Istri Simpanan

Bab 456 - Biarkan saja buta



Bab 456 - Biarkan saja buta

0Dae Hyun melirik Soo Yin sembari memasang wajah masam. Padahal ia ingin jika Soo Yin membujuknya agar tidak marah lagi. Namun apa yang didapat tidak sesuai dengan keinginannya. Istrinya justru bersikap sangat cuek.     

"Apakah buku itu lebih penting dari suamimu?" Akhirnya Dae Hyun tidak tahan sehingga ia membuka suara.     

"Sudah selesai marahnya?" Soo Yin menurunkan buku dari depan wajahnya.     

Dae Hyun tidak menjawabnya karena terlalu gengsi jika harus mengakui semuanya.     

"Katakan apa yang membuatmu marah?" desak Soo Yin.     

"Caramu memandangnya tadi sangat berbeda," tuduh Dae Hyun dengan datar.     

Soo Yin membuka mulutnya, ternganga mendengar jawaban dari suaminya. Sebenarnya apa yang dimaksud olehnya cara memandang yang berbeda? Dia sendiri bahkan tidak merasa berbeda dalam memandang seseorang.     

"Apa maksudmu?" ujar Soo Yin sembari memutar bola matanya. Jika menghadapi Dae Hyun ketika sedang kekanak-kanakan seperti itu bisa-bisanya dirinya akan mati muda.     

"Caramu memandang Gong Yoo sangat lain. Sorot matamu seperti menyiratkan sesuatu." Dae Hyun mengulangi ucapannya dengan wajah masam.     

"Apanya yang lain? Harus seperti apa aku memandangnya? Kau sungguh berlebihan sekali," gerutu Soo Yin yang sudah mulai meninggi nadas suaranya. Kesal karena suaminya selalu cemburu jika ia memandang pria lain. Apakah aku harus selalu menutup matanya setiap bertemu dengan seorang pria?     

Dae Hyun terdiam membisu. Mencoba berpikir logis dan menenangkan kembali Pikirannya.     

"Kalau kau tidak ingin aku melihat pria lain, sekarang juga kita pergi ke dokter mata," ujar Soo Yin dengan dada yang naik turun menahan emosi dan mulai frustasi menghadapi suaminya.     

"Untuk apa? Apa matamu terasa sakit?" ujar Dae Hyun yang panik mendengar Soo Yin mengajak ke dokter mata.     

"Biar dokter mencungkil bola mataku sekalian. Dari pada kau harus marah setiap aku memandang pria lain. Biarkan saja aku menjadi buta, mungkin itu membuat perasaanmu terasa lega dan tidak merasa cemburu lagi," ujar Soo Yin sembari mendengus kesal.     

Dae Hyun segera menepikan mobilnya ke sisi jalan. Kemudian menundukkan kepalanya hingga beberapa saat. Lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Berharap rasa bodoh yang selalu dirasakannya segera berakhir.     

"Kenapa berhenti? Ayo kita lanjutkan perjalanan ke rumah sakit. Aku tidak masalah harus buta yang terpenting kau merasa bahagia," tukas Soo Yin sembari mengguncang tubuh Dae Hyun karena dirinya sudah kehilangan akal sehatnya menghadapi suaminya.     

Dae Hyun perlahan menegakkan kepalanya lalu menoleh dengan tatapan sendu ke arah istri kecilnya dengan penuh rasa penyesalan. Sungguh menyesal dirinya bisa selalu bersikap sebodoh itu.     

"Sayang, maafkan aku," ucap Dae Hyun lirih dengan nada sendu. Ketakutannya yang terlalu berlebihan kehilangan Soo Yin membuatnya terus berpikiran buruk jika istrinya memandang pria lain.     

"Sudah berapa kali kau meminta maaf? Lama-lama aku juga lelah, selalu saja menghadapi kecemburuanmu yang berlebihan. Aku ingin kau percaya padaku dan hubungan kita tetap tenang," ujar Soo Yin untuk mengutarakan isi hatinya. Jika sekali dua kali tidak masalah. Tapi ini sudah terlalu sering. Semalam saja mereka hampir bertengkar.     

"Aku mengaku jika aku salah. Mulai sekarang aku akan berusaha untuk menghilangkan rasa cemburuku yang berlebihan," ucap Dae Hyun dengan getir. Tidak yakin bisa menepati janjinya karena itu bukanlah hal yang mudah.     

"Tidak perlu. Biarkan saja dokter mencungkil bola mataku untuk didonorkan kepada orang yang ingin melihat penuh warna dunia ini," tukas Soo Yin dengan tegas.     

Dae Hyun lantas menarik Soo Yin ke dalam dadanya yang bidang. Mendekap pinggangnya dengan erat sembari menggelengkan kepalanya.     

"Aku mohon jangan berpikir seperti itu. Aku masih ingin kau melihat wajah tuaku dan semua yang ada pada diriku. Aku masih ingin kita saling menatap penuh rasa cinta," ucap Dae Hyun dengan lirih dan tubuh yang gemetaran. Takut jika Soo Yin akan melakukan apa yang dia ucapkan. Karena istri kecilnya terkadang tidak main-main dengan ucapannya.     

"Jangan melakukan sesuatu yang membahayakan hidupmu. Aku mohon sekali lagi jangan berpikir kau akan melakukan semuanya." Setitik air jatuh dari pelupuk mata Dae Hyun karena saat ini ia sungguh merasa cemas.     

Soo Yin menghela nafas panjang kemudian menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami. Untuk melepaskan perasaan lelahnya menghadapi masalahnya di dunia ini.     

"Sayang, jangan diam saja. Aku kali ini berjanji akan berusaha lebih keras lagi," ucap Dae Hyun sembari mengecup puncak kepala Soo Yin berulang kali.     

"Tentu saja tidak. Jika aku buta maka kau pasti akan sangat senang bisa melihat gadis lain yang sangat cantik." Soo Yin terkekeh geli karena suaminya sudah ketakutan dengan apa yang diucapkannya. Meskipun dirinya terkadang bertindak bodoh tapi tidak mungkin Soo Yin akan melakukannya. Akal sehatnya masih berjalan dengan baik.     

Dae Hyun melepaskan tubuh Soo Yin ketika mendengarnya terus terkekeh dan terdengar sangat senang. Ada perasaan lega sekaligus sedikit kesal karena Soo Yin telah menipunya. Namun hatinya merasa lega karena Soo Yin tidak serius dengan ucapannya.     

"Jadi, kau menipuku?" Dae Hyun mencubit ujung hidung Soo Yin dengan pelan. Gemas karena sudah berhasil membuatnya sangat ketakutan dan hampir saja menangis.     

"Itulah akibatnya jadi seorang suami yang terlalu cemburu. Tidak ada salahnya memberi pelajaran sedikit," ucap Soo Yin di sela rasa ingin tertawanya yang tidak mau berhenti.     

"Kau memang keterlaluan." Dae Hyun menggelitiki pinggang Soo Yin hingga ia menggeliat dan terus tertawa sangat renyah.     

"Dae Hyun, hentikan," ucap Soo Yin dengan nafas terengah-engah karena pinggangnya sangat geli.     

"Itulah akibatnya menjadi istri kecil yang suka menipu dan hampir membuatku mati karena jantungan." Dae Hyun ikut tertawa tanpa menghentikan aksinya     

Hingga akhirnya tubuh Soo Yin benar-benar terasa lemas karena terus tertawa.     

"Cukup," ujarnya yang menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun.     

"Bersiaplah nanti malam aku akan melanjutkan hukumanmu," ancam Dae Hyun mengukir senyum penuh nakal dan penuh arti.     

"Hukuman apa lagi?" ujar Soo Yin sembari menengadahkan wajahnya memandang Dae Hyun.     

"Hukuman manis yang akan membuatmu melayang hingga langit ke tujuh," bisik Dae Hyun dengan sensual dan menggigit ujung telinga Soo Yin pelan.     

"Tidak usah bermimpi kita akan melakukan apa yang ada di pikiranmu," tukas Soo Yin sembari menegakkan tubuhnya untuk duduk sendiri.     

"Kenapa?" Dae Hyun menautkan kedua alisnya.     

Soo Yin menjulurkan kepalanya mendekati telinga Dae Hyun.     

"Sayang sekali karena tamu bulananku baru saja datang," bisik Soo Yin sembari terkekeh. Lalu duduk kembali seperti semula.     

Wajah Dae Hyun yang tadinya sudah berbinar kini menjadi masam kembali.     

"Ughh, sungguh waktu yang tidak tepat," gerutu Dae Hyun dengan perasaan tidak bersemangat.     

"Sabarlah, kau hanya perlu menunggu seminggu lagi," ujar Soo Yin.     

"Seminggu itu rasanya seperti setahun. Aku bahkan sudah menunggu sejak seminggu yang lalu," gerutu Dae Hyun yang tidak bisa berbuat apa-apa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.