Istri Simpanan

Bab 454 - Sebagai penengah



Bab 454 - Sebagai penengah

0Soo Yin mulai terganggu dan risih karena Dae Hyun terus memandangnya sejak tadi tanpa mengedipkan matanya.     

"Tak bisakah kau memandang ke arah lain?" tukas Soo Yin dengan wajah yang merona padahal sudah terbiasa berhadapan dengan suaminya. Ia juga tidak tahu kenapa terkadang masih gugup dan malu jika bertatap muka.     

"Untuk apa aku memandang ke arah lain? Aku lebih suka memandangmu," sahut Dae Hyun dengan santai tanpa mengalihkan pandangannya.     

"Apa kau tidak bosan memandangku terus menerus?" gerutu Soo Yin yang tengah mengoleskan krim di sekitar kelopak mata suaminya.     

"Tidak, selamanya tidak akan pernah bosan," sahut Dae Hyun singkat sembari melihat bibir Soo Yin yang mungil bergerak-gerak. Jika saja bibirnya tidak terasa nyeri karena mengalami sedikit robekan pasti akan melumatnya sampai puas.     

"Jauhkan pikiran mesum dari benakmu," ujar Soo Yin yang sudah bisa menebak apa yang suaminya pikirkan.     

"Sepertinya kau sekarang sudah bisa membaca pikiranku." Dae Hyun sengaja melingkarkan tangannya di pinggang Soo Yin hingga tubuh Soo Yin refleks menempel dan bibir mereka juga menyatu.     

Soo Yin terbelalak lebar, segera menjauhkan dirinya, takut ada perawat yang masuk secara tiba-tiba. Namun Dae Hyun justru semakin memeluknya dengan erat.     

"Tetaplah dalam posisi seperti ini sebentar saja," pinta Dae Hyun. Akhirnya setelah Jo Yeon Ho pulang ke UN Village barulah mereka memiliki kesempatan untuk berduaan dengan tenang tanpa ada perasaan takut.     

"Ini di tempat umum, jangan berbuat macam-macam," ujar Soo Yin.     

"Tidak akan, aku hanya ingin menenangkan hatiku sebentar saja agar tidak emosi," bisik Dae Hyun dengan mata terpejam menyandarkan dagunya di bahu sang istri.     

Ceklek….     

Seorang perawat wanita masuk tanpa mengetuk pintu hingga ia cukup terkejut dengan apa yang dilihatnya.     

"Maaf," ujar perawat tersebut yang masih gadis lalu menutup pintu kembali rapat-rapat. Tadinya berniat ingin memeriksa keadaan Dae Hyun.     

"Dae Hyun, menjauhlah." Soo Yin segera mendorong tubuh Dae Hyun agar menjauh.     

"Biarkan saja lagi pula kita adalah sepasang suami istri," sahut Dae Hyun dengan enteng tanpa peduli jika ada yang melihatnya.     

"Justru itu karena kita suami istri jangan melakukan sesuatu yang sampai kelewat batas di tempat umum. Seperti tidak ada tempat lain yang tertutup saha," gerutu Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya.     

"Baiklah." Dae Hyun mengendurkan pelukannya dengan perasaan tidak rela.     

"Kenapa kau tadi berada di depan kampus? Bukankah kau seharusnya berada di UN Village?" tanya Soo Yin karena tadi Dae Hyun mengatakan tidak bisa menjemputnya.     

"Hmmm, aku hanya sebentar saja di sana karena ada urusan yang jauh lebih penting. Tadinya aku ingin memberikan kejutan untukmu tapi harus gagal."     

"Kejutan apa?" Soo Yin menaikkan sebelah alisnya.     

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."     

"Kemana?" tanya Soo Yin dengan penasaran.     

"Nanti kau juga akan tahu." Dae Hyun menyunggingkan senyum penuh arti.     

Tok tok tok…     

"Bolehkah aku masuk?" Terdengar suara Hyo Rin bersamaan ketukan pintu dari luar.     

"Masuklah," seru Soo Yin yang langsung mendorong tubuh Dae Hyun hingga ia terjengkang ke ranjang.     

Soo Yin menaruh baskom di atas nakas kemudian mengambil obat untuk mengobati luka di sudut bibir Dae Hyun.     

"Kenapa kalian lama sekali. Kupikir kalian berdua pingsan karena tidak kunjung keluar," ujar Hyo Rin.     

"Ada apa?" tanya Soo Yin.     

"Tuan Gong Yoo mencarimu mengatakan jika ada sesuatu yang ingin dikatakan," ujar Hyo Rin yang hanya berdiri di dekat pintu.     

"Sebentar lagi aku akan keluar," tukas Soo Yin.     

"Baiklah." Hyo Rin akhirnya keluar terlebih dahulu.     

"Sayang, tetaplah disini jika kau merasa tidak bisa menahan emosimu. Aku tidak ingin terjadi kekacauan lagi seperti tadi," terang Soo Yin kemudian melangkahkan kakinya keluar.     

"Aku ikut," ujar Dae Hyun sembari memegang pergelangan tangan Soo Yin. Tak ingin jika sampai Gong Yoo mengatakan yang macam-macam dan berbuat yang tidak-tidak pada Soo Yin..     

"Tapi kau harus ingat perkataanku. Meminta maaflah jika diperlukan karena seorang pria sejati akan dengan senang hati meminta maaf terlebih dahulu," sindir Soo Yin secara halus agar sifat kekanak-kanakan suaminya tidak kumat.     

Dae Hyun menghela nafas panjang.     

"Baiklah, aku akan melakukannya." Demi istri kecilnya, Dae Hyun akan melakukan segalanya.     

Dae Hyun mengikuti langkah Soo Yin keluar dari kamar rawat. Rahangnya langsung mengeras ketika melihat Gong Yoo tengah duduk kemudian tersenyum ke arah Soo Yin saat mereka berjalan ke arahnya. Ingin sekali rasanya Dae Hyun meninju wajahnya hingga babak belur kembali.     

Setelah menyelesaikan administrasi, mereka segera keluar dari klinik untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di antara mereka.     

Soo Yin mengajak mereka ke sebuah cafe yang letaknya tidak jauh karena kebetulan perutnya juga sudah berbunyi minta diisi. Ia berjalan di depan bersama Hyo Rin sedangkan Dae Hyun dan Gong Yoo di belakangnya.     

Kedua pria itu saling membuang muka dan memalingkan wajah mereka ke arah yang berbeda.     

Hanya butuh waktu sepuluh menit berjalan kaki mereka sudah sampai di cafe. Soo Yin tidak ingin kesalahpahaman itu terus berlarut-larut dan akan terjadi lagi di kemudian hari. Ia terlalu lelah untuk menghadapi begitu banyak masalah yang sering kali hadir dalam hidupnya.     

"Makanlah dulu, nanti kita bicarakan lagi masalahnya," ujar Soo Yin dengan wajah datar. Cukup aneh karena kedua pria dewasa yang ada di depannya sangat patuh dengan ucapannya.     

Soo Yin memesan Ojingeo-tonggui atau lebih dikenal cumi bakar pedas. Untuk Hyo Rin, dia memesan Jjamppong atau sup seafood pedas. Sedangkan kedua pria itu tidak ada yang memesan makanan. Mereka memilih memesan minuman saja. Mungkin karena luka di wajah mereka, sehingga tidak selera untuk makan.     

Soo Yin menikmati makanannya dengan lahap. Memakan satu persatu potongan cumi hingga bibirnya belepotan terkena bumbu pedas.     

Dae Hyun dan Gong Yoo yang memang sejak tadi mengamati Soo Yin saat makan, lantas menyodorkan tisu secara bersamaan.     

Soo Yin terdiam sejenak kemudian memilih meraih tisu yang berada di atas meja daripada terjadi keributan di cafe. Dirinya ingin makan dengan tenang.      

Tidak ada lagi yang berbicara di antara mereka sehingga keadaan hening dan terasa canggung.     

Soo Yin dan Hyo Rin sudah menyantap sampai habis makanan mereka hingga tidak tersisa karena rasanya terlalu enak.     

"Hyo Rin, aku baru tahu jika disini makanannya sangat enak. Lain kali kita datang kemari lagi," ajak Soo Yin sembari mengusap mulutnya dengan tisu kemudian menyesap Honey Citron Sparkling Iced Tea yang rasanya asem-asem seger hingga tersisa setengah gelas.     

"Tenanglah, nanti kita akan datang kesini lagi," tukas Hyo Rin.     

Soo Yin menghela nafas berat sebelum berbicara lebih jauh lagi.     

"Sebenarnya apa yang terjadi sehingga kalian tadi berkelahi?" Soo Yin memandang kedua pria di depannya dengan tatapan penuh intimidasi. Menelisik ingin mengetahui alasan yang kuat. Dia ingin bersikap sebagai penengah dan tidak ingin memihak kepada siapapun meskipun Dae Hyun adalah suaminya karena mereka sama-sama bersalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.