Istri Simpanan

Bab 455 - Bukan paranormal



Bab 455 - Bukan paranormal

0Kedua pria itu sama-sama diam dan memalingkan wajahnya ke arah yang berbeda dengan ekspresi wajah masam. Keduanya sama-sama babak belur di bagian wajah.     

"Sebaiknya selesaikan permasalahan ini karena aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman lagi," ujar Soo Yin dengan nada datar.     

"Dia yang meninjuku terlebih dahulu sehingga aku membalasnya," tukas Gong Yoo yang membuka suaranya terlebih dahulu.     

Dae Hyun mendengus kesal.     

"Dia yang memancing kemarahanku. Mengatakan jika kalian sepasang kekasih, seharusnya kau sadar diri sebelum berbicara omong kosong," cibir Dae Hyun dengan sebelah bibirnya yang tertarik ke atas.     

"Untuk apa aku berbicara omong kosong. Benar kan, Sayang?" ujar Gong Yoo sembari memandang wajah cantik Soo Yin yang sangat menggemaskan. Ketika pertama kali melihatnya, Soo Yin membuatnya tidak bisa tidur semalaman.     

Kedatangan Gong Yoo ke kampus tadinya untuk memintanya maaaf masalah kemarin. Ia sadar tidak seharusnya berbicara omong kosong.     

Soo Yin memijat pelipisnya. Pantas saja jika suaminya sangat marah ternyata Gong Yoo sudah berbicara yang tidak-tidak seperti kemarin.     

"Tuan, bisakah jaga bicara anda? Jangan sampai orang berprasangka yang tidak-tidak. Bagaimana jika istri anda tahu? Aku pasti juga akan mendapatkan masalah. Untuk mengenai kemarin, aku tidak ingin hal itu terulang kembali," tukas Soo Yin sembari memandang wajah Gong Yoo yang sepertinya sudah memiliki istri.     

"Apa aku terlihat sangat tua sehingga kau mengira jika aku sudah memiliki istri?" ujar Gong Yoo dengan wajah masam.     

"Maaf, kupikir anda sudah menikah," sahut Soo Yin seraya meringis.     

"Sebenarnya kedatanganku kemari tadinya ingin meminta maaf atas kesalahanku kemarin," tukas Gong Yoo dengan rasa sesal.     

"Baiklah, aku sudah memaafkan anda. Namun lain kali jangan mengatakan seperti itu lagi meskipun anda masih sendiri," ujar Soo Yin.     

"Terima kasih, Soo Yin. Kau memang gadis yang sangat baik," puji Gong Yoo dengan senyum mengembang di wajahnya.     

Dae Hyun yang duduk di antara Soo Yin dan Gong Yoo memasang wajah dingin. Ingin sekali menghancurkan hidungnya agar hilang dari wajahnya sekalian.     

"Hmm," ujar Soo Yin sembari tersenyum tipis.     

"Kau juga, seharusnya mengklarifikasi jika kalian tidak memiliki hubungan apa-apa," tukas Gong Yoo sembari menatap Dae Hyun dengan sinis.     

Soo Yin menghela nafas panjang karena Gong Yoo sudah membangunkan emosi singa yang sedang tidur. Lalu beralih memandang wajah Dae Hyun yang sudah mulai memerah menahan amarahnya kembali.     

"Baiklah, biarkan aku yang menjelaskan semuanya agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi. Aku dan Dae Hyun memang memiliki hubungan …." Soo Yin menghentikan ucapannya karena tiba-tiba saja ponsel Gong Yoo berdering.     

"Tunggu sebentar," ujar Gong Yoo yang bangkit berdiri kemudian berjalan menjauhi meja untuk menjawab telepon.     

Soo Yin menyesap minumannya kembali hingga habis. Merasa lega karena kesalahpahaman itu akan berakhir. Ia juga akan meminta Gong Yoo untuk tidak mencampuri segala urusannya.     

"Maaf, lain kali kita bicara lagi karena aku banyak urusan," ujar Gong Yoo penuh rasa sesal karena harus kembali ke hotel untuk bekerja.     

"Tunggu, Tuan." Soo Yin hendak melarangnya untuk pergi tapi sayang sekali karena Gong Yoo sudah keluar dari cafe.     

"Sayang sekali, belum selesai justru menghilang," gumamnya.     

"Hyo Rin, kemana kau setelah ini?" ujar Soo Yin sembari mengamati punggung Gong Yoo yang perlahan sudah menjauh dari cafe.     

Dada Dae Hyun lantas bergemuruh mengikuti arah pandangan Soo Yin yang masih memandang ke arah Gong Yoo.     

"Ya ampun, aku lupa kalau aku harus bertemu Ji Sang. Sebaiknya aku pergi terlebih dahulu," ujar Hyo Rin sambil menepuk dahinya.     

"Maaf, semuanya." Dengan langkah terburu-buru Hyo Rin segera meninggalkan cafe.     

Soo Yin menoleh ke arah suaminya yang diam saja selepas kepergian Gong Yoo dan Hyo Rin yang sudah meninggalkan cafe.     

"Kau bilang ingin mengajakku ke suatu tempat, ayo sekarang kita pergi," ajak Soo Yin dengan wajah sumringah. Penasaran kemana Dae Hyun akan membawanya pergi.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun sembari berdiri kemudian berjalan mendahului Soo Yin.     

Langkah Dae Hyun yang terlalu lebar membuat Soo Yin sedikit kewalahan dan tertatih untuk mengimbangi langkahnya.     

"Ada apa lagi dengannya? Sepertinya suasana hatinya sedang tidak baik. Tidak mungkin jika pria datang bulan," gumam Soo Yin yang memilih memperlambat langkahnya dari pada harus mengejar Dae Hyun yang sudah berada di seberang jalan menuju mobilnya. Jika memang dia tidak mau menunggunya biarkan saja.     

"Ternyata sulit sekali memiliki suami yang mengalami puber kedua," gerutu Soo Yin. Tak peduli jika suaminya marah dan mengomel.     

Dae Hyun sudah berada di belakang kemudi tapi Soo Yin justru malah duduk di bangku. Padahal ia menunggunya agar cepat sampai.     

"Ya ampun, apa yang dilakukannya di sana? Dia bilang ingin segera pergi," gerutu Dae Hyun sembari menghela nafas panjang.      

Lima menit Dae Hyun sudah menunggu tapi Soo Yin tidak juga beranjak dari duduknya. Dengan terpaksa dan menahan emosi yang sejak tadi menggebu, Dae Hyun akhirnya memutuskan untuk keluar dari mobil kemudian melangkahkan kakinya menuju dimana Soo Yin tengah duduk.     

Soo Yin pura-pura cuek dan tidak mengetahui jika suaminya datang. Ia tahu jika Dae Hyun masih emosi. Itu sebabnya dari pada mereka bertengkar lebih baik mereka tidak bersama untuk sementara waktu.      

Soo Yin sadar jika sifatnya sangat buruk dan mudah emosian juga.     

Dae Hyun yang tidak mendapatkan respon langsung mengangkat tubuh Soo Yin dengan kedua tangannya.     

"Apa yang kau lakukan?" pekik Soo Yin ketika merasakan tubuhnya tiba-tiba melayang di udara. Ia mengamati sekeliling, beruntung kondisi kampus sudah mulai sepi. Hanya beberapa orang saja yang lalu lalang.     

Dae Hyun diam saja tanpa menjawab pertanyaan Soo Yin. Terus melangkah dengan pandangan yang lurus ke depan.     

Setelah sampai di mobilnya barulah Soo Yin diturunkan dan memasukkannya ke dalam penumpang depan.     

Soo Yin mengusap dadanya yang jantungan dengan apa yang dilakukan oleh suaminya. Untunglah dirinya memakai celana panjang.     

"Kau marah lagi?" tukas Soo Yin sembari menyipitkan matanya memandang Dae Hyun yang tengah mengemudi.     

"Tidak," sahut Dae Hyun dengan nada dingin serta wajahnya yang datar tanpa ekspresi.     

"Jika marah katakan saja tidak usah dipendam karena aku tidak akan mengetahuinya. Aku bukan seorang paranormal yang bisa membaca yang bisa membaca pikiran," ujar Soo Yin sembari melipat tangannya di dada. Ingin tahu sejauh mana suaminya akan tahan dan terus diam.     

Dae Hyun memasang wajah dingin tak ingin menanggapi ucapan Soo Yin. Meskipun rasanya ingin sangat marah karena Soo Yin tidak peka.     

Tidak mendapatkan respon dari suaminya, Soo Yin memilih mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Dari pada memikirkan suaminya yang sedang marah lebih baik jika mempelajari mata kuliahnya. Lama-lama juga Dae Hyun akan menyerah dengan sikap diamnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.