Istri Simpanan

Bab 449 - Berakhir



Bab 449 - Berakhir

0Dae Hyun membaringkan tubuh Soo Yin di atas ranjang lalu membentangkan selimut tebal untuk menutupi tubuhnya. Pria itu tidak habis pikir jika istrinya akan bertindak bodoh lagi.     

"Mau kemana?" Soo Yin menahan pergelangan tangan Dae Hyun yang sepertinya hendak melangkah keluar.     

"Aku ingin ke kamar sebelah untuk melihat Yeon Ho," sahut Dae Hyun sembari menoleh ke arah Soo Yin.     

"Jangan pergi," rengek Soo Yin. Cemas jika ketika Dae Hyun tidak bersamanya maka ia akan percaya dengan foto itu.     

"Aku hanya sebentar saja sekalian untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian. Hanya 15 menit, itu tidak akan lama," tukas Dae Hyun seraya tersenyum. Meyakinkan Soo Yin jika dirinya tidak akan lama.     

"Cepatlah kembali," ujar Soo Yin dengan bibir cemberut dan wajah sendu.     

Dae Hyun menganggukan kepalanya sebelum akhirnya menghilang di balik pintu. Ia menghela nafas berat, hampir saja ia termakan oleh omongan Aeri ketika melihat foto Soo Yin bersama Jong Tok.     

Dae Hyun tadi sebenarnya hampir saja marah kepada Soo Yin ketika baru sampai. Namun tidak tega ketika melihat Soo Yin yang terisak dan duduk bersimpuh di depannya. Rasa kesal yang dirasakannya sepanjang hari seketika langsung luruh.     

Dae Hyun sebenarnya berbohong jika belum mengetahui tentang foto Soo Yin dengan Gong Yoo. Ia bahkan sampai bertemu dengan Aeri untuk membuktikan ucapannya. Dae Hyun juga mengetahui jika Soo Yin mencarinya bersama Chung Ho.      

Ia tahu mungkin sudah keterlaluan dengan Soo Yin. Namun dirinya tidak ingin bertemu Soo Yin di saat hatinya terbakar cemburu. Itu akan berakibat fatal karena kemungkinan Soo Yin akan sakit hati dengan ucapannya.     

Jika saja Chung Ho tidak menghubunginya, mengatakan Soo Yin masih berdiri di balkon hingga larut malam. Kemungkinan sampai pagi Dae Hyun baru pulang.     

Dae Hyun duduk di sisi ranjang putranya. Membelai rambutnya yang menutupi kening. Jika dirinya tidak menghalangi Aeri pasti sekarang Jo Yeon Ho sudah berada di UN Village.     

"Maafkan ayah sudah membuat kalian menunggu seharian," ucap Dae Hyun lirih dengan perasaan rumit. Beruntung sudah menenangkan diri sehingga emosinya tidak akan meledak.     

Dae Hyun teringat jika harus menemui Soo Yin kembali sehingga langsung pergi ke kamar mandi.     

Setengah jam barulah Dae Hyun kembali menemui Soo Yin di kamarnya. Berharap semoga saja istrinya sudah terlelap karena sejak tadi belum tidur sama sekali.     

Pelan-pelan Dae Hyun mendorong pintu agar tidak membangunkan Soo Yin. Setelah memastikannya tertidur ingin kembali ke kamar Jo Yeon Ho untuk menemaninya tidur.     

Namun sayang sekali karena Soo Yin justru masih terjaga dan justru terduduk ketika melihat Dae Hyun.     

"Kau lama sekali?" gerutu Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya. Sedikit ada rasa kecewa karena harus menunggu lebih lama.     

"Kenapa belum tidur? Bukankah sejak sore kau belum tidur sama sekali?" Dae Hyun mencubit ruang di antara alisnya sembari berjalan menghampiri Soo Yin.     

"Aku tidak bisa tidur," ujar Soo Yin.     

"Kenapa? Apa kau masih memikirkan apa yang terjadi hari ini? Tidak usah dipikirkan, lebih baik kau istirahat. Aku tidak ingin kau sakit hanya memikirkan masalah ini." Dae Hyun duduk di sisi ranjang kemudian menangkup wajah Soo Yin  untuk menatap dalam matanya. Berusaha mencari kebohongan di matanya tapi tidak terlihat.     

Dae Hyun segera menghilangkan pikiran buruk itu. Tidak mungkin Soo Yin berbohong mengetahui itu. Mungkin dia harus menemui Gong Yoo untuk meminta penjelasan.     

"Aku takut kau tidak percaya padaku." Soo Yin membenamkan kepalanya di dada Dae Hyun. Seharian ia begitu ketakutan hingga rasanya sangat sulit hilang begitu saja.     

Dae Hyun mengusap punggung Soo Yin.     

'Aku sungguh minta maaf, Sayang. Aku belum bisa menghilangkan rasa cemburu dan posesifku jika kau bersama dengan pria lain," batin Dae Hyun dengan mata terpejam. Jujur saja saat dirinya mengingat bagaimana video dan foto itu membuat hatinya sangat sakit.     

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya Dae Hyun.     

"Aku tahu jika kau tidak akan suka melihatku bersama pria lain meskipun kami tidak melakukan apapun," ucap Soo Yin dengan segala rasa takutnya karena akan merasa lega jika sudah mengatakan semuanya.     

"Kau tahu, aku memang sangat cemburu. Rasanya aku ingin menghabisi pria itu." Dae Hyun mendekap Soo Yin semakin erat. Awalnya akan berbohong dan menyembunyikan hal itu tapi Dae Hyun tidak bisa berbohong di hadapan Soo Yin. Tidak puas jika tidak menceritakan semua tentang perasaannya.     

"Jadi, kau sebenarnya sudah tahu? Lalu kenapa kau tidak menjawab teleponku?" gerutu Soo Yin ingin terlepas tapi Dae Hyun tidak melepaskannya.     

"Hmmm, aku hanya ingin menenangkan diriku sebelum bertemu denganmu. Aku khawatir jika menemuimu saat emosi akan menyakiti perasaanmu. Itu sebabnya aku pergi dan berniat pulang besok pagi," ucap Dae Hyun dengan jujur agar perasaannya jauh lebih lega dan tidak ada yang perlu ditutup-tutupi.     

"Jika kau pulang besok mungkin kita tidak akan bertemu lagi," ucap Soo Yin dengan lirih.     

"Memangnya apa yang akan kau lakukan sehingga berbicara seperti itu?"     

"Siapa yang akan bertahan semalaman di luar di saat salju sedang turun? Mungkin aku akan membeku jika kau pulang sampai pagi."     

"Berulang kali sudah kukatakan agar kau jangan sampai bertindak bodoh seperti itu. Jangan melakukan sesuatu hal yang membahayakan diri sendiri. Kau seharusnya berpikir sebelum bertindak," ujar Dae Hyun.     

"Kau juga seharusnya tahu jika aku suka berbuat di luar nalar saat sedang sedih," balas Soo Yin yang sampai saat ini belum bisa menghilangkan sifat cerobohnya.     

"Sifat kekanak-kanakanmu ternyata belum berubah sama sekali," cibir Dae Hyun.     

"Sifat over posesifmu juga tidak bisa sembuh sampai sekarang."     

"Mengenai hal itu aku memang tidak akan bisa menghilangkannya agar kau tidak berani sesuka hatimu dekat dengan pria lain," tukas Dae Hyun dengan nada santai. Seolah-olah jika sifat buruknya adalah sebuah kelebihan.     

"Kau sepertinya memang tidak berniat untuk menghilangkan sifat burukmu itu," gerutu Soo Yin.     

Dae Hyun hanya terkekeh membalas ucapan sang istrinya. Ini pertama kalinya Dae Hyun sangat posesif terhadap wanita. Mungkin karena Soo Yin terlalu berarti dalam hidupnya dan sangat takut jika suatu saat meninggalkannya.     

"Ini sudah malam sebaiknya kita istirahat. Mungkin jika aku tidak pulang kurasa malam ini tidak bisa tidur nyenyak." Dae Hyun melepaskan pelukannya kemudian menangkup wajah Soo Yin. Dikecupnya kelopak matanya secara bergantian hingga menyusuri pipinya. Bersyukur karena kesalahpahaman itu sudah berakhir. Tidak perlu berlanjut sampai besok pagi.     

Dae Hyun merebahkan tubuhnya terlebih dahulu yang diikuti Soo Yin dengan lengan Dae Hyun sebagai bantalan. Soo Yin merasa lega karena ketakutannya sudah berakhir.     

"I love you, Honey," ucap Dae Hyun.     

"I love you too, My Hubby," balas Soo Yin kemudian mencium sebelah pipi suaminya.     

Mereka kemudian mulai memejamkan mata karena setelah hati terasa lega kantuk berat perlahan mulai hadir membawa mereka ke alam bawah sadar menuju mimpi yang indah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.