Istri Simpanan

Bab 443 - Membunuh dengan cinta 21+



Bab 443 - Membunuh dengan cinta 21+

0Soo Yin hendak menonton dengan tenang tapi Dae Hyun selalu saja mengganggunya. Tidak membiarkannya untuk duduk sendiri di sofa. Membuatnya semakin gerah dan ingin menjauhkan dirinya.     

"Dae Hyun, pergilah tidur," usir Soo Yin secara halus yang semakin risih ketika Dae Hyun mulai mengendus tengkuknya     

"Aku tidak ingin tidur sebelum kita bersama-sama naik ke atas. Kau bilang sudah sering menontonnya, lalu untuk apa menonton lagi?" ujar Dae Hyun memang dengan sengaja mengganggu istri kecilnya. Ia tidak suka ketika Soo Yin memandang Jack yang ada di film dengan begitu seksama. Baginya Soo Yin tidak boleh memandang pria lain dalam waktu lama.     

"Kau bilang sudah menyiapkan semuanya untukku. Tapi baru saja aku menontonnya kau sudah menggangguku," gerutu Soo Yin sembari melipat tangannya di dada.     

Padahal film sedang berlangsung seru-serunya ketika Rose dan Jack saling berpelukan di ujung kapal.     

"Dari pada kau melihatnya lebih baik kita mempraktekkannya," bisik Dae Hyun. Menyadari jika istrinya sekarang sedang kesal.     

"Sudahlah, lebih baik aku tidur saja," ujar Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya. Sudah hilang kesabarannya menghadapi Dae Hyun sejak tadi.     

"Kau bilang belum mengantuk. Sekarang aku janji tidak akan mengganggumu lagi. Kau bisa menonton dengan tenang sekarang." Dae Hyun melepaskan pelukannya, lalu menggeser tubuhnya hingga Soo Yin kini sudah tidak lagi berada di pangkuannya. Sepertinya Soo Yin belum mengerti apa yang diinginkan olehnya.     

Dae Hyun memilih menyandarkan kepalanya di sandaran sofa agak menjauhi Soo Yin. Dirinya tidak ingin membuat Soo Yin marah lagi.     

Tidak lama kemudian rasa kantuk menghampirinya hingga Dae Hyun perlahan memejamkan mata. Ingin sebentar mengobati rasa kantuknya.     

Sepuluh menit berlalu, keadaan semakin hening. Tidak ada keributan yang terjadi setelah mereka menjaga jarak.     

"Sayang, kau sudah tertidur?" Soo Yin menggeser tubuhnya mendekati Dae Hyun. Menonton sendirian tanpa ada yang mengganggu justru membuatnya merasa bosan.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun dengan mata yang masih terpejam. Sebenarnya tidak tertidur hanya saja ia tidak ingin mengganggu dan membuat Soo Yin menjadi kesal.     

"Sayang, bangunlah. Aku bosan sendirian," rengek Soo Yin sembari menepuk pipi suaminya.     

"Bukankah kau bilang tadi aku tidak boleh mengganggumu?" ujar Dae Hyun dengan suara seraknya.     

"Cepat buka matamu. Aku tidak suka menonton sendirian," rengek Soo Yin dengan bibir cemberut.     

"Baiklah tapi ada syaratnya," ujar Dae Hyun sembari tersenyum miring di tengah lampu yang redup sehingga Soo Yin tidak akan menyadarinya.     

"Apa?" tanya Soo Yin dengan alis yang sudah berkerut.     

"Kau harus berjanji tidak akan marah jika aku mengganggumu. Kau juga harus berjanji tidak boleh menolak apa yang aku inginkan. Aku akan melakukan apapun sesuka hatiku," ujar Dae Hyun. Matanya yang sebelah sudah terbuka sedikit untuk mengintip ekspresi wajah Soo Yin saat ini.     

"Baiklah, aku berjanji," sahut Soo Yin dengan suara lemah.     

Dae Hyun lantas bangun dengan wajah merekah. Seperti seorang anak yang baru saja mendapatkan ice cream dari ibunya. Bokongnya terus bergeser hingga mereka saling menempel.     

Soo Yin kini kembali fokus menatap layar televisi. Kini tangan Dae Hyun sudah melingkar di perutnya hingga Soo Yin menyandarkan kepalanya di dada sang suami.     

Tangan Dae Hyun kini sudah mulai bergerak nakal menelusup masuk ke dalam baju Soo Yin hingga Soo Yin tidak fokus lagi.     

"Tidak bisakah tanganmu diam?" gerutu Soo Yin sembari memutar bola matanya.     

"Kau tadi sudah berjanji untuk tidak akan marah," ucap Dae Hyun dengan santai dan tidak merasa bersalah sama sekali.     

"Ughhh, kau selalu menjebakku," umpat Soo Yin karena sudah sangat kesal.     

"Aku memang ahlinya," ujar Dae Hyun sembari terkekeh. Beruntung Bibi Xia sedang tidak ada di rumah sehingga tidak mendengarkan apa yang tengah mereka lakukan saat ini.     

Soo Yin hendak bangkit dari pangkuan Dae Hyun. Namun belum saja bisa bergerak Dae Hyun sudah menyembunyikan kepalanya di ceruk Soo Yin hingga menyebabkan gelayar aneh di sekujur tubuhnya.     

"Kau mau kemana?" bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin kemudian mengecup leher sang istri sebagai tanda kepemilikan.     

"Dae Hyun, hentikan. Aku besok harus pergi kuliah, jangan membuatku mendapatkan masalah lagi," ungkap Soo Yin dengan nafas tersengal menahan hasrat yang kian lama tak tertahankan.     

"Besok tidak usah kuliah," bisik Dae Hyun dengan tangan yang sudah bermain-main pada dua buah benda kenyal yang begitu pas di tangannya. Benda yang selalu ingin dimainkannya.     

Soo Yin melenguh dan mendesah ketika tangan Dae Hyun semakin lihai memainkan pada daerah sensitif di tubuhnya. Hingga ia menggeliat manja dan menarik rambut Dae Hyun dengan kuat. Menjambak rambut suaminya untuk menyalurkan hasratnya.     

"Ayo kita buatkan adik untuk Yeon Ho," goda Dae Hyun di sela-sela membuat Soo Yin semakin mabuk kepayang dan menginginkan hal yang lebih lagi.     

Soo Yin masih tersadar dengan ucapan sang suami hingga ia mencubit pinggangnya.     

"Aduh, kenapa kau mencubitku lagi?" rintih Dae Hyun. Dengan gerakan cepat Dae Hyun membalikkan tubuh Soo Yin agar menghadapnya, kini mereka saling berpandangan. Melihat bibir Soo Yin, yang hendak terbuka Dae Hyun lantas mendaratkan ciuman terlebih dahulu di bibirnya. Tidak memberikan kesempatan untuk memprotes.     

Dae Hyun segera membopong tubuh Soo Yin tanpa melepaskan ciumannya bahkan ketika menaiki anak tangga. Ia baru melepaskan bibir Soo Yin ketika melihatnya seperti terengah-engah karena kehabisan nafas.     

"Kau memang ingin membunuhku," tuduh Soo Yin sembari memegangi dadanya yang terasa sesak.     

"Membunuhmu dengan penuh rasa cinta. Aku ingin membunuh rasa cintamu untuk pria lain," ujar Dae Hyun sembari menyunggingkan seulas senyuman miring. Di sela hasratnya yang sudah berada di ubun-ubun.     

Dae Hyun membawa Soo Yin ke kamar yang ada di sebelah yang ditempati Yeon Ho. Kamar yang jarang sekali ditempati tapi tertata dengan rapi karena bibi Xia selalu membersihkannya. Memiliki tembok berwarna putih dan tidak banyak perlengkapan di sana.     

Dengan sangat pelan Dae Hyun membaringkan tubuh Soo Yin di ranjang yang berbalut seprai berwarna putih.     

"Kau sudah benar-benar sembuh, kan?" ujar Dae Hyun sekali lagi dengan pandangan berkabut.     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Meyakinkan suaminya jika saat ini baik-baik saja. Meskipun setelah itu dirinya tidak tahu karena tulang rusuknya masih terasa agak nyeri.     

Sudah mendapatkan sinyal cinta dari sang istri, Dae Hyun lantas mendaratkan ciumannya kembali di bibir Soo Yin dengan lebih agresif. Tangannya sudah membuka satu per satu kancing piyama Soo Yin kemudian melemparkannya ke sembarang arah.     

Begitu pula dengan Soo Yin yang sudah membantu melepaskan kemeja Dae Hyun. Menyentuh perutnya yang begitu menggoda dan selalu saja ingin menyentuhnya.     

Mereka kini sama-sama tidak mengenakan baju. Hingga Dae Hyun dengan mudahnya memberikan stempel kepemilikan di dada istrinya.     

Soo Yin terus menggeliat dengan nafas yang terus memburu diikuti dengan gairah Dae Hyun yang semakin menggebu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.