Istri Simpanan

Bab 433 - Perlakukan istriku dengan baik



Bab 433 - Perlakukan istriku dengan baik

0Dae Hyun sampai melupakan janjinya pada Jo Yeon Ho untuk menemuinya kembali.     

"Dae Hyun, bagaimana keadaan Yeon Ho saat ini? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Soo Yin untuk memecah keheningan yang membuatnya sangat tidak nyaman. Ia tahu jika suaminya sedang menahan sedang menahan amarah.     

Dae Hyun menghela nafas berat kemudian mengemudikan mobilnya masuk ke dalam kawasan sebuah butik yang cukup besar.     

"Dia sudah mendingan dan semoga tidak mencariku karena aku tadi sudah berjanji akan kembali lagi." Dae Hyun menatap Soo Yin dengan mata sayu. Tangannya kemudian terulur untuk menangkup pipi Soo Yin yang tampak masih memerah. Bahkan bekas telapak tangan itu terlihat jelas di pipinya.     

"Aku baik-baik saja." Soo Yin berusaha menyunggingkan senyum tipis di bibirnya. Meski kenyataannya hatinya kini terasa sangat pedih.     

"Sayang, seharusnya aku tidak meninggalkanmu," ucap Dae Hyun dengan sendu sembari mengusap pipi istri kecilnya dengan begitu lembut. Hatinya kembali terasa pedih tanpa bisa berbuat apa-apa untuk Soo Yin.     

"Tidak usah merasa bersalah. Ini hanya hal kecil saja yang mungkin sebagai bentuk ujian atas apa yang terjadi. Aku sering melihat seorang gadis simpanan dilabrak istri tua, tidak masalah berkorban sedikit." Soo Yin justru terkekeh untuk berusaha mengembalikan suasana nyaman.     

Dae Hyun mendekap Soo Yin ke dalam pelukannya. Memejamkan matanya sejenak lalu mengusap punggung Soo Yin dengan lembut. Merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa melakukan apapun untuk Soo Yin di depan keluarganya.     

"Aku berjanji suatu saat nanti akan membalasnya," ucap Dae Hyun di telinga Soo Yin dengan lirih.     

"Kau tadi sudah membelaku di depan keluargamu. Hal itu sudah membuat hatiku sangat senang. Semoga semua ini cepat berlalu. Aku hanya sedih ketika ibu begitu benci dan kecewa ketika melihatku," ucap Soo Yin dengan pilu hingga matanya kini memanas. Teringat dulu bagaimana wanita itu begitu percaya dan sangat perhatian kepadanya.     

Berbanding terbalik dengan saat ini yang lebih dingin dan tatapannya begitu sinis.     

Dae Hyun tidak dapat mengucapkan apapun untuk membantu menenangkan Soo Yin karena ada sesuatu yang mendasari ibunya bersikap seperti itu.     

"Ibu trauma dengan apa yang dilakukan ayah di masa lalu. Aku berharap jika kemarahan ibu tidak akan berlangsung lama," tukas Dae Hyun mendekap erat tubuh mungil istrinya.     

Soo Yin hanya terdiam mendengar perkataan Dae Hyun tentang Ny. Park. Wajar seorang wanita akan bersikap seperti seperti itu karena pernah terjadi dalam hidupnya.     

"Sekarang kita cari pakaian untukmu. Jangan sampai kau sakit karena memakai pakaian yang basah," ajak Dae Hyun sambil melepaskan pelukannya.     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Mematuhi apapun yang diperintahkan oleh sang suami.     

Dae Hyun berjalan melenggang dengan menggenggam erat jemari Soo Yin hingga memasuki butik. Pelayan yang melihat mereka terlihat begitu iri.     

"Akhirnya kalian mampir juga ke butikku," ujar seorang pria yang tidak lain adalah Do Jin.     

"Do Jin? Kau yang memiliki butik ini?" Soo Yin mengamati butik baju yang begitu luas. Ada berbagai pakaian wanita dan pria yang tergantung di tempat yang berbeda.      

Di sana ada begitu banyak pakaian berkualitas tinggi dari beberapa desainer ternama. Soo Yin merasa takjub melihat pakaian bermerk yang tidak diragukan lagi kualitasnya.     

"Dulu Dae Hyun sering datang kemari sebelum memiliki teman tidur seperti dirimu," ujar Do Jin dengan sengaja menyindir Dae Hyun.     

"Benarkah?" tanya Soo Yin dengan wajah berbinar. Bertemu Do Jin sedikit bisa melupakan rasa sakit di dadanya.     

"Tidak usah dihiraukan. Dia memang selalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu," ujar Dae Hyun sebelum Soo Yin terlalu mempercayai kata-kata Do Jin.     

Dulu sebelum bertemu dengan Soo Yin, seringkali Dae Hyun datang kesana hanya untuk sekedar mengobrol karena tidak ingin pulang menemui Aeri. Mengatakan sibuk padahal mereka sedang minum.     

"Sekarang pilihlah bajumu sendiri," ujar Dae Hyun.     

"Baiklah." Soo Yin ditemani oleh seorang pelayan untuk menemukan baju yang diinginkannya. Matanya langsung terbelalak lebar dengan perasaan kagum karena baju disana semuanya bagus.     

Do Jin mengajak Dae Hyun untuk duduk di kursi tunggu.     

"Hmmm, aku sudah mendengar kabar tentang kalian berdua. Kuharap kalian bisa melewati semuanya dengan sabar karena cinta sejati memang butuh pengorbanan," ujar Do Jin dengan bijak langsung pada intinya.     

"Ughh, gayamu sudah seperti seorang yang mengetahui segalanya dengan benar saja," gerutu Dae Hyun sembari mendengus.     

"Aku memang mengatakan apa yang aku ketahui," ucap Do Jin.     

Dertt… dertt…     

Dae Hyun merogoh ponsel yang berada di saku bajunya. Ternyata ibunya yang menghubunginya.      

"Kenapa tidak dijawab? Apakah istri pertamamu yang menelepon?" goda Do Jin dengan dahi berkerut.     

"Ibuku," sahut Dae Hyun singkat sembari mengamati Soo Yin yang sedang memilih beberapa pakaian.     

"Kenapa kau tidak menjawabnya? Apakah kau sudah bosan hidup dan ingin dikutuk?" ujar Do Jin seraya terkekeh.     

"Itu semua tidaklah penting. Mungkin hanya mengatakan kepada Yeon Ho saat ini," sahut Dae Hyun singkat.     

"Kudengar sekarang kualitas pelayanan hotel menurun tak seperti dulu lagi. Jika seperti ini terus hotel pasti akan mengalami kemunduran seperti dulu. Ada juga beberapa investor yang membatalkan kerjasamanya setelah skandal yang kau lakukan," ujar Do Jin untuk mengeluarkan apa yang dikhawatirkan olehnya.     

"Itu tidak ada hubunganku lagi karena aku sudah tidak menjadi pimpinan di sana," sahut Dae Hyun dengan cuek dan semua itu adalah fakta yang sebenarnya.     

"Dae Hyun, kembalilah sebelum hotelmu runtuh." Do Jin mengutarakan perasaannya karena dia salah satu yang berinvestasi di sana.     

"Jika kau ingin memberikan saran sebaiknya katakan dengan Kim Soo Hyun dan datanglah ke hotel," tukas Dae Hyun.     

Terdengar kembali dering ponsel hingga menghentikan obrolan mereka. Ini sudah yang kedua kalinya ibunya menelepon sehingga Dae Hyun menjawabnya.     

"Ada apa, Bu?" ujar Dae Hyun sembari mendesah panjang.     

"Dae Hyun, cepatlah kembali ke rumah. Putramu terus mengamuk untuk bertemu denganmu kembali," tukas Ny. Park dengan suara yang terdengar cemas.     

"Aku tidak akan datang setelah apa yang kalian lakukan pada istriku," sahut Dae Hyun dengan tegas. Seharusnya sebelum bersikap buruk kepada Soo Yin mereka berpikir terlebih dahulu.     

"Dae Hyun, teganya dirimu kepada Jo Yeon Ho? Apakah putramu sudah tidak berarti apa-apa lagi sehingga kau memilih gadis itu dari pada putramu sendiri?" Suara Ny. Park terdengar lebih meninggi.     

Dae Hyun bisa mendengar samar-samar suara Yeon Ho yang meraung-raung memanggil namanya serta beberapa barang di lemparkan ke lantai.     

"Aku akan datang jika kalian bersikap baik kepada istriku. Jika tidak, silahkan urus sendiri saja," ancam Dae Hyun. Sebenarnya saat ini dirinya sudah sangat khawatir tapi Dae Hyun terlalu kesal dengan apa yang akan telah mereka lakukan.     

Tidak ada jawaban dari seberang telepon. Sepertinya Ny. Park sedang membujuk cucunya agar lebih tenang. Namun sepertinya tidsk berhasil karena Yeon Ho justru semakin meraung.     

"Apa kau masih tega kau membiarkan putramu mengamuk seperti itu? Panasnya juga sekarang semakin tinggi," ujar Ny. Park kembali.     

"Seharusnya kalian sudah memikirkan resiko yang akan terjadi. Aku tetap akan datang jika kalian meminta maaf dan memperlakukan Soo Yin dengan baik. Jika tidak mau terserah saja," ujar Dae Hyun sekali lagi tetap pada pendiriannya karena yakin mereka tidak akan bisa meredakan emosi putranya.     

"Dae Hyun, cepatlah kembali. Yeon Ho menginginkanmu untuk pulang," ujar Aeri yang mengambil alih ponsel Ny. Park.     

"Aku akan datang jika kalian memperlakukan Soo Yin dengan baik serta bersedia meminta maaf kepadanya." Tekad Dae Hyun sudah bulat, tidak akan datang kesana sebelum mereka bersedia.     

"Dae Hyun, sekarang ternyata kau sangat berubah. Hanya demi gadis itu kau sampai melupakan putramu," tukas Aeri dengan suara meninggi.     

"Terserah aku tidak peduli," sahut Dae Hyun berusaha untuk bersikap tenang padahal saat ini dirinya sangat panik memikirkan keadaan putranya.     

Dae Hyun lantas mematikan sambungan telepon untuk menggertaknya. Itu salah mereka, jika saja mereka memperlakukan Soo Yin dengan baik, pasti saat ini dirinya masih berada di sana.     

===================================     

Hai Readers tercinta,     

Mohon bantuannya untuk membeli priviledge saya yang harga satu koin saja:folded_hands::folded_hands::folded_hands:     

Terima kasih :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:     

Baca juga novel terbaru saya judulnya:     

Duda Tampan : Mengejar Istri yang Kabur     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.