat Soo Yin menuruni anak tangga.      

"Mau kemana gadis jalang itu?" gumam Aeri dengan rasa penasaran. Sehingga melongokkan wajahnya ke lantai bawah melihat Soo Yin yang berjalan dengan  cepat ke arah belakang.     

Dengan langkah lambat, Aeri mengikuti langkah Soo Yin di belakangnya yang berjarak hingga beberapa meter . Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk membuat perhitungan kepadanya. Dae Hyun pasti sekarang sedang fokus bersama Yeon sehingga tidak akan mengetahui hal ini.     

Dengan langkah cepat, Soo Yin mencari toilet yang ada di bagian belakang. Letaknya tidak jauh dari dapur. Soo Yin tidak terlalu bingung dan tidak perlu bertanya lagi karena memang sudah mengetahui hal itu.     

Beberapa pelayan memandangnya dengan tatapan bingung. Merasa sangat aneh dengan Soo Yin tapi mereka memilih diam saja ketika Aeri berjalan di belakangnya dan menatap tajam ke arah mereka.     

Soo Yin merasa sangat lega setelah berada di kamar mandi. Ia mematut dirinya di cermin terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk keluar. Diputarnya knop pintu pelan-pelan karena rasa gugup mulai kembali menjalar pada tubuhnya.     

Plak ….     

Baru saja Soo Yin berhasil membuka pintu ketika tamparan cukup keras mendarat di pipinya. Sehingga hampir terhuyung karena tidak dalam posisi siap. Pipinya terasa panas dan memerah.     

Aeri sufsh tidak bisa menahan lagi rasa marahnya sejak beberapa hari yang lalu. Tidak peduli jika Dae Hyun akan semakin marah, yang terpenting adalah rasa marahnya bisa tersalurkan.     

"Beraninya kau datang kau rumah ini!" hardik Aeri dengan tatapan tajam dan sorot mata yang berapi-api.     

Soo Yin masih memegangi pipinya yang memanas. Rasanya cukup sakit dan perih tapi sebisa mungkin Soo Yin mencoba untuk menahannya. Mungkin inilah yang akan dia hadapi cepat atau lambat.     

Soo Yin mengangkat dagunya dengan tegak agar terlihat jika dirinya bukan gadis lemah padahal hatinya kini sangat rapuh.     

"Dasar gadis tidak tahu malu!" umpat Aeri tanpa peduli saat ini sudah ada beberapa pelayan yang melihat kekacauan yang terjadi.     

"Maaf, aku datang kemari hanya ingin menemani suamiku," balas Soo Yin dengan wajah datar.     

"Suami? Beraninya kau mengatakan jika Dae Hyun adalah suamimu!"      

Aeri hendak melayangkan tangannya lagi yang mengarah di pipi Soo Yin tapi Soo Yin berhasil menahannya sebelum tangan itu kembali mendarat di pipinya.     

"Sebaiknya kau menerima kenyataan jika kami sudah menikah," ucap Soo Yin memberanikan diri. Semuanya sudah ketahuan sehingga untuk menyanggah adalah sesuatu hal yang tidak mungkin.     

"Kalian menikah secara diam-diam sehingga hanya aku disini istri sahnya," ucap Aeri sambil menggertakan giginya kuat-kuat merasakan gejolak amarah yang sudah berada di ubun-ubun. Ia pikir Soo Yin akan diam saja tapi tidak disangka justru berani menjawab setiap apapun yang diucapkannya.     

"Itu tidak masalah sama sekali karena kami memang mencintai. Menyingkirlah, Dae Hyun pasti sekarang sedang mencariku." Soo Yin tidak tahu kenapa dia begitu berani mengatakan semuanya padahal awalnya sangat takut datang ke rumah itu.     

Dengan kuat Aeri mendorong tubuh Soo Yin hingga benar-benar tersungkur di lantai kamar mandi dalam posisi duduk.     

"Ada apa ini ribut-ribut?" Park Ji Hoon yang mendengar adanya keributan dari seorang pelayan langsung bergegas menghampiri mereka.     

Matanya terbelalak lebar melihat Soo Yin yang sudah terdudul di lantai.     

"Soo Yin?" gumam Park Ji Hoon kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Soo Yin berdiri. Seburuk apapun perlakuan mereka, Soo Yin tetaplah salah satu menantunya.     

"Kau tidak apa-apa?" ujar Pria paruh baya itu. Perasaannya kini campur aduk.     

"Aku baik-baik saja, Tuan," sahut Soo Yin dengan kepala tertunduk dan gugup.     

"Ayah, untuk apa membantunya? Sebaiknya tidak usah terlalu dekat dengan gadis jalang seperti dirinya?" tukas Aeri dengan amarah yang kian memuncak karena Park Ji Hoon justru membantunya berdiri.     

"Aeri, bisakah agar kau tidak terlalu emosi?" ujar Park Ji Hoon yang tidak suka jika terjadi kekacauan di rumahnya.     

Park Ji Hoon menuntun Soo Yin berjalan melewati Aeri. Kemudian membawanya ke ruang keluarga.     

Dengan jari yang terkepal erat, Aeri mengikuti langkah mereka dengan hentakan kaki yang cukup kuat di lantai.     

Ny. Park terpaku ditempatnya ketika melihat Soo Yin bersama Park Ji Hoon. Ia tidak tahu jika Dae Hyun datang bersama Soo Yin.     

"Masih berani kau memijakkan kaki di rumah ini," sindir Ny. Park sambil memandang dengan perasaan rumit.     

Bibir Soo Yin terkunci tidak bisa menjawabnya, sangat berbeda sekali jika dengan Aeri tadi yang sangat berani.     

"Sun Wo, sudahlah. Tidak usah diperdebatkan," ujar Park Ji Hoon kepada sang istrinya.     

"Kenapa kau membelanya? Apakah karena kau dulu melakukan hal yang sama seperti putramu?" tuduh Ny. Park sembari berdecak.     

"Tidak usah mengungkitnya lagi karena ini  tidak ada hubungannya dengan masaluku," tukas Park Ji Hoon.     

"Tentu saja ada hubungannya. Jika kau tidak membuat ulah mungkin Dae Hyun tidak akan melakukan hal sama," ungkap Ny. Park dengan nada menyindir.     

"Tuan, ini pakaiannya," potong salah seorang pelayan yang tadi diminta untuk mencarikan pakaian ganti untuk Soo Yin.     

"Soo Yin, gantilah bajumu terlebih dahulu karena pakaianmu basah," tukas Park Ji Hoon dengan wajah datar.     

Soo Yin menganggukan kepalanya hendak meraih baju yang diberikan oleh pelayan. Namun belum sempat memegangnya, Aeri sudah terlebih dahulu meraihnya.     

Dengan tenaga yang cukup kuat, akhirnya Aeri merobeknya. Lalu kemudian secara paksa meletakkan gaun itu di tangan Soo Yin. Tidak ada ucapan yang keluar dari bibirnya. Aeri hanya mengukir senyum miring dan memandang Soo Yin frngsn tatapan jijik.     

"Aeri, apa yang kau lakukan?" ujar Park Ji Hoon sambil menatap tajam ke arah salah satu menantunya.     

"Ayah, seorang jalang seperti dia tidak pantas mengenakan pakaian yang bagus itu sebabnya aku merobeknya," ujar Aeri dengan perasaan sedikit puas.     

"Sebaiknya aku pulang saja. Maaf, jika aku sudah membuat kekacauan di rumah ini," ujar Soo Yin lirih.     

"Tidak usah terburu-buru. Bukankah kau datang kesini memang untuk membuat keributan?" sindir Ny. Park dengan wajah datar. Ada perasaan kecewa yang mendalam uang saat ini dirasakan oleh Ny. Park.     

Tiba-tiba saja kaki Soo Yin terasa berat ketika hendak melangkah pergi. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya. Matanya mulai terasa memanas tapi sebisa mungkin untuk menahan air matanya agar jagan sampai terjatuh.     

Soo Yin merasa sangat sedih karena seorang wanita yang tadinya begitu menyayangi dan hangat kepadanya kini justru tampak sangat membencinya.     

==============================     

Terima kasih semuanya. Jangan lupa untuk beli bab privinya karena koin yang kalian berikan sangat membantu saya untuk lebih bersemangat lagi dalam menulis.     

Terima kasih juga yang sudah membeli privi. Maaf tidak bisa menyebut satu per satu.      

Terima kasih juga buat readers yang sudah komentar, review dan power stone, tanpa kalian Author bukanlah siapa-siapa. Maaf tidak bisa membalas satu per satu     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.