Istri Simpanan

Bab 442 - Impian terbesar



Bab 442 - Impian terbesar

0Villa Pyeongchang-dong,     

Ketika mereka sampai di villa, Jo Yeon Ho sudah tertidur pulas. Sebelum pulang Dae Hyun sudah mengajak anak dan istrinya untuk mampir makan di restoran.     

Dae Hyun lalu membaringkan tubuh Yeon Ho di atas ranjang. Ini adalah impian terbesar dalam hidupnya ingin membuat mereka seperti keluarga seutuhnya. Hidup bersama Soo Yin Dan Jo Yeon Ho akhirnya berwujud meski mungkin hanya untuk beberapa hari terlebih dahulu.     

"Sayang, sekarang kau tidurlah bersama Yeon Ho," ujar Dae Hyun kepada Soo Yin yang masih duduk di tepi ranjang.     

"Aku baru saja bangun, sehingga sekarang belum mengantuk," tolak Soo Yin. Gara-gara obat yang diberikan dokter Kang siang tadi membuat Soo Yin tertidur sangat pulas hingga sore hari.     

Dae Hyun lalu duduk di samping Soo Yin. Merengkuh pinggangnya agar mereka menempel satu sama lain.      

"Semoga kita kelak akan selamanya seperti ini," bisik Dae Hyun sembari menempelkan pipinya di pipi Soo Yin yang begitu lembut.     

"Menjauhlah sedikit, bagaimana nanti jika Yeon Ho bangun memergoki kita," ujar Soo Yin sembari melirik putranya yang sudah tertidur pulas.     

"Dia tidak akan terbangun jika sudah tertidur," bisik Dae Hyun kembali sembari menggigit ujung telinga Soo Yin dengan sengaja.     

Soo Yin bergidik dan merapatkan bahunya karena merasa geli.     

"Sepertinya akan sempit jika kita tidur bertiga," tukas Soo Yin. Meski ranjang itu cukup luas tapi dengan adanya Yeon Jo berada di tengah membuat pergerakan mereka terbatas.     

"Kita akan tidur di kamar lain," bisik Dae Hyun tanpa ada niat mengendurkan pelukannya sama sekali.     

"Tenggorokanku terasa kering, aku ingin pergi ke dapur terlebih dahulu," ujar Soo Yin sembari berusaha melepaskan tangan Dae Hyun dari pinggangnya. Ia khawatir jika Yeon Ho tiba-tiba saja terbangun dan melihat mereka. Belum pantas anak seusianya mengetahui hal itu.     

"Tetaplah di sini, biarkan aku yang mengambilnya," ujar Dae Hyun seraya melepaskan rangkulannya kemudian berdiri bersiap untuk pergi ke dapur.     

Soo Yin segera menutupi tubuh Yeon Ho dengan selimut tebal. Lalu mengulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepalanya.     

"Terima kasih, Yeon Ho. Sudah menerimaku kembali seperti dulu," ucap Soo Yin lirih dengan perasaan terenyuh. Tak dapat dipungkiri jika dirinya saat ini merasa sangat bahagia.     

Soo Yin mematikan lampu agar tidak terlalu silau sebelum memutuskan untuk menyusul suaminya ke dapur. Punggungnya sudah tidak terasa sakit lagi. Berada di dalam kamar terus membuatnya merasa bosan. Lagi pula sekarang belum ada pukul sepuluh malam. Masih terlalu cepat untuk tidur.     

"Sayang, kenapa kau turun? Bukankah sudah kubilang aku akan membawakan minum untukmu ke kamar." Dae Hyun sudah membawa nampan yang berisi gelas di tangannya.      

"Aku belum mengantuk. Ingin menonton terlebih dahulu sebentar, sudah lama sepertinya aku tidak ada waktu menonton film." Soo Yin mengambil gelas yang ada di tangan Dae Hyun. Lalu membawanya menuju sofa lalu meneguknya hingga habis.     

Dae Hyun mengikuti langkah Soo Yin lalu duduk di sebelahnya.     

"Tidurlah, jika kau sudah mengantuk. Aku akan menonton film sendirian saja," ujar Soo Yin seraya menoleh ke arah suaminya. Ia tahu jika Dae Hyun pasti lelah dengan apa yang terjadi hari ini.     

"Tidak, aku akan tetap bersamamu di sini." Dae Hyun segera beranjak untuk mematikan lampu hingga hanya tersisa cahaya remang-remang.     

Sebelum Dae Hyun membawa Soo Yin ke villa, pria itu sudah menyiapkan segala film yang mungkin akan ditonton bisa Soo Yin. Namun setelah sekian lama, barulah kali ini Soo Yin mau menontonnya.     

"Kenapa banyak sekali kaset film romantis?" Soo Yin menautkan kedua alisnya. Merasa tidak mungkin jika seorang Dae Hyun akan menonton film seperti itu.     

"Jangan salah sangka dan berpikiran buruk terlebih dahulu. Aku memang mempersiapkannya untukmu sejak lama tapi sepertinya kau tidak berniat menonton film di rumah ini," terang Dae Hyun sebelum Soo Yin berpikir jika dirinya pernah membawa wanita lain ke rumah itu.     

Soo Yin adalah wanita pertama yang dibawa masuk ke villa oleh Dae Hyun selain bibi Xia.     

"Kenapa kau tidak mengatakannya. Padahal aku sangat suka sekali menonton," ujar Soo Yin. Jika dirinya tahu begitu banyak kaset maka akan menonton jika sedang bosan.     

"Kau bahkan tidak menanyakannya padaku," balas Dae Hyun datar.     

Soo Yin memilah-milah untuk menemukan film yang menurutnya bagus. Ini juga waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu luang bersama Dae Hyun. Selama Dae Hyun bekerja di hotel mereka jarang sekali ada waktu bersama untuk bersantai.     

Akhirnya Soo Yin ingin sekali menonton film romantis barat yang memang sudah sangat melegenda. Bahkan penjuru dunia pasti sudah tahu film ini. Sebuah film yang bercerita tentang kisah cinta Jack dan Rose yang berjudul Titanic.     

Soo Yin sudah beberapa kali menonton film itu tapi tidak merasa bosan sama sekali.     

Soo Yin duduk di ujung sofa sedangkan Dae Hyun juga duduk di ujung yang lain. Film mulai diputar, Soo Yin sangat fokus menatap layar televisi yang besar hingga tidak menyadari jika Dae Hyun sudah berada di sampingnya.     

Dae Hyun selalu tidak tahan jika berada di sisi Soo Yin tapi berdiam diri tidak melakukan apa-apa. Dengan gerakan pelan, Dae Hyun berhasil melingkarkan kedua tangannya di pinggang Soo Yin.      

Soo Yin yang sedang fokus cukup terkejut hingga ia menoleh ke samping. Memandang wajah suaminya di bawah cahaya lampu yang temaram. Jantungnya seketika langsung berdebar diikuti dengan nafasnya yang semakin memburu. Hembusan nafas Dae Hyun menerpa wajahnya hingga memberikan efek desiran.     

Dae Hyun lantas mendaratkan ciuman lembut di bibir ranum Soo Yin sekilas karena istrinya masih saja memandangnya tanpa berkedip. Hingga Dae Hyun merasa gemas ingin menikmati indahnya malam ini.     

"Sayang, apa punggungmu masih terasa sakit?" bisik Dae Hyun setelah melepaskan ciumannya. Ia takut jika sampai nanti melewati batas.     

"Tidak, obat yang diberikan dokter Kang cukup ampuh," sahut Soo Yin dengan jujur. Belum menyadari apa maksud dari pertanyaan suaminya mengarah ke suatu hal.     

Dengan gerakan cepat, Dae Hyun sudah membawa Soo Yin ke dalam pangkuannya. Ingin memastikan apakah benar yang dikatakan oleh istri kecilnya, karena dia sangat suka berbohong untuk menutupi semua rasa sakitnya.     

Dae Hyun mulai melepaskan kancing baju Soo Yin satu per satu.     

"Apa yang akan kau lakukan?" Soo Yin mengeratkan tangannya agar Dae Hyun tidak bisa melepaskan bajunya.     

"Aku hanya ingin memastikan jika dirimu baik-baik saja," ujar Dae Hyun sembari menyingkirkan tangan Soo Yin dari dadanya.     

"Kecuali jika kau ingin aku melakukan hal lebih," goda Dae Hyun sembari terkekeh.     

Akhirnya Soo Yin patuh mengendurkan tangannya dan meletakkan di sisi tubuhnya ketika Dae Hyun melepaskan salah satu lengan baju dari tangannya.     

Dae Hyun merogoh ponsel untuk digunakan untuk sebagai penerangan. Memeriksa keadaan punggung Soo Yin hari atas hingga bawah. Hatinya lega setelah mengetahui jika luka memar itu sudah mulai pudar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.