Istri Simpanan

Bab 434 - Bukan konsumsi publik



Bab 434 - Bukan konsumsi publik

0Soo Yin berjalan mendekati Dae Hyun sembari membawa beberapa potong pakaian di tangannya. Alisnya saling bertautan ketika melihat wajah Dae Hyun yang sepertinya sedang gelisah.     

"Sayang, kau kenapa?" ujar Soo Yin dengan penasaran lalu duduk di sebelahnya.     

"Tidak apa-apa," sahut Dae Hyun sembari berusaha untuk menyunggingkan senyum.     

"Sayang, bolehkah aku membeli beberapa?" Ada perasaan tidak enak di hati Soo Yin karena terlalu banyak meminta.     

"Kau tidak perlu khawatir, pilihlah semua yang kau inginkan," ucap Dae Hyun untuk menenangkan Soo Yin jika tidak masalah sama sekali. Meski pengeluarannya cukup banyak untuk membangun sebuah restoran tapi baginya tidak masalah sama sekali jika Soo Yin meminta beberapa potong pakaian.     

Soo Yin lantas pergi ke ruang ganti untuk mencoba salah satu. Ia mencoba sebuah dress berwarna biru laut yang begitu pas di tubuhnya.     

"Bagaimana?" Soo Yin memutar tubuhnya sedikit malu-malu di depan sang suami. Beruntung Do Jin sudah tidak ada di sana.     

Dae Hyun menghampiri Soo Yin semakin mendekat dan merengkuh pinggangnya hingga tubuh mereka menempel.     

"Kau selalu cantik dengan apapun yang kau kenakan," bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin. Memeluknya seperti ini sungguh membuatnya merasa sangat nyaman.     

Soo Yin menolehkan wajahnya sedikit menghadap ke belakang hingga Dae Hyun dengan sengaja menempelkan bibirnya.     

"Tolong kalian berdua jangan berbuat mesum di butikku," gerutu Do jin ketika datang dan tanpa sengaja justru melihat mereka berciuman.     

Soo Yin lantas melepaskan diri dari Dae Hyun dengan wajah yang memerah.     

"Soo Yin, kulihat sekarang kau berubah banyak dari yang terakhir kalinya kita bertemu. Pantas saja jika Dae Hyun ingin menempel selalu di dekatmu," ujar Di jin sembari berdecak.     

"Tidak usah mengurus hubungan kami, sebaiknya urus saja hidupmu sendiri," cibir Dae Hyun sembari memandang dengan datar wajah sahabatnya.     

"Lihatlah suamimu ini sangat mudah sekali tersinggung. Apakah dia sangat posesif kepadamu? Jika iya, mohon bersabarlah," ujar Do Jin sembari terkekeh.     

Soo Yin hanya mengulum senyum menanggapi pernyataan Do Jin karena wajah Dae Hyun sudah berubah masam. Bahkan mungkin sebentar lagi akan mengamuk.     

"Dae Hyun, jangan memandangku dengan wajah galak seperti itu. Kau seperti seorang ayah yang tidak memperbolehkan putrinya untuk berbicara dengan pria lain," goda Do Jin untuk membuat Dae Hyun semakin marah.     

"Apakah Dae Hyun bersikap seperti itu? Kuharap kau tahan menghadapinya yang memang sedikit kaku dan pastinya sangat menyebalkan," ucap Do Jin kepada Soo Yin.     

"Tidak, suamiku sangat baik. Mana mingkin dia bersikap seperti yang kau katakan," kilah Soo Yin agar membuat suasana hati suaminya membaik.     

"Dengarlah kata istriku," tukas Dae Hyun sembari merengkuh Soo Yin dari samping agar semakin merapat.     

"Aku sama sekali tidak percaya dengan kata-katamu. Soo Yin berkata seperti itu karena sudah kau racuni pikirannya," cibir Do Jin.     

Soo Yin kemudian berjinjit lantas mendaratkan bibirnya di pipi sang suami tanpa malu. Meski setelah itu pipinya langsung memanas.     

"Cukup, jangan membuat mataku tercemar dengan apa yang kalian lakukan," gerutu Do Jin.     

"Kami hanya membuktikan jika apa yang kau katakan semuanya tidak benar," ucap Dae Hyun dengan bibir sebelah yang tertarik ke atas.     

"Sekarang pergilah sebelum aku muntah melihatnya," tukas Do Jin.     

Dae Hyun lalu mengeluarkan salah satu kartu ATMnya untuk membayar pakaian sang istri.     

"Tidak perlu, aku ingin memberikan pakaian ini secara cuma-cuma," tolak Do Jin ketika Dae Hyun hendak memberikan kartunya.     

"Kau tidak bermaksud rencana lain, kan?" Dae Hyun menyipitkan matanya mencurigai sesuatu jika Do Jin memiliki rencana di luar nalar.     

"Sayang sekali kau sudah menebaknya." Do Jin hanya meringis sembari menggaruk kepalanya bagian belakang.     

"Soo Yin, maukah kau menjadi peraga untuk beberapa pakaianku? Tubuhmu sangat cocok jika memakai pakaian yang usia remaja. Wajahmu terlihat masih sangat imut," lanjut pria berwajah tirus itu.     

"Aku tidak setuju," ucap Dae Hyun dengan tegas sebelum Do Jin berkata lebih jauh lagi.     

"Dae Hyun, sebentar saja aku akan meminjam istrimu," mohon Do Jin dengan penuh harap. Berita Dae Hyun dan Soo Yin saat ini sedang menyebar sehingga jika dirinya menggunakan Soo Yin sebagai model maka orang-orang akan penasaran dan akan meningkatkan penjualan butiknya. Kebetulan sekali pekan depan akan ada acara fashion show.     

"Sampai kapanpun aku tudak akan setuju dengan akal busukmu itu. Lagi pula Soo Yin bukan barang sehingga tidak dipinjamkan. Satu lagi aku tidak suka jika tubuh istriku menjadi konsumsi publik," tukas Dae Hyun sembari memicingkan matanya ke arah Do Jin.     

"Lalu kenapa kau membiarkan Aeri menjadi model papan atas? Padahal kau tidak menyukai jika dia menjadi tontonan banyak orang," pancing Do Jin untuk mencari kesempatan.     

"Itu karena dia keras kepala. Ditambah lagi aku sama sekali tidak mencintainya sehingga terserah apa saja yang akan dia lakukan. Itu tidak ada hubungannya denganku," ucap Dae Hyun.     

"Kau memang menyebalkan. Istrimu ini sangat cantik, sayang jika tidak digunakan dengan baik." Rupanya Do Jin belum belum juga menyerah dengan usahanya.     

"Soo Yin, kau tidak perlu khawatir dengan pembayarannya karena aku akan memberikanmu banyak uang jika kau langsung menyetujuinya," bujuk Do Jin sembari memandang Soo Yin padahal pria yang berada di sebelahnya sudah memasang wajah seperti singa yang ingin menerkam.     

"Aku tidak ingin membantah suamiku," ucap Soo Yin dengan begitu manis yang diikuti dengan tawa renyah dari bibirnya.     

"Kuharap suatu hari kau akan berubah pikiran," bisik Do Jin di telinga Soo Yin.     

"Berani kau membujuknya lagi akan kupenggal kepalamu sampai terputus dari urat leher," ancam Dae Hyun dengan sorot mata yang tajam.     

"Lihatlah suamimu memang sangat menyeramkan," ujar Do Jin sembari melirik ke arah Dae Hyun dengan tatapan sinis.     

"Tidak benar, suamiku sangat penyayang tapi hanya untuk diriku seorang," ujar Soo Yin sembari terkekeh.     

"Cepatlah hitung karena kami harus segera pulang," ujar Dae Hyun. Terlalu lama disana membuat Dae Hyun naik darah. Dae Hyun memang tipikal yang lebih serius berbeda dengan kebanyakan teman lainnya yang lebih suka bercanda.     

"Bukanlah sudah kubilang jika aku memberikannya secara gratis? Kau tidak perlu khawatir aku akan tidak akan meminta balasan. Aku memang berkata dengan sungguh-sungguh," tukas Do jin.     

"Awas saja jika kau berbohong," ancam Dae Hyun dengan nada dingin.     

"Tidak akan, kecuali Soo Yin berubah pikiran." Pria lemah gemulai itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Soo Yin.     

"Terima kasih banyak, Tuan Do Jin," ucap Soo Yin dengan sopan.     

"Sama-sama, tidak usah sungkan," ujar Do jin sembari tersenyum. Meski dirinya menyesal karena tidak berhasil membujuk Soo Yin. Mungkin di lain kesempatan harus membujuknya dengan lebih keras lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.