Istri Simpanan

Bab 453 - Pria dewasa yang kekanakan



Bab 453 - Pria dewasa yang kekanakan

0Dae Hyun langsung menghentikan langkahnya ketika melihat Soo Yin berada di depannya dengan raut wajah sedang marah.     

"Soo Yin?" gumam Dae Hyun yang terpaku di tempatnya.     

"Apa yang kalian berdua lakukan di sini? Kalian sepertinya sudah dewasa tapi kenapa otak kalian masih seperti anak-anak?" umpat Soo Yin tidak peduli jika kata-kata yang keluar dari mulutnya cukup terdengar kasar.     

"Aku hanya ingin memberi pelajaran kepadanya agar tidak berbicara omong kosong," ucap Dae Hyun sembari memandang Gong Yoo dengan tatapan sengit.     

"Kau saja yang tidak percaya dengan perkataanku," balas Gong Yoo.     

"Kalian berdua sekarang ikut aku," ujar Soo Yin dengan nada perintah. Lalu melangkah mendahului dua pria di belakangnya bersama Hyo Rin.     

Soo Yin terus melangkahkan kakinya menuju seberang jalan dimana disana terdapat sebuah klinik.     

"Untuk apa kita kesini?" ujar Dae Hyun ketika sudah berada di depan sebuah klinik. Tangannya mengusap pipinya yang terasa nyeri.     

"Apa kalian tidak sadar jika wajah kalian babak belur seperti itu?" ungkap Soo Yin dengan suara meninggi sembari memandang kedua pria secara bergantian. Kesal karena tidak menyangka jika suaminya akan bertindak kekanak-kanakan seperti itu.     

"Aku baik-baik saja," sahut Dae Hyun dengan enteng padahal kedua sudut bibirnya mengeluarkan darah.     

"Aku juga tidak apa-apa," ujar Gong Yoo padahal hidungnya masih mengeluarkan darah.     

"Kalian berdua, sekarang juga masuk. Biarkan dokter yang membersihkan luka kalian," ucap Soo Yin dengan nada tegas.     

Gong Yoo yang memang menahan nyeri di hidungnya segera menurut untuk masuk ke dalam klinik.     

"Sayang, aku ingin kau saja yang membersihkan lukaku," pinta Dae Hyun seperti seorang anak kecil.     

Hyo Rin yang melihatnya sampai menahan tawa karena pria dewasa seperti Dae Hyun bersikap sangat manja dengan Soo Yin.     

"Cepatlah masuk ke dalam. Siapa suruh kalian bertengkar," ujar Soo Yin dengan tatapan tajam sembari mendorong tubuh Dae Hyun agar masuk ke dalam klinik.     

Menunggu kedua pria itu sedang diobati, Soo Yin dan Hyo Rin duduk di bangku yang ada di depan klinik.     

"Soo Yin, Aku sungguh tidak menyangka jika Dae Hyun bersikap sangat manja kepadamu." Hyo Rin terkekeh sembari membekap mulutnya agar tidak terlalu keras mengeluarkan suara.     

"Hmmm, dia memang seperti itu kadang-kadang," sahut Soo Yin dengan nada datar.     

"Lalu siapa pria yang satunya?" tanya Hyo Rin penasaran.     

"Namanya Gong Yoo. Aku juga tidak terlalu mengenalnya karena hanya beberapa kali saja bertemu," sahut Soo Yin.     

"Kenapa mereka sampai berkelahi di depan kampus?"     

Soo Yin mengangkat kedua bahunya karena tidak mengetahui apa sebenarnya permasalahan di antara mereka.     

"Apakah di antara kalian ada yang bernama Soo Yin?" tanya seorang perawat wanita yang baru saja keluar dari ruangan.     

"Ada apa, Suster?" ujar Soo Yin sembari menaikkan sebelah alisnya.     

"Salah seorang pasien tidak mau diobati. Dia memintaku untuk menyuruhmu masuk," tukas perawat tersebut dengan sopan.     

Soo Yin menghela nafas panjang sambil memutar bola matanya.     

"Hyo Rin, aku ke dalam dahulu. Tetaplah menunggu di sini," ujar Soo Yin yang sudah bangkit berdiri.     

"Baiklah, aku tidak akan kemana-mana," ujar Hyo Rin.     

Soo Yin akhirnya masuk ke dalam sebuah kamar yang telah ditunjukkan oleh sang perawat. Dilihatnya Dae Hyun yang sedang duduk membelakanginya menghadap ke arah jendela.     

Soo Yin menutup pintu lalu berjalan menghampiri suaminya.     

"Kenapa kau tidak mau diobati oleh suster?" tanya Soo Yin.     

"Aku tidak ingin ada wanita lain menyentuh wajahku," ucap Dae Hyun dengan datar.     

"Jika aku yang mengobati mungkin akan mengomel tidak jelas." Soo Yin meletakkan tasnya di atas nakas. Kemudian meraih mangkuk yang berisi air hangat.     

"Tidak masalah sama sekali, aku akan dengan senang hati mendengarkan omelanmu," sahut Dae Hyun dengan nada santai lalu membalikkan tubuhnya untuk memandang wajah sang istri.     

Soo Yin terdiam sejenak sembari mengamati luka lebam di wajah suaminya. Kelopak matanya terlihat sudah membiru dengan beberapa luka memar di bagian yang lainnya.     

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kalian berkelahi?" Soo Yin mulai mengusapkan handuk kecil di sudut bibir Dae Hyun dengan sedikit tekanan yang cukup kuat.     

"Aduh, sakit," rintih Dae Hyun karena tekanan tangan Soo Yin membuat lukanya nyeri.     

"Jangan terlalu keras. Apa kau ingin wajah suamimu terlihat buruk rupa?" gerutu Dae Hyun yang terus mengaduh.     

"Biarkan saja buruk. Itu salah sendiri sudah tua tapi sifat masih kekanak-kanakan. Apa kau tidak memiliki rasa malu lagi pada para mahasiswa sehingga membuat onar?" Soo Yin tidak tahan untuk tidak mengeluarkan semua unek-unek yang ada di pikirannya.     

"Itu salahnya karena sudah berbicara omong kosong. Mengatakan jika kau adalah kekasihnya, tentu saja aku sangat marah," sahut Dae Hyun sembari meringis menahan nyeri.     

"Jadi hanya gara-gara itu sehingga kalian berkelahi?" Soo Yin menghentikan usapannya. Ternganga karena tidak menyangka suaminya akan berpikiran pendek seperti itu.     

"Dae Hyun, tak bisakah kau menahan amarahmu? Haruskah kau emosi hanya karena ucapannya yang mungkin saja hanya sebuah candaan?" Soo Yin mencubit ruang di antara kedua alisnya. Hanya karena masalah sepele tapi sampai kelewat batas.     

Dae Hyun mengakui jika dirinya tadi memang langsung terbawa emosi.     

"Sayang, maafkan aku." Dae Hyun menggenggam erat jemari Soo Yin dengan pandangan sendu. Mengakui jika tindakannya hari ini memang tidak pantas.     

"Setelah ini minta maaf kepadanya. Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman di antara kalian," tukas Soo Yin sembari menghela nafas berat.     

"Tidak, aku tidak mau melakukannya," ucap Dae Hyun dengan nada dingin. Berpikir jika itu bukanlah kesalahannya sehingga tidak akan meminta maaf.     

"Kenapa kau begitu keras kepala? Apa salahnya hanya sekedar meminta maaf? Apakah itu terlalu berat bagimu?" tukas Soo Yin dengan dada yang naik turun sembari mengusap gusar wajahnya.     

"Aku ini suamimu, tapi kenapa kau justru membelanya? Seharusnya kau membelaku," ujar Dae Hyun dengan wajah menggelap.     

"Aku tidak ingin membela siapapun di antara kalian. Aku hanya ingin hubungan kalian baik-baik saja. Lagi pula apa salahnya hanya mengucapkan kata maaf?" Soo Yin mulai naik darah karena sifat egois suaminya sudah mulai kambuh.     

"Biarkan saja dia yang meminta maaf. Jika dia tidak memancing kemarahanku, mungkin aku tidak akan sampai meninjunya," ucap Dae Hyun dengan sifat keras kepalanya.     

Soo Yin menghirup udara dari hidung lalu mengeluarkannya dari mulut. Berusaha menenangkan emosinya. Jangan sampai justru dirinya yang akan bertengkar dengan Dae Hyun. Di saat seperti ini ia harus bisa lebih bersikap dewasa.     

"Nanti kita bicarakan. Obati dulu lukamu," ucap Soo Yin sembari meraih salep untuk mengobati luka memar. Kini ia mulai mengoleskan krim tersebut di bagian wajah Dae Hyun yang terluka dengan lebih lembut.     

Dae Hyun terus memandang wajah Soo Yin. Mengamati setiap lekukan bibirnya yang tipis berwarna pink. Bulu matanya yang lentik. Sungguh tidak bosan meskipun setiap malam selalu mengamati wajahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.