Istri Simpanan

Bab 436 - panggil dengan sebutan ibu



Bab 436 - panggil dengan sebutan ibu

0Semua orang lantas berteriak histeris melihat Yeon Ho tidak seimbang pada pagar besi balkon hingga pegangannya jadi terlepas karena Yeon Ho terlalu tergesa-gesa ingin segera mendekati ayahnya.     

Soo Yin yang berada di bawah segera berlari ke arah dimana Jo Yeon Ho akan terjatuh jauh dari matras.     

Bug…     

Jo Yeon Ho jatuh tepat di lengan Soo Yin yang berada tepat dimana ia terjatuh. Namun setelah berhasil menangkapnya tubuh kecil Soo Yin tidak seimbang menopang beban Jo Yeon Ho di lengannya hingga ia terjengkang dalam posisi telentang di tanah.     

Soo Yin merasakan punggung dan kepalanya sangat sakit akibat membentur tanah yang cukup keras     

"Yeon Ho?" Dae Hyun melongokkan kepalanya ke bawah setelah putranya terjatuh untuk memastikan bagaimana saat ini keadaannya.     

Sedangkan Ny. Park tidak sadarkan diri karena sangat panik dan ketakutan jika cucunya terluka.     

Mata Dae Hyun terbelalak lebar hingga ingin keluar ketika melihat Yeon Ho baik-baik saja sedang terduduk di atas tubuh Soo Yin. Dengan langkah cepat ia segera keluar.     

Jo Yeon Ho langsung syok dengan baru saja yang menimpanya hingga ia masih termenung di atas tubuh Soo Yin. Sebelum akhirnya beberapa pelayan meraih dan menggendongnya.     

"Soo Yin." Dae Hyun langsung berjongkok di samping tubuh istri kecilnya lalu mengangkat tubuhnya karena tidak sadarkan diri.     

"Bawa Yeon Ho masuk," perintah Dae Hyun pada pelayan dengan tegas.     

"Baik, Tuan," sahut beberapa orang secara serentak.     

"Soo Yin, bangunlah," gumam Dae Hyun dengan sangat cemas lalu membawanya ke dalam rumah. Membaringkannya di kamar tamu. Tidak ada yang terluka pada tubuhnya tapi mungkin dia syok karena kepalanya mengalami benturan.     

Dae Hyun segera menghubungi Dokter Kang untuk memeriksa keadaan Soo Yin saat ini. Berharap semoga tidak terjadi hal yang serius pada istri kecilnya.     

"Dae Hyun, bagaimana keadaan Soo Yin?" tanya Park Ji Hoon yang langsung menyusul putranya. Sedangkan Ny. Park sudah diurus oleh Aeri dan pelayan di kamarnya karena masih belum sadarkan diri.     

"Aku sudah meminta Dokter Kang untuk datang kemari. Semoga saja tidak ada masalah serius ," sahut Dae Hyun dengan tangan gemetar menyentuh pipi Soo Yin.     

"Sayang, bangunlah," ujarnya dengan perasaan campur aduk. Dae Hyun tidak menyangka jika Soo Yin bersedia untuk mengorbankan dirinya demi menyelamatkan Jo Yeon Ho.     

Hati pria itu lagi-lagi tersentuh karena bukan kali ini saja Soo Yin mengorbankan nyawanya demi Yeon Ho.     

Tidak lama kemudian Soo Yin menggerakkan jarinya dan mengerjapkan kedua bola matanya. Kepalanya agak pusing setelah terkena benturan di tanah.     

"Sayang, apa kepalamu terasa sakit?" Dae Hyun menggenggam erat tangan Soo Yin sembari mengusap rambutnya dengan begitu lembut dan pelan. Kekhawatiran terlihat jelas di sorot mata elangnya.     

Soo Yin mencoba mencerna dan mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Matanya langsung membulat begitu sempurna ketika mengingat Jo Yeon Ho yang hampir terjatuh dari balkon. Soo Yin mencoba duduk bersandar pada kepala ranjang.     

"Tetaplah berbaring," ujar Dae Hyun.     

"Bagaimana keadaan Jo Yeon Ho saat ini?" tanya Soo Yin sembari menatap suaminya.     

"Dia baik-baik saja. Bagaimana denganmu? Manakah yang terasa sakit?" ujar Dae Hyun yang masih panik dan memegang bagian kepala Soo Yin.     

"Syukurlah." Wajah Soo Yin langsung sumringah dan bisa bernafas lega karena keadaan putranya baik-baik saja.     

"Soo Yin, katakan padaku mana yang sakit? Sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang juga." Dae Hyun sudah bersiap hendak mengangkat tubuh istri kecilnya tapi Soo Yin menahan tangannya dengan erat.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya sembari menatap wajah suaminya.     

"Tidak perlu, aku baik-baik saja." Soo Yin tersenyum untuk menenangkan suaminya meski kepalanya dan punggungnya terasa nyeri. Tadi dirinya hanya syok takut terjadi sesuatu yang buruk kepada Jo Yeon Ho.     

"Ayah?" Jo Yeon Ho menyusul ke kamar tamu ingin mengetahui keadaan Soo Yin. Tubuhnya masih berada dalam gendongan Eun Hee karena lemas untuk berjalan sendiri.     

"Sayang, kemarilah." Dae Hyun kemudian mengulurkan tangannya membawa Jo Yeon Ho ke dalam pelukannya hingga beberapa saat kemudian menurunkannya di ranjang di samping Soo Yin.     

"Kakak, baik-baik saja?" Tangan Yeon Ho yang mungil dan lembut menyentuh pergelangan tangan Soo Yin.     

Mata Soo Yin berkaca-kaca melihat Jo Yeon Ho yang sudah berubah sikapnya seperti semula. Tidak ada lagi sorot kebencian yang terpancar dari matanya.     

"Yeon Ho, bolehkah aku memelukmu?" Soo Yin mengulurkan tangannya untuk membawa Jo Yeon Ho ke dalam pelukannya. Sudah lama ia begitu merindukan Yeon Ho yang dulu dikenalnya.     

Jo Yeon Ho justru memandang ayahnya untuk meminta pertimbangan. Ada ketakutan dari wajahnya ketika mengingat pesan Aeri yang tidak memperbolehkannya untuk berada di dekat Soo Yin.     

Dae Hyun tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.     

"Tidak apa-apa," ujarnya sembari mengusap kepalanya pelan.     

Yeon Ho akhirnya beringsut mendekati Soo Yin. Sebenarnya dia juga merasa rindu tapi ancaman yang selalu dikatakan oleh Aeri menyebabkannya takut kehilangan ayahnya.     

"Yeon Ho, bukankah sudah aku katakan jangan terlalu dekat dengannya?" sergah Aeri yang sudah berada di ambang pintu. Matanya memandang tajam ke arah mereka.     

Jo Yeon Ho yang sudah berada di pelukan Soo Yin sontak menolehkan kepalanya ke arah Aeri dengan sorot mata ketakutan.     

"Aeri, tidak usah terlalu berlebihan. Bukankah sudah kukatakan di telepon?" bentak Dae Hyun.     

"Sebaiknya keluar sekarang juga," usir Dae Hyun yang langsung mendorong tubuh Aeri untuk keluar dan menutup pintu ketika Aeri hendak melangkah masuk. Dia tidak ingin terjadi keributan setelah apa yang baru saja terjadi     

Park Ji Hoon masih di dalam dengan perasaan campur aduk. Ingin membela Aeri tapi tidak mungkin, karena menantunya itu sering membuat keributan.     

"Soo Yin, aku keluar. Semoga kau baik-baik saja," pamit Park Ji Hoon karena ingin memeriksa keadaan istrinya di kamarnya.     

Soo Yin tersenyum lalu menganggukan kepalanya.     

"Yeon Ho, aku sangat merindukanmu." Soo Yin mendekap Yeon Ho erat ke dalam pelukannya.     

"Aku juga merindukanmu," ujar Jo Yeon Ho yang membalas pelukan Soo Yin. Bagaimanapun mereka dulu sering datang ke berbagai tempat bersama-sama. Anak itu tidak bisa melupakan begitu saja kenangan yang selalu membuatnya bahagia. Sesuatu yang sulit didapatkan dari ibunya.     

"Yeon Ho, mulai sekarang panggil saja Soo Yin ibu," tukas Dae Hyun. Bagaimanapun juga cepat atau lambat putranya akan mengetahui semuanya. Tidak ada salahnya pelan-pelan memberikan pengertian.     

"Ibu? Apa maksud ayah? Bukankah ibuku hanya satu?" ujar Jo Yeon Ho dengan wajah polos dan belum mengerti apa maksudnya.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya sembari memandang Dae Hyun. Baginya tidak penting Yeon Ho memanggilnya dengan sebutan siapapun. Selagi dia bersikap baik, Soo Yin sudah merasa sangat senang.     

Tok … tok …     

Terdengar suara ketukan pintu dari luar.     

"Masuk," seru Dae Hyun tanpa beranjak dari ranjang.     

Seorang pria masuk ke dalam kamar memakai pakaian serba putih sambil menenteng tas medis di tangannya.     

"Siapa yang sakit?" Ujarnya dengan alis yang saling bertautan.     

"Yeon Ho, kemarilah biarkan Dokter Kang memeriksa keadaan ibumu." Dae Hyun ingin agar Jo Yeon Ho terbiasa mengetahui jika Soo Yin juga ibunya.     

Jo Yeon Ho menganggukan kepalanya tanpa banyak tanya lagi, segera beralih ke pangkuan Dae Hyun yabg berada di tepi ranjang.     

"Bagaimana keadaannya?" tanya Dae Hyun yang sudah tidak sabar.     

"Dia baik-baik saja. Kepala punggungnya hanya mengalami sedikit benturan. Aku akan meredakan obat pereda nyeri agar untuknya," ujar Dokter Kang setelah memeriksa dan menanyakan beberapa hal untuk sekedar memastikan jika Soo Yin merasa baik-baik saja.     

"Sebaiknya keluar saja, biarkan Soo Yin istirahat setelah minum obat," ujar dokter Kang.     

"Sayang, istirahatlah agar kau cepat pulih." Sebenernya Dae Hyun tidak ingin pergi tapi dirinya tidak ingin mengganggu istirahat Soo Yin.     

Soo Yin menganggukan kepalanya sembari tersenyum hangat.     

Semua orang keluar dari kamar. Kini tinggalah Soo Yin sendirian di kamar.Ternyata obat yang diberikan dokter Kang langsung bereaksi dengan cepat.  Membuat mata Soo Yin terasa berat hingga akhirnya Soo Yin memilih untuk memejamkan matanya. Berharap setelah terbangun punggungnya sudah tidak nyeri lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.