Istri Simpanan

Bab 439 - Ibu



Bab 439 - Ibu

0Dae Hyun membantu mengoleskan obat memar di punggung Soo Yin dengan pelan dan hati-hati. Takut jika Soo Yin akan merasa kesakitan padahal apa yang dilihat tidak sesakit yang dirasakan Soo Yin.     
0

Soo Yin duduk dengan berpangku pada kedua lututnya yang di tekuk. Duduk tepat di depan suaminya hanya berbalut selimut tebal setelah membersihkan diri.     

"Sayang, apa terasa sakit?" ujar Dae Hyun yang merasa khawatir hingga ia mengusapnya begitu pelan.     

"Tidak perlu menyentuhnya terlalu lembut. Itu tidak sakit sama sekali," tukas Soo Yin. Ia tidak ingin jika suaminya terlalu berlebihan.     

Kulit  Soo Yin yang seputih salju, membuat memar itu terlihat sangat jelas di permukaan kulitnya. Dae Hyun begitu ngeri membayangkan betapa sakitnya.     

"Itu tidaklah seburuk yang dibayangkan," lanjut Soo Yin sekali lagi.     

Ceklek …     

Terdengar suara pintu yang terbuka dari luar karena memang tidak dikunci, sehingga Dae Hyun dan Soo Yin sontak menoleh untuk memastikan siapa yang datang.     

Buru-buru Dae Hyun menutupi tubuh Soo Yin dengan selimut kembali ketika melihat Jo Yeon Ho berdiri di ambang pintu.     

"Yeon Ho, masuklah," ujar Soo Yin sembari menggeser tubuhnya lebih ke tepi ranjang.     

Jo Yeon Ho akhirnya masuk ke dalam kamar dengan raut wajah datar serta alis yang saling bertautan. Ia tadi sekilas bisa melihat ketika Dae Hyun mengoleskan obat di punggung Soo Yin.     

Masih dalam keadaan diam, Yeon Ho semakin mendekat ke arah ranjang. Lalu tangannya terulur meraih obat memar yang dipegang oleh Dae Hyun.     

"Apa masih terasa sakit?" Jo Yeon Ho mengerjapkan kedua bola matanya. Ada sedikit perasaan bersalah di hati Yeon Ho karena yang apa yang dilakukan olehnya membuat Soo Yin celaka.     

"Tidak benar, aku tidak selemah itu untuk merasakan sakit yang tidak seberapa," ujar Soo Yin sembari terkekeh agar suasana lebih menghangat.     

"Bolehkah aku mengobatinya?" ujar Yeon Ho dengan penuh harap.     

Soo Yin tersenyum lalu menganggukan kepalanya. Matanya berkaca-kaca, hatinya tersentuh dengan apa yang Yeon Ho lakukan untuknya.     

Dae Hyun membantu putranya untuk naik di atas ranjang dan mendudukkannya di belakang Soo Yin. Lalu menyingkap selimut sedikit hingga punggung bagian atas Soo Yin terlihat. Menampilkan luka memar yang sebagian masih membiru.     

"Maafkan aku, gara-gara aku nakal membuat Kakak hampir celaka," ucap Yeon Ho dengan suara sendu. Tangannya dengan lembut meraba punggung Soo Yin dengan lembut.     

"Tidak apa-apa. Yang penting sekarang kau baik-baik saja," tukas Soo Yin.     

"Apakah kau masih membenciku?" Imbuh Soo Yin hati-hati takut membuat Jo Yeon Ho kembali marah seperti ketika mereka bertemu di hotel beberapa hari yang lalu.     

"Aku tidak membenci Kakak. Aku hanya melakukan apa yang ibuku katakan," sahut Yeon Ho dengan jujur dan terlalu polos. Anak seusianya memang belum pandai berbohong terlalu jauh sehingga dia akan mengatakan apa yang dialami dan didengar dengan jawaban jujur.     

Soo Yin sudah menduganya pasti karena Aeri yang sudah menghasutnya. Tidak mungkin Jo Yeon Ho sampai bersikap seperti itu.     

"Aku minta maaf sudah berkata kasar waktu itu. Aku hanya takut kehilangan ayahku," ucap Yeon Ho dengan kepala tertunduk mengingat bagaimana dia marah-marah jika bertemu Soo Yin. Saat ini takut jika kedua orang yang ada di dekatnya akan marah.     

"Apa yang ibumu katakan tidaklah benar. Ayah tidak akan meninggalkanmu." Dae Hyun menaikkan tubuh Yeon Ho ke dalam pangkuannya lalu mendekapnya dengan erat.     

"Kata ibu jika aku dekat dengan kakak maka aku akan kehilangan ayah untuk selamanya. Ibu juga tidak memperbolehkan aku untuk berbicara dengan kakak. Apakah benar begitu, Ayah?" ujar Jo Yeon Ho sembari memiringkan tubuhnya sedikit untuk memandang wajah ayahnya.     

"Justru jika kau membenci Kakak maka kau akan kehilangan ayah. Mulai sekarang bisakah kau memanggil kakak dengan sebutan ibu?" ujar Dae Hyun ingin mengajari sedikit demi sedikit agar Jo Yeon Ho mengerti.     

"Ibu? Kenapa aku harus memanggil ibu? Kakak mengatakan dia tidak suka ketika aku dulu memanggilnya bibi?" ucap Yeon Ho dengan dahi berkerut.     

Dae Hyun memijat ruang di antara kedua alisnya. Bingung bagaimana menjelaskan semuanya kepada sang putra. Namun sepertinya saat ini bukanlah waktu yang tepat. Mungkin sebaiknya pelan-pelan saja memberikan pengertian kepadanya sesuai anjuran dokter Kang.     

"Hmmm, terserah kau saja memanggilnya dengan sebutan apa. Mulai sekarang jangan membenci kakak lagi. Jika kau menurut maka setiap hari ayah akan menemuimu," terang Dae Hyun untuk menghilangkan hasutan Aeri dari benak putranya.     

"Aku janji tidak akan membenci ibu," sahut Jo Yeon Ho dengan wajah ceria tanpa sadar menyebut nama Soo Yin dengan ibu.     

Jo Yeon Ho selalu merasa nyaman ketika berada di dekat Dae Hyun dan Soo Yin. Berbeda jika di dekat Aeri yang lebih suka marah-marah jika dirinya tidak melakukan apa yang katakan olehnya.     

"Tapi bukankah ibuku hanya satu?" imbuh Jo Yeon Ho dengan rasa keingintahuan yang terlalu besar.     

"Tidak masalah kau memanggil ibu pada orang lain juga. Sudahlah tidak usah kau pikirkan, kau bisa memanggil sesuka hatimu saja." Dae Hyun tidak ingin membuat putranya semakin bingung karena masih terlalu kecil untuk mencerna semuanya.     

Soo Yin meneteskan air mata kebahagiaan tatkala mendengar Jo Yeon Ho memanggilnya dengan sebutan ibu. Setidaknya bisa sedikit mengobati rasa rindu kepada buah hatinya. Jika tidak keguguran mungkin sebentar lagi anak itu akan lahir. Tanpa sadar Soo Yin menyentuh perutnya yang masih rata.     

Dae Hyun menyadari jika Soo Yin sedang sedih sehingga ia menepuk pundaknya dengan pelan. Tidak mungkin melakukan lebih jauh lagi karena ada Jo Yeon Ho di sana.     

"Ayah, nanti malam jangan pergi. Aku ingin tidur bersama ayah," rengek Yeon Ho sebelum Dae Hyun pergi  meninggalkannya.     

Dae Hyun diam sambil berpikir karena sepertinya Soo Yin tidak bersedia bermalam di rumah itu.     

"Tidak masalah, kita akan menginap disini," tukas Soo Yin yang sudah menutupi tubuhnya dengan selimut rapat-rapat lalu membalikkan tubuhnya menghadap suami dan putranya.     

"Yeon Ho, maukah suatu saat nanti kau menginap di rumah ibu?" ujar Soo Yin yang ingin mengajak Jo Yeon Ho ke rumah mereka.      

"Tentu," sahut Yeon Ho dengan sangat bersemangat.     

Aeri yang sedang berdiri sejak tadi di depan pintu kamar tamu mengepalkan tinjunya kuat-kuat mendengar bagaimana Jo Yeon Ho yang sekarang sudah patuh dengan ucapan Dae Hyun.     

"Dasar anak sialan," gumam Aeri lirih dengan sorot mata yang tajam dan nafas yang menggebu merasakan gejolak amarah yang kian menjadi-jadi.     

Aeri semakin merah padam dibuatnya.     

"Lihatlah aku tidak akan membiarkan begitu saja jika sampai Yeon Ho jatuh ke tangan kalian." Aeri sangat geram karena putranya sendiri bahkan mengkhianatinya.     

"Kakak Ipar, apa yang kau lakukan disini?" tanya Kim Soo Hyun yang baru saja pulang dari hotel.     

"Ti … tidak ada," sahut Aeri yang tergagap.     

=================================     

Hallo Readers,     

Sambil menunggu cerita saya publish. Bisa juga luangkan waktu untuk membaca buku milik teman saya judulnya:     

"Menikahlah Denganku" karya Kak Alany Love..     

Jangan lupa tambahkan ke daftar pustaka ya…     

Terima kasih,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.