Istri Simpanan

Bab 435 - Yeon Ho dalam bahaya



Bab 435 - Yeon Ho dalam bahaya

0Dae Hyun baru saja melajukan mobilnya beberapa meter di jalan ketika ponselnya kembali berdering. Kini Park Ji Hoon yang menghubunginya. Namun Dae Hyun tetap membiarkannya dan memilih fokus mengemudi.     

"Sayang, kenapa tidak dijawab? Bisa saja itu adalah telepon penting," ujar Soo Yin yang mulai terganggu dengan suara dering ponsel yang tak kunjung berhenti.     

"Jawablah, aku ingin tahu apa yang akan mereka katakan jika kau yang menjawabnya," ujar Dae Hyun santai. Pandangannya lurus ke depan sambil memikirkan keadaan Jo Yeon Ho saat ini.     

Soo Yin menghela nafas panjang kemudian meraih ponsel yang berada di atas dasboard. Ada nama Ayah tertera di layar ponsel. Soo Yin membiarkannya beberapa saat hingga mati sendiri dan tidak butuh waktu lama sudah berdering kembali.     

Soo Yin akhirnya memutuskan untuk menekan tombol jawab karena sepertinya percuma saja membujuk Dae Hyun untuk menjawabnya.     

"Ada apa, Ayah?" tanya Soo hati-hati dengan perasaan gelisah dan gugup yang mulai merasuki jiwanya. Pasalnya ini pertama kalinya Soo Yin mengucapkan nama ayah kepada mertuanya setelah ketahuan.     

"Hei, gadis jalang. Beraninya kau sekarang memanggil Tuan Park Ji Hoon sebagai ayah!"  Bukan suara Park Ji Hoon yang terdengar tapi suara Aeri yang langsung menghardik Soo Yin.     

Dae Hyun mengulurkan tangannya meminta ponselnya karena ingin mendengar apa saja yang Aeri ucapkan.     

"Soo Yin, sebaiknya kau berikan ponsel itu kepada Dae Hyun karena aku ingin berbicara dengannya," tukas Aeri dengan sinis.     

"Bisakah kau berbicara lembut dan tidak perlu menghina orang lain. Haruskah aku katakan siapa yang sebenarnya disini yang jalang?" ungkap Dae Hyun dengan nada dingin yang cukup menusuk.     

"Dae Hyun, kupikir tadi dia tidak akan memberikan ponsel kepadamu," ujar Aeri dengan tergagap.     

"Tidak usah basa-basi. Katakan sekarang juga bagaimana keadaan Jo Yeon Ho?" ujar Dae Hyun yang sudah tidak sabar.     

"Dae Hyun, cepatlah kemari karena Yeon Ho masih mengamuk," ujar Aeri yang langsung mengeluarkan akting kesedihannya.     

"Seharusnya kau bisa mengurusnya. Bukankah kau seorang ibu? Seharusnya kau lebih bisa membujuk Yeon Ho daripada aku," sindir Dae Hyun.     

"Bagaimanapun juga Yeon Jo sejak dahulu lebih dekat denganmu. Wajar saja dia selalu ingin mencarimu," kilah Aeri yang tidak mau mengalah.     

"Aku sekarang tidak bisa," sahut Dae Hyun dengan nada dingin.     

"Dae Hyun, aku mohon. Sejak kau pergi Jo Yeon Ho terus saja melemparkan barang-barang ke lantai," bujuk Aeri dengan nada sendu.     

"Jika kau ingin aku datang kesana. Minta maaf dan perlakukan Soo Yin dengan baik," ujar Dae Hyun yang tetap memberikan syarat yang harus dilakukan.     

"Untuk apa aku minta maaf karena aku tidak bersalah sama sekali." Aeri tetap teguh pada pendiriannya yang tidak sudi meminta maaf kepada Soo Yin apalagi harus memperlakukannya dengan baik.     

"Terserah, jika terjadi sesuatu pada Jo Yeon Ho jangan salahkan aku." Dae Hyun merasa geram sehingga langsung mematikan sambungan telepon.     

Dae Hyun melemparkan ponselnya ke atas dashboard tanpa peduli jika ponselnya akan mengalami kerusakan.     

"Sayang, seharusnya kau tidak perlu bersikap seperti itu. Bagaimana jika Yeon Ho sekarang sangat membutuhkanmu? Kau tidak perlu memikirkan tentang perasaanku," ujar Soo Yin yang merasa tidak enak hati.     

"Jika mereka ingin aku datang kesana maka mereka harus mengikuti apa yang kuminta," tukas Dae Hyun sembari memandang sekilas wajah Soo Yin.     

"Aku khawatir terjadi sesuatu pada Jo Yeon Ho." Soo Yin menggigit bibir bawahnya karena jika sampai hal itu terjadi maka dirinya akan semakin disalahkan.     

Bip …     

Kini terdengar nada pesan masuk di ponsel suaminya. Soo Yin segera mengulurkan tangan untuk meraihnya.     

[Dae Hyun, cepatlah kembali jika kau masih ingin melihat Jo Yeon Ho] Ayah.     

Bersamaan dengan pesan itu, terdapat sebuah foto seorang anak kecil yang tengah berdiri di pagar balkon. Anak itu adalah Jo Yeon Ho.     

Mata Soo Yin langsung terbelalak lebar dengan tangannya yang langsung gemetar.     

"Sayang, sekarang juga kita putar balik!" pekik Soo Yin yang histeris.     

"Ada apa?" Dae Hyun mengerutkan keningnya.     

"Lihatlah, Jo Yeon Ho dalam bahaya." Dengan jantung yang berdegup kencang Soo Yin segera menunjukkan layar ponselnya kepada Dae Hyun.     

Dae Hyun hanya melihat sekilas tapi bisa mengerti situasi apa yang sedang terjadi. Ia lantas memutar arah mobilnya, lalu melajukan mobilnya dengan sangat kencang menyalip beberapa kendaraan yang ada di depannya.     

Soo Yin bahkan sampai harus memegangi dadanya karena merasa ketakutan. Ini pertama kalinya menaiki mobil bersama Dae Hyun yang seperti dikejar-kejar polisi.     

Soo Yin tidak berani melarang ataupun berbicara karena tahu jika saat ini suaminya sedang panik. Jika terlalu banyak bicara justru Soo Yin takut mengganggu konsentrasi suaminya yang sedang fokus mengemudi.     

Tidak butuh waktu lama, mereka kini sudah memasuki halaman UN Village.     

Dae Hyun langsung keluar dari mobil untuk segera mengetahui keberadaan putranya saat ini.     

Semua pelayan di rumah itu keluar. Mereka berada di bawah menyiapkan matras di tanah jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Sedangkan orang tua Dae Hyun dan Aeri berada di balkon tampak sedang membujuk Jo Yeon Jo agar segera menjauh dari pagar karena sangat berbahaya.     

Dae Hyun lantas bergegas masuk ke dalam rumah menuju lantai dua dengan langkah yang sangat tergesa-gesa. Nafasnya memburu karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.     

Sedangkan Soo Yin memilih berkumpul bersama pelayan di luar rumah. Tepat di bawah balkon kamar Jo Yeon Ho.     

"Yeon Ho, kemarilah. Itu sangat berbahaya," bujuk Ny. Park dengan panik takut terjadi sesuatu pada cucu kesayangannya.     

"Aku tidak mau, aku hanya ingin ayah datang kemari!" seru Jo Yeon Ho yang sudah duduk di atas pagar besi.     

"Sayang, kemarilah bersama ibu," bujuk Aeri pula yang sudah kehilangan cara.     

Sedangkan Park Ji Hoon hanya diam saja tanpa bisa berbuat apa-apa karena cucunya memang sulit dibujuk atas sesuatu yang tidsk dia ingin lakukan.     

"Aku ingin bertemu ayah. Tadi ayah sudah berjanji akan kembali tapi kenapa ayah justru pergi?" ujar Jo Yeon Ho dengan nada pilu.     

"Sayang, ayah ada di sini," tukas Dae Hyun dengan nafas terengah-engah langsung menuju balkon.     

"Kenapa Ayah pergi? Kenapa Ayah tidak menepati janji?" ujar Jo Yeon Ho dengan nada marah.     

"Sayang, ayah tadi ada urusan sebentar," bujuk Dae Hyun sembari berjalan mendekat ke arah putranya.     

"Kemarilah, jangan terlalu berada di pinggir karena sangat berbahaya," ujar Dae Hyun.     

Setelah melihat ayahnya Jo Yeon Ho menjadi jauh lebih tenang dan mulai mengangkat sebelah kakinya yang berada di luar pagar untuk masuk. Namun sayang sekali Jo Yeon Ho tidak berpegangan dengan benar sehingga ia justru terpeleset.     

"Yeon Ho!" Semua orang sontak berteriak secara serentak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.