Istri Simpanan

Bab 438 - Sama sekali tidak pernah mencintainya



Bab 438 - Sama sekali tidak pernah mencintainya

0Satu jam sudah Dae Hyun berada di kamar Jo Yeon Ho. Duduk di sampingnya yang masih tertidur dengan nafas teratur. Diusapnya pelan kening putranya yang kini suhu tubuhnya sudah mulai turun. Wajahnya juga tidak lagi terlihat pucat.     

"Maaf, belum bisa menjadi seorang ayah yang baik untukmu." Dae Hyun mengusap puncak kepala putranya dengan lembut. Takut membangunkan Yeon Jo dari tidur nyenyaknya.     

Dae Hyun menghela nafas pelan kemudian bangkit berdiri duduknya. Ia ingin melihat keadaan Soo Yin saat ini, semoga saja sudah terbangun dari tidurnya dan sudah jauh lebih baik.     

Dae Hyun melangkahkan kakinya menuruni anak tangga dengan pandangan ke depan. Sama sekali tidak memperdulikan Aeri yang berada di depannya yang hendak menaiki tangga.     

"Dae Hyun, mau kemana kau?" Akhirnya Aeri membuka suaranya karena tidak tahan.     

"Sepertinya kau sudah tahu kemana aku akan pergi," ujar Dae Hyun tanpa menolehkan wajahnya ke arah Aeri.     

Aeri hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kuat tanpa bisa memprotes ketika Dae Hyun melangkahkan kakinya menuju kamar tamu dimana Soo Yin saat ini berada.     

"Sungguh menyebalkan!" Aeri menggertakan giginya kuat-kuat menahan kekesalannya.     

Seandainya tadi Soo Yin tidak menyelamatkan Jo Yeon Ho, mungkin dirinya tidak perlu bersikap seperti itu.     

Ny. Park bisa melihat amarah yang terpancar dari wajah Aeri. Hingga ia perlahan mendekatinya.     

"Aeri, bersabarlah sedikit. Asal kau tahu saja, pria tidak suka jika dilarang. Biarkan untuk sementara waktu Dae Hyun berbuat sesuka hatinya. Pada akhirnya dia juga akan kembali jika kau bisa lebih bersabar lagi," saran Ny. Park untuk mendinginkan hati Aeri.     

"Hmmm," sahut Aeri sembari menghela nafas panjang. Mencoba mempercayai perkataan Ny. Park yang sepertinya tidak mungkin terjadi karena Dae Hyun sama sekali tidak pernah mencintainya.     

Berbeda dengan Ny. Park yang memang sejak awal Park Ji Hoon mencintainya.     

"Sudahlah." Ny. Park menepuk pundak Aeri sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Jika Soo Yin tidak menyelamatkan Jo Yeon Ho pasti sekarang mungkin masih emosi. Namun mengingat jika Soo Yin rela mengorbankan dirinya membuat perlahan hati Ny. Park luluh.     

Begitu Dae Hyun masuk ke dalam kamar tamu, ternyata sang istri masih tertidur pulas dengan wajah yang tertutup oleh rambutnya yang bertebaran. Helaian rambutnya sampai menutupi bibirnya.     

Dae Hyun menyingkirkan rambut itu dari wajahnya agar bisa melihat wajah istri kecilnya dengan begitu jelas.     

Soo Yin tidur dalam posisi miring karena punggungnya terasa sakit jika tidur dalam posisi telentang.     

"Aduh," rintih Soo Yin ketika tanpa sengaja lutut Dae Hyun mengenai punggungnya.     

"Sayang, katakan mana yang sakit?" Dae Hyun langsung panik ketika mendengar Soo Yin yang merintih.     

Soo Yin langsung menoleh ketika menyadari ada Dae Hyun di sana. Padahal tadi sudah sebisa mungkin menyembunyikan rasa sakit di tubuhnya.     

"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya sekedar bermimpi," tukas Soo Yin sembari berusaha menyunggingkan senyumnya. Meski ketika hendak bersandar punggungnya terasa lebih nyeri hingga membuatnya meringis tapi sebisa mungkin ditahan agar tidak mengeluarkan suara.     

Dae Hyun mengamati wajah Soo Yin yang meringis kesakitan. Tidak mungkin jika dia baik-baik saja. Sebelum Soo Yin berhasil menyandarkan tubuhnya, Dae Hyun sudah terlebih dahulu membuka resleting pada gaunnya.     

Barulah terlihat punggung Soo Yin yang membiru karena benturan tubuhnya ketika membentur tanah.     

"Soo Yin, kenapa kau berbohong? Seharusnya kau mengatakan jika kau sakit agar Dokter Kang memberikan obat. Kita harus pergi ke rumah sakit sekarang juga," ujar Dae Hyun dengan dada yang naik turun dan perasaan panik.     

Sebelum Dae Hyun membopong tubuhnya, Soo Yin terlebih dahulu merangkul leher suaminya dengan begitu erat. Dia tidak ingin berada di rumah sakit karena tidak menyukai bau obat-obatan.     

"Sayang, aku tidak mau ke rumah sakit," rengek Soo Yin dengan nada manja. Jika menjenguk orang lain tidak masalah tapi jika dirinya yang harus terbaring di sana Soo Yin tidak mau.     

"Soo Yin, kau harus diobati agar segera sembuh. Aku tidak ingin kau seperti ini," ucap Dae Hyun dengan nada sendu. Setitik air menetes dari sudut matanya. Cinta yang begitu dalam membuat hati Dae Hyun pedih jika melihat Soo Yin terluka.     

"Kau bisa mengobatinya di rumah. Kita hanya perlu membeli obat memar di apotek untuk membuatnya cepat sembuh." Soo Yin semakin mengeratkan pelukannya di leher Dae Hyun sambil menggelengkan kepalanya.     

"Baiklah, aku akan meminta dokter Kang untuk mengirimkan obatnya," ucap Dae Hyun yang tidak akan tega memaksa Soo Yin untuk pergi ke rumah sakit.     

"Terima kasih," bisik Soo Yin dengan perasaan lega karena sudah bisa menenangkan suaminya.     

Dae Hyun melepaskan pelukannya lalu membantu Soo Yin untuk membaringkan tubuhnya dalam posisi miring kembali.     

"Bagaimana keadaan Yeon Ho sekarang? Aku ingin melihatnya," ujar Soo Yin.     

"Dia sedang tertidur, setelah dia bangun aku akan memintanya untuk datang kemari," ucap Dae Hyun sembari mengetikkan pesan kepada Dokter Kang agar mengirimkan obat yang paling bagus.     

Soo Yin merasa tidak nyaman berbaring dalam posisi miring hingga ia berusaha bangkit untuk duduk kembali.     

"Berbaring saja," ujar Dae Hyun.     

"Posisi miring membuatku tidak nyaman," tukas Soo Yin. Hingga akhirnya Dae Hyun membantunya untuk duduk.     

"Bersandarlah di bahuku." Dae Hyun menarik tubuh Soo Yin pelan agar bersandar di bahunya lalu merengkuh pinggangnya dengan erat.     

"Jangan terlalu dekat. Bagaimana jika nanti ada yang melihat kita?" ujar Soo Yin sembari mendorong Dae Hyun dengan pelan.     

"Memangnya kenapa jika ada yang melihat kita? Aku justru merasa senang jika mereka tahu bahwa hubungan kita tidak main-main," ucap Dae Hyun seraya mengecup puncak kepala Soo Yin.     

Soo Yin mencubit pinggang Dae Hyun cukup keras karena gemas dengan suaminya yang seenaknya sendiri jika berbicara tanpa memikirkan resikonya.     

"Kenapa kau mencubitku?" tanya Dae Hyun sembari meringis.     

"Itu akibatnya karena selalu berbicara tanpa berpikir," ujar Soo Yin dengan bibir cemberut.     

Meski Soo Yin merasa takut, tapi tetap saja masih menempelkan tubuhnya di sisi Dae Hyun. Bahkan ketika Dae Hyun hendak keluar, Soo Yin tidak memperbolehkannya.     

Tidak berapa lama kemudian terdengar suara ketukan pintu yang sangat jelas terdengar.     

"Siapa?" seru Dae Hyun tanpa beranjak.     

"Aku membawakan obat untuk Nona Soo Yin, Tuan," sahut suara seorang pelayan di luar.     

"Masuklah," ujar Dae Hyun.     

Seorang pelayan wanita masuk sembari membawa kantong kecil di tangannya lalu menyerahkannya kepada Dae Hyun dengan kepala tertunduk. Tidak berani memandang Soo Yin yang masih  menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun.     

Padahal tadi Aeri sudah berpesan kepadanya untuk melihat apa yang tengah mereka lakukan.     

"Kau boleh pergi," ucap Dae Hyun.     

Pelayan itu langsung berbalik dan keluar dari kamar itu.     

"Apa kau ingin mandi terlebih dahulu karena hari sudah sore?" ujar Dae Hyun seraya memandang ke arah jendela. Tak terasa sekarang matahari sudah hampir tenggelam. Hanya menyisakkan semburat jingga di langit Seoul.     

"Sebenarnya aku merasa sedikit gerah," sahut Soo Yin.     

"Jika kau tidak ingin mandi tidak masalah, tapi sebaiknya ganti bajumu. Aku akan mengambil gantinya di mobil," ujar Dae Hyun.     

"Apa kita akan menginap?" Soo Yin menggigit bibir bawahnya merasa ragu jika harus menginap di rumah itu. Pasalnya ia tahu jika tidak ada seorangpun yang menerimanya.     

"Belum tahu. Kita lihat bagaimana keadaan Jo Yeon Ho. Jika dia mau ditinggal maka kita akan pulang. Aku tidak ingin jika meninggalkannya secara tiba-tiba tanpa bertanya terlebih dahulu," tukas Dae Hyun. Merasa agak trauma melihat bagaimana Jo Yeon Ho yang hampir saja celaka.     

"Tidak masalah, aku bisa mengerti," tukas Soo Yin.     

Dae Hyun bergegas keluar setelah membantu Soo Yin menyandarkan kepalanya di ujung ranjang. Ia akan mengambil pakaian yang kebetulan tadi diberikan oleh Do Jin secara cuma-cuma untuk Soo Yin     

Soo Yin merasa tubuhnya gerah, sehingga ia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Kakinya baik-baik saja, hanya saja punggungnya memang terlalu bereaksi berlebihan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.