Istri Simpanan

Bab 444 - Hasrat yang tertunda



Bab 444 - Hasrat yang tertunda

0Dua orang yang tengah memadu kasih kini kian membara bersamaan dengan keinginan untuk merasakan yang jauh lebih indah lagi. Suara desahan terus terdengar dari bibir Soo Yin ketika tangan Dae Hyun menyenruh area sensitifnya. Hingga membuatnya menggelinjang dan tatapan yang semakin berkabut.     

Dae Hyun tersenyum melihat istri kecilnya yang sejak tadi sudah memanggil namanya.     

"Sayang, aku mencintaimu," bisik Dae Hyun yang sudah bersiap melepaskan seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya.     

"Aku juga mencintaimu," balas Soo Yin dengan pandangan yang berkabut menahan gairah asmara. Kini tak ada lagi penghalang yang menutupi tubuhnya.     

Dae Hyun semakin tidak tahan sehingga dengan gerakan cepat hampir melepaskan celananya ketika mendengar samar-samar seperti ada seseorang yang memanggilnya.     

"Ayah … Ayah …." Suara itu semakin lama semakin jelas terdengar.     

"Yeon Ho?" gumam Soo Yin dengan nafas tersengal di sela perasaan yang sudah membara.     

"Ayah, aku takut." Suara Jo Yeon Ho sudah semakin keras terdengar.     

"Sayang, Yeon Ho ada di luar," ujar Soo Yin dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Hasratnya langsung sirna seketika bersamaan dengan rasa takut jika Jo Yeon Ho masuk ke dalam kamar yang mereka tempati.     

Sebelum terlambat Soo Yin segera mendorong tubuh Dae Hyun agar menyingkir dari atas tubuhnya.     

"Menyingkirlah dari tubuhku," ujar Soo Yin Karena Dae Hyun justru tetap dalam posisi mengungkungnya.     

"Biarkan saja," ujar Dae Hyun dengan suara serak karena hasrat yang sudah di ubun-ubun ingin segera tersalurkan. Hingga Dae Hyun mendaratkan ciumannya kembali di bibir Soo Yin. Namun Soo Yin berhasil menghindar karena pikirannya tidak tenang.     

"Cepatlah keluar," ujar Soo Yin berusaha lebih keras mendorong tubuh Dae Hyun hingga akhirnya berhasil. Dengan gerakan cepat, Soo Yin sudah duduk dan memakai piyamanya. Tak ada lagi kesempatan untuk mengenakan pakaian dalamnya lagi.     

Dae Hyun sungguh tidak rela ketika Soo Yin hendak melangkah pergi.     

"Sayang, jangan pergi," rengek Dae Hyun sembari menahan pergelangan tangan Soo Yin.     

"Kita lanjutkan nanti saja. Ingat ada Jo Yeon Ho di luar yang sedang mencari kita." Soo Yin tidak tega jika harus membiarkan Yeon Ho terus mencari mereka. Lagi pula ini pertama kalinya Yeon Ho menginap. Bisa saja ia belum terbiasa dengan suasana kamar yang masih masih asing.     

Sebelum keluar Soo Yin mengikat rambutnya yang berantakan dengan asal-asalan.     

Dae Hyun hanya menghela nafas pasrah ketika melihat Soo Yin yang sudah tak nampak lagi. Ia mengusap gusar wajahnya. Berusaha menahan rasa kesalnya saat ini. Ternyata kedatangan Jo Yeon Ho ke rumah itu membuat mereka tidak bisa bebas seperti biasanya.     

Ingin Dae Hyun marah tapi tidak mungkin karena dirinya juga yang mengajak Yeon Ho menginap.     

"Ughh, ternyata tidak seindah yang dibayangkan,", gerutu Dae Hyun sembari bangkit dan mengenakan pakaiannya kembali. Ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi dengan lemas dan tidak bersemangat. Sebelum keluar ia sudah ingin terlebih dahulu menghilangkan hasratnya.     

Soo Yin segera keluar dari kamar. Pantas saja suara Yeon Ho begitu jelas terdengar. Ternyata Yeon Ho sudah ada di depan kamar yang mereka tempati.     

"Sayang, kenapa kau bangun?" Soo Yin lantas berjongkok di depan Yeon Ho sembari mengusap rambutnya. Memandangnya dengan tatapan penuh kehangatan.     

"Aku takut," ujar Yeon Ho.     

Di luar terdengar petir disertai kilatan cahaya yang cukup menggelegar. Angin yang bertiup sangat kencang hingga jendela bergerak dan kain gorden yang melambai-lambai ditiup angin. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan lebat.     

"Kemarilah." Soo Yin mendekap Yeon Ho ke dalam pelukannya. Berusaha menghilangkan rasa takut yang dirasakan Yeon Ho.     

"Ayah dimana?" tanya Jo Yeon Ho yang tidak melihat keberadaan ayahnya.     

"Ayah ada di dalam. Sebaiknya kita masuk lagi ke dalam kamar. Nanti ayah pasti akan segera menyusul. Tidak perlu takut, ada aku di sini yang akan menjagamu," bujuk Soo Yin dengan begitu lembut memberikan pengertian kepada putranya.     

Jo Yeon Ho menganggukan kepalanya. Menyetujui ajakan Soo Yin untuk masuk ke dalam kamar.     

Soo Yin membantu Yeon Ho untuk naik ke atas ranjang lalu menutupinya dengan selimut tebal.     

"Sekarang tidurlah, aku akan menemanimu. Apakah kau ingin mendengarkan cerita terlebih dahulu?" tanya Soo Yin.     

Yeon Ho menganggukan kepalanya dengan wajah berbinar.     

Soo Yin mulai bercerita Dongeng yang terkenal di masyarakat Korea tentang Si Sulung Dengan Batu ajaib. Menceritakan si Sulung yang memiliki sifat sombong dengan apa yang dimilikinya.     

Pesan morah yang dapat bisa diambil dari cerita tersebut adalah jangan suka pamer terhadap apa yang kita miliki. Semua itu hanya titipan Tuhan.     

Jo Yeon mendengarkan sambil bersandar pada bahu Soo Yin dengan tangan sebelah Soo Yin yang mendekapnya.     

Jederr …     

Suara petir kembali terdengar cukup keras hingga keduanya terlonjak kaget.     

"Aku takut." Yeon Ho mengeratkan pelukannya ke pinggang Soo Yin sembari terus merapatkan tubuhnya.     

"Tenanglah, tidak apa-apa. Sekarang pejamkan matamu." Soo Yin menepuk punggung Jo Yeon Ho pelan.     

Setelah sepuluh menit akhirnya Jo Yeon Ho sudah tidur kembali meski belum terlalu pulas.     

Ceklek …     

Dae Hyun segera menyusul Soo Yin setelah dirinya cukup tenang dengan mengguyur kepalanya di bawah shower. Hanya mengenakan handuk saja hingga tubuhnya terlihat.       

"Kenapa lama sekali?" ujar Soo Yin sembari menyipitkan matanya.     

"Aku mandi sekalian," sahut Dae Hyun segera bergegas masuk ke dalam ruang ganti. Cuaca di luar yang dingin msmbuat tubuhnya merasakan kedinginan.     

Soo Yin tetap dalam posisinya dengan mendekap Jo Yeon Ho bahkan ketika Dae Hyun sudah keluar dari mengganti pakaiannya.     

"Apa dia sudah tertidur sejak tadi?" tanya Dae Hyun sembari mengancingkan piyamanya.     

"Belum, ternyata Yeon Ho tadi ketakutan mendengar suara petir karena berada di dalam kamar sendirian," terang Soo Yin sedikit menjelaskan apa yang terjadi.     

"Dia memang takut jika ada suara petir," ujar Dae Hyun sembari mengusap puncak kepala Yeon Ho. Lalu ikut naik ke atas ranjang duduk di dekat Soo Yin hingga kini Soo Yin kini berada di tengah-tengah.     

"Sayang, kita lanjutkan nanti yang tadi tertunda," bujuk Dae Hyun semakin menempel karena sudah memastikan jika putranya sudah tertidur.     

Soo Yin memutar bola matanya karena kesal dengan sang suami masih saja memikirkan keinginannya. Tanpa memikirkan putranya sama sekali.     

"Tutup mulutmu, jangan sampai mengganggu tidur Yeon Ho," tukas Soo Yin.     

"Baiklah, aku akan menunggu sampai dia benar-benar tertidur. Aku akan menunggumu di kamar yang tadi," ujar Dae Hyun. Jika dirinya berada di sana khawatir membuat Yeon Ho kembali terbangun.     

"Pergilah," usir Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya.     

Dae Hyun segera pergi meninggalkan kamar menunggu Soo Yin untuk datang menemuinya di kamar sebelah.     

Sudah setengah jam Dae Hyun menunggu tapi Soo Yin tidak kunjung datang. Sehingga ia penasaran dan berbalik kembali menemuinya.     

Tubuh Dae Hyun langsung lemas melihat Soo Yin yang ternyata sudah tertidur pulas sembari memeluk Yeon Ho. Tidak ingin mengganggu, Dae Hyun akhirnya memilih tidur di sofa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.