Istri Simpanan

Bab 441 - Madu



Bab 441 - Madu

0Dae Hyun lantas masuk ke kamar tamu untuk menemui istrinya. Dengan posisi Dae Hyun yang sudah berada dalam gendongannya.     

"Kenapa kalian cepat sekali?" ujar Soo Yin sembari mengerutkan keningnya. Namun jika melihat raut wajah Dae Hyun, Soo Yin menduga jika sudah terjadi sesuatu yang buruk. Bersyukur dirinya tidak ikut makan berakhir mereka.     

"Sebaiknya kita pulang saja," ujar Dae Hyun sembari mengemasi pakaian Soo Yin yang kotor ke dalam paper bag.     

"Apa yang terjadi? Bukankah kau bilang akan menginap?" ujar Soo Yin sembari menurunkan kakinya ke lantai.     

"Tidak usah, lebih baik kita pulang saja." Dae Hyun menghampiri Soo Yin lalu mengusap rambutnya.     

"Yeon Ho, maukah kau pulang bersama kami? Kau tidak perlu merasa takut lagi," bujuk Dae Hyun sembari duduk berjongkok di depan putranya.      

Dae Hyun merasa sangat marah mengetahui jika Aeri memang tidak berubah dari dahulu hingga sekarang. Ternyata Aeri hanya bersikap manis pada Yeon Ho hanya di depan dirinya saja. Faktanya Aeri memang hanya menggunakan Yeon Ho untuk kepentingan pribadinya.     

"Pulang kemana?" tanya Yeon Ho yang memang belum mengerti.     

"Pulang ke rumah ibu Soo Yin. Percayalah, jika kami tidak akan membuatmu merasa takut. Kami juga tidak akan mengancammu," tukas Dae Hyun.     

Yeon Ho terdiam, tampak sedang berpikir. Menimbang-nimbang untuk menerima atau menolak penawaran ayahnya.     

"Apa ada yang mengancammu sehingga kau merasa takut?" desak Dae Hyun untuk mengetahui jawaban Yeon Ho jika Aeri kerap mengancamnya.     

"Jika kau tidak mau ikut bersama kami tidak apa-apa. Ayah akan datang kembali besok menemuimu," ujar Dae Hyun karena melihat keraguan di mata putranya.     

"Aku ikut Ayah saja," ujar Jo Yeon Ho.     

Dae Hyun tersenyum merasa lega karena akhirnya berhasil membujuk Jo Yeon Ho untuk ikut bersamanya. Meski begitu Dae Hyun juga tidak ingin menjelekkan Aeri di depannya. Bagaimanapun juga Aeri adalah ibu yang sudah melahirkannya.     

"Kalau begitu kita ke kamarmu untuk mengambil beberapa potong pakaian," ajak Dae Hyun yang sudah berdiri dan menggendong Jo Yeon Ho.     

Brak….     

Baru saja Dae Hyun hendak melangkah ke luar, ternyata pintu sudah di dorong terlebih dahulu oleh Aeri dengan keras. Hingga langsung terbuka dengan lebar.     

Rahang Dae Hyun langsung menegang melihat Aeri berada di depannya. Begitu pula dengan Yeon Ho yang langsung merangkul leher Dae Hyun dan menyembunyikan wajahnya di leher ayahnya.     

"Yeon Ho, maafkan ibu. Tadi tidak bermaksud membuatmu takut. Ibu hanya takut kau pergi meninggalkan ibu," ujar Aeri yang sebisa mungkin berusaha menahan emosinya agar tidak meledak.     

Dae Hyun menurunkan putranya. Membiarkan dia memilih kemana dia malam ini akan tinggal.     

"Sayang, kemarilah. Ibu janji tidak akan marah lagi," bujuk Aeri sembari mengulurkan tangannya untuk meraih pergelangan tangan putranya. Berharap jika Jo Yeon Ho akan menurut dengannya.     

"Aku ingin bersama ayah saja," ujar Yeon Ho yang langsung mendekap kedua kaki Dae Hyun.     

Aeri berusaha menahan rasa amarah yang semakin menjadi. Apalagi ketika melihat wajah polos Soo Yin yang tampak btidak berdosa. Ingin sekali rasanya saat ini menampar wajahnya kembali seperti tadi pagi.     

Sebenarnya ini juga kesalahan Aeri, karena sudah mengatakan tidak masalah jika Dae Hyun akan menikah lagi. Aeri sangat menyesal sudah mengatakannya. Ia pikir Dae Hyun tidak benar-benar akan melakukannya.     

"Dae Hyun, baiklah aku akan menerima Soo Yin sebagai maduku tapi jangan bawa Yeon Ho pergi dan semakin menjauhiku," ujar Aeri dengan nada memelas.     

"Kau yakin?" Dae Hyun tersenyum miring karena dirinya tidak terlalu percaya begitu saja apa yang diucapkan oleh Aeri.     

"Tentu saja, tidak masalah sama sekali. Bahkan jika kita bertiga harus tinggal satu ranjang aku tidak keberatan." Sebisa mungkin Aeri akan meyakinkan jika dirinya sudah berubah. Ini semua dilakukan agar Jo Yeon Ho tidak semakin jauh. Untuk menyingkirkan Soo Yin, ia akan memikirkan caranya nanti saja.     

Dae Hyun menggelengkan kepalanya. Siapa yang akan percaya begitu saja pada seseorang yang pagi tadi masih sangat membenci Soo Yin hingga menamparnya, tiba-tiba saja pada sore hari sudah berubah baik.     

"Sebaiknya kau pikirkan terlebih dahulu ucapanmu sebelum kau menyesal. Kau tidak perlu khawatir karena Jo Yeon Ho tidak akan jauh darimu. Dia akan menginap semalam atau dua malam saja bersama kami," ujar Dae Hyun.     

"Tapi … tak bisakah kalian menginap di sini saja malam ini?" bujuk Aeri.     

"Soo Yin, seharusnya kau tidak masalah menginap di rumah ini," lanjut Aeri seraya memandang Soo Yin dengan tatapan hangat.     

"Sepertinya lain kali saja karena aku juga besok harus pergi kuliah," sahut Soo Yin hanya sekedar alasan. Ia tahu jika itu semua hanyalah sekedar basa-basi. Dirinya tidak akan termakan omongan Aeri begitu saja.     

"Bukankah tubuhmu masih sakit? Seharusnya kau bisa libur untuk istirahat terlebih dahulu di rumah. Tidak usah terlalu bekerja keras," bujuk Aeri.     

"Tidak bisa," sahut Soo Yin.     

Aeri hanya bisa menghela nafas panjang karena sepertinya mereka tidak bisa dibujuk.     

Kebetulan sekali Eun Hee lewat sehingga Dae Hyun memintanya untuk membawakan beberapa potong pakaian untuk Jo Yeon Ho.     

Park Ji Hoon melarang istrinya ketika hendak ikut campur masalah Dae Hyun dan istrinya. Mereka tetap berada di ruang makan bersama Kim Soo Hyun. Yang perasaannya kini sangat rumit.      

Dae Hyun menggenggam tangan Soo Yin kamudian menuju ruang makan untuk berpamitan kepada keluarganya. Dia seorang pria dewasa yang masih memiliki sopan santun kepada orang tuanya. Sehingga tidak mungkin pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu.     

Pelan-pelan Dae Hyun menuntun Soo Yin, meskipun istrinya sudah mengatakan jika dirinya baik-baik saja. Sedangkan Jo Yeon Ho berjalan di sebelahnya.     

"Kami pamit pulang terlebih dahulu. Semoga kalian tidak keberatan aku membawa Yeon Ho untuk sementara waktu," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin hanya menundukkan kepalanya. Tidak berani jika harus memandang dua orang yang mungkin sampai sekarang masih membencinya.     

Ny. Park menghela nafas panjang, karena dirinya juga tidak ada kewenangan untuk melarang Yeon Ho pergi Bersamaan ayahnya.     

"Pergilah tapi jangan terlalu lama karena kami akan merindukannya," ujar Ny. Park. Seandainya tadi Soo Yin tidak berbuat baik mungkin tidak akan mengizinkan Yeon Ho bersama mereka.     

"Tidak akan lama. Mungkin besok atau lusa akan membawanya pulang," tukas Dae Hyun.     

Semua orang memandang punggung mereka ketika Dae Hyun bersama Soo Yin perlahan meninggalkan rumah.     

Kim Soo Hyun masih membayangkan seandainya saja dirinya yang di posisi Dae Hyun pastilah akan sangat membahagiakan.     

Aeri hanya bisa mengepalkan tangannya karena saat ini tidak bisa berbuat apa-apa untuk mempertahankan Jo Yeon Ho.     

================================     

Hallo Readers,     

Sambil menunggu cerita saya publish. Bisa juga luangkan waktu untuk membaca buku milik teman saya judulnya:     

"Menikahlah Denganku" karya Kak Alany Love..     

Jangan lupa tambahkan ke daftar pustaka ya…     

Terima kasih,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.