Istri Simpanan

Bab 440 - Tidak salah pilih



Bab 440 - Tidak salah pilih

0Kim Soo Hyun menautkan kedua alisnya. Merasa aneh dengan kakak iparnya yang sepertinya sedang mendengarkan seseorang di dalam. Hingga perlahan suara tawa yang renyah terdengar di telinganya.     

Jantung Kim Soo Hyun terasa berhenti berdetak beberapa saat diikuti dengan hatinya yang terus berdebar. Suara itu adalah milik seseorang yang sampai saat ini belum hilang dari ingatannya.     

Pantas saja Aeri berdiri di depan pintu dengan telinga yang sedikit menempel. Itu karena dia sedang menguping pembicaraan Dae Hyun dengan Soo Yin.     

"Apa dia ada di dalam?" tanya Kim Soo Hyun dengan rasa ingin tahu.     

"Aku lupa jika aku hendak mengajak mereka makan malam karena ibu dan ayah sudah menunggu di ruang makan," ujar Aeri,  secara tidak langsung menjawab sudah pertanyaan Kim Soo Hyun.     

Kim Soo Hyun lalu melangkah pergi ke kamarnya. Tidak berniat makan karena ada Soo Yin. Hatinya belum menerima semuanya dengan lapang dada karena tidak semudah itu membuang rasa cintanya.     

Aeri bahkan belum mengetuk pintu meski Kim Soo Hyun sudah naik ke lantai atas. Ia tadi takut ketahuan menguping sehingga pura-pura hendak mengajak mereka makan malam. Padahal dirinya tidak sudi jika harus memanggil Soo Yin.     

"Aeri, kebetulan sekali kau disitu. Sekalian ajak Dae Hyun dan Yeon Ho makan." Baru saja Aeri hendak berbalik pergi namun Ny. Park sudah memintanya untuk memanggil mereka.     

"Tapi … Bu." Aeri hendak membantah tapi ibu mertuanya sudah berjalan ke ruang makan.     

"Ughhh, kenapa harus aku?" gerutu Aeri dengan rasa sangat kesal di dadanya. Namun mau tidak mau, Aeri terpaksa mengetuk pintu.     

"Yeon Ho, ayo kita makan malam terlebih dahulu," seru Aeri dari luar tanpa membukanya. Jika melihat Soo Yin ia selalu saja ingin menamparnya.     

"Aku tidak lapar," seru Jo Yeon Ho tanpa beranjak dari pangkuan Dae Hyun.     

Soo Yin tidak merasa enak hati karena kehadirannya di sana pasti akan membuat kegaduhan jika kedua orang di depannya tidak pergi makan.     

"Yeon Ho, pergilah makan terlebih dahulu bersama ayahmu," bujuk Soo Yin seraya tersenyum.     

"Aku tidak akan pergi jika kau tidak ikut bersama kami," ucap Dae Hyun dengan tegas.     

"Dae Hyun, aku mohon mengertilah. Jangan sampai terjadi kegaduhan lagi. Aku akan baik-baik saja disini sendirian," ujar Soo Yin dengan pandangan sayu. Dirinya tidak ingin selalu disalahkan lagi karena itu sangat menyakitkan.     

Dae Hyun menghela nafas berat. Meski merasa sangat enggan, dengan terpaksa Dae Hyun menganggukan kepalanya.     

"Yeon Ho, sebaiknya kita makan malam terlebih dahulu," ajak Dae Hyun pada putranya.     

"Aku tidak lapar. Apakah ibu tidak ikut makan bersama kami?" ujar Jo Yeon Ho seraya memandang Soo Yin dengan wajah cemberut.     

"Punggungku masih terasa sakit sehingga aku tidak bisa berlama-lama duduk," ujar Soo Yin sembari menangkup kedua pipi Yeon Ho. Mencoba memberi pengertian sehalus mungkin.     

"Kalau begitu nanti aku akan membawakan makan malam untuk ibu," ujar Yeon Ho.     

"Sebelum itu, makanlah terlebih dahulu bersama yang lain." Soo Yin mencium kedua pipi Yeon Ho secara bergantian.     

Dae Hyun sangat tersentuh melihat putra dan istri kecilnya sudah berhubungan baik kembali seperti semula. Melihat Soo Yin begitu lembut memperlakukan Yeon Ho, semakin memantapkan hatinya jika Soo Yin memang pilihan yang tepat.     

"Pergilah," ujar Soo Yin.     

Aeri yang berdiri di depan pintu bisa mendengar suara mereka ketika mengobrol meski hanya samar-samar. Hatinya semakin panas mendengar begitu lembutnya Soo Yin ketika berbicara pada Jo Yeon Ho.     

"Sekali jalang tetap saja selamanya akan begitu," umpat Aeri.     

Ceklek ….     

Aeri hampir saja tersungkur ketika pintu tiba-tiba saja dibuka dari dalam. Karena posisi tubuhnya menempel bersandar di pintu.     

"Apa yang kau lakukan di sini?" ujar Dae Hyun dengan nada dingin sembari memijat ruang di antara kedua alisnya. Tangan kirinya menggandeng pergelangan tangan Jo Yeon Ho.     

"Aku baru saja hendak membuka pintu karena kalian lama sekali keluar," ujar Aeri yang tergagap, keringat dingin keluar dari tubuhnya karena takut ketahuan jika dirinya tadi sedang menguping pembicaraan.     

"Apa dia tidak ikut?" Aeri sedikit melongokkan kepalanya ke dalam untuk mengintip apa yang Soo Yin tengah lakukan.     

Dae Hyun lantas menutup pintu kembali rapat-rapat. Ia tahu pasti Aeri akan mengucapkan hal yang tidak pantas untuk di dengar Soo Yin.     

"Sebaiknya sekarang juga kita ke ruang makan," ajak Dae Hyun dengan nada datar. Kemudian melangkahkan kakinya terlebih dahulu bersama Yeon Jo ke depan.     

"Yeon Ho, kemarilah bersama ibu," pinta Aeri agar Yeon Ho duduk di sebelahnya.     

Yeon Ho menggelengkan kepalanya dengan cepat karena ia ingin berada di dekat ayahnya.     

"Kenapa kau tidak mengajak Soo Yin?" ujar Park Ji Hoon.     

"Ibu masih sakit, Kek," sahut Jo Yeon Ho dengan cepat.     

Ny. Park dan Aeri saling berpandangan dengan alis yang saling bertautan karena sangat terkejut mendengar Yeon Ho menyebut nama Soo Yin dengan ibu. Padahal biasanya memanggilnya sebagi kakak.     

"Yeon Ho, siapa yang kau panggil ibu?" desak Aeri dengan raut wajah tidak suka dan pandangan tajam ke arah Yeon Ho.     

"Tidak usah diperdebatkan karena itu semua memanglah fakta. Mulai sekarang jangan meracuni pikirannya lagi dengan hal yang buruk," ujar Dae Hyun agar perdebatan tidak berlanjut.     

Kim Soo Hyun tadinya sangat malas untuk ikut makan malam akhirnya turun juga karena Ny. Park terus membujuknya. Sebagai seorang ibu, Ny. Park tidak ingin selalu terjadi kekacauan di rumah itu.     

Setidaknya mereka harus kembalikan akur meskipun untuk masalah Soo Yin. Sampai kapanpun akan sulit untuk memaafkannya.     

"Makanlah dengan tenang. Aku tidak ingin terjadi keributan di rumah ini," ujar Ny. Park sebelum salah satu di antara kedua putra dan menantunya berbicara. Beruntung Soo Yin tidak ikut makan malam sehingga suasana ruang makan tidak akan terasa canggung.     

Kim Soo Hyun duduk tanpa sedikitpun memandang ke arah Dae Hyun. Begitu pula Dae Hyun yang langsung membuang muka jika tanpa sengaja mereka hendak bertatapan.     

Ny. Park hanya bisa mendesah panjang mengamati kedua putranya yang tidak kunjung akur. Namun ia bisa mengerti jika butuh waktu.     

Dae Hyun hanya makan sedikit saja. Begitu pula dengan Jo Yeon Jo yang justru tidak menyentuh makanannya sama sekali.     

"Yeon Ho, kenapa aku tidak makan?" tanya Kim Soo Hyun yang akhirnya membuka suara karena sejak tadi melihat keponakannya hanya memandang makanan di depannya.     

"Aku ingin makan bersama dengan ibu Soo Yin," sahut Jo Yeon Ho dengan jujur. Ia merasa iba jika Soo Yin nanti makan sendirian.     

"Yeon Ho, bisakah kau tidak usah membicarakannya? Selalu saja wanita itu yang kau pedulikan," ujar Aeri dengan suara meninggi yang sudah tidak mampu lagi menahan kekesalannya.     

Yeon Ho merasa ketakutan hingga ia semakin menempel di dekat ayahnya. Mencengkram lengan Dae Hyun dengan erat.     

Dae Hyun meletakan sendok diatas piring karena Aeri sudah membuatnya tidak nyaman menyantap makanan. Ia tidak suka jika Jo Yeon Ho selalu saja dibentak. Ini bukan pertama kalinya Aeri melakukannya tapi sudah kesekian kalinya Dae Hyun mengetahuinya sejak dulu.     

"Aeri, jika kau seperti ini terus bukan hanya suamimu yang pergi tapi anakmu juga akan meninggalkanmu," bisik Ny. Park yang memang duduk berdekatan.     

"Yeon Ho, ayo kita pergi saja." Dae Hyun lantas membopong tubuh Yeon Ho dan meninggalkan ruang makan.     

Aeri menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Sangat menyesal karena sudah berkata sedikit kasar kepada Jo Yeon Ho.     

"Aeri, sekarang juga kejar mereka sebelum kau benar-benar kehilangannya," ujar Ny. Park.     

Sebenarnya Aeri tidak suka jika harus selalu memohon dan meminta belas kasihan. Namun demi posisinya di rumah itu, Aeri kerap kali melakukannya.     

Aeri meninggalkan ruang makan untuk mengejar Dae Hyun dan Yeon Ho.      

================================     

Saya ucapkan terima kasih atas dukungannya.      

Yuk baca cerita terbaru saya yang berjudul HOT DADDY IS MY HUSBAND..     

Semoga suka dengan ceritanya. Jangan lupa berikan dukungan Power stone.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.