Istri Simpanan

Bab 458 - Cemburu itu menular



Bab 458 - Cemburu itu menular

0Tak terasa malam telah datang, Flower Restaurant baru saja resmi dibuka. Banyak pengunjung langsung berdatangan karena restoran memang mengadakan diskon untuk setiap pembelian menu tertentu dan di atas harga tertentu pula.     

Menu seafood cukup digemari sehingga para pengunjung penasaran ingin mencicipinya. Berharap menemukan rasa yang cocok dengan lidah mereka.     

Semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Jean dan Soo Yin bekerja sebagai pelayan membantu yang lain. Sedangkan Dae Hyun bersama Kim Ji Won sebagai koki yang bertugas menyiapkan hidangan. Untuk Chang Yuan, ia bertugas sebagai manajer restoran sesuai apa yang diperintahkan oleh Dae Hyun. Karena Dae Hyun sebagai pemilik tidak ingin merangkap menjadi manajer.     

Dapur sengaja berada di depan sehingga para pengunjung bisa leluasa melihat para koki yang sedang menyiapkan hidangan.     

Soo Yin terus mengerucutkan bibirnya ketika para pengunjung wanita terus memperhatikan suaminya sambil berbisik-bisik dan tertawa ketika melihat otot tubuhnya yang kekar. Ingin sekali rasanya Soo Yin mencungkil mata mereka.     

Sikap Dae Hyun yang sangat ramah kepada para pengunjung membuat mereka tidak segan dan sampai meminta foto.     

"Kau cemburu," goda Jean pada Soo Yin yang sejak tadi terus melihat ke arah dapur dimana Dae Hyun terus digoda para gadis remaja.     

"Tidak," sanggah Soo Yin dengan cepat.     

"Jika tidak cemburu, cepatlah bawa semua piring kotor ke belakang," ujar Jean sembari mengulum senyum melihat raut wajah Soo Yin yang terlihat sangat kesal serta sorot matanya yang menyiratkan amarah.     

"Mereka seperti tidak pernah melihat pria tampan saja," gerutu Soo Yin sembari menumpuk piring secara kasar.     

"Sepertinya memang begitu. Mereka tidak pernah melihat pria tampan berada di depan kompor," tukas Jean sembari melirik wajah sahabatnya.     

"Pelayan!" panggil salah seorang yang baru saja masuk ke dalam restoran sepertinya hendak memesan sesuatu ke arah Jean.     

"Soo Yin, cepatlah pergi membawa semuanya ke dapur. Sebelum semakin ramai," ujar Jean.     

Meski ada beberapa pelayan tapi keadaan memang sedang ramai sehingga mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Chang Yuan bahkan harus turun tangan membantu mereka melayani pengunjung.     

Soo Yin segera berjalan menuju ke tempat pencucian piring dengan menghentakkan kakinya cukup keras ke lantai. Bahkan beberapa pengunjung memandang aneh ke arah Soo Yin.     

"Nona, kau kenapa?" ujar bibi Xia yang membantu pekerja lain mencuci piring padahal Soo Yin sudah melarangnya.     

"Tidak ada, Bibi. Aku hanya kesal dengan para wanita yang terus memandang Dae Hyun tanpa berkedip," sahut Soo Yin dengan wajah cemberut. Lalu meletakkan piring-piring ke bak dengan suara cukup keras saling berdenting.     

"Biarkan bibi yang mengerjakannya, sebaiknya Nona istirahat saja," ujar bibi Xia dengan senyuman hangatnya. Tidak ingin piring-piring yang tidak berdosa menjadi korban kekesalan Soo Yin.     

"Aku tidak lelah, Bibi. Aku hanya kesal," tukas Soo Yin dengan nafas yang memburu.     

"Sebaiknya Nona duduk dulu, biarkan bibi membuatkan teh hangat," ujar bibi Xia sembari menuntun Soo Yin untuk duduk di sebuah kursi yang ada di belakang restoran.     

Meski bagian belakang tidak tampak oleh pengunjung tapi Dae Hyun membuatnya seindah dan serapi mungkin agar ketika karyawan lelah mereka dapat duduk untuk melepaskan penat.     

Soo Yin duduk di sudut di dekat pohon bambu yang berjajar rapi. Menghirup udara malam yang sangat segar untuk menenangkan pikirannya.     

Bibi Xia menghampiri Soo Yin sembari membawa nampan berisi teh hangat di tangannya.     

"Minumlah agar pikiran Nona merasa rileks," ujar wanita paruh baya itu sembari duduk di seberang Soo Yin.     

"Terima kasih, Bibi." Soo Yin segera menghirup teh hijau dengan aroma melati yang langsung menembus hidungnya masuk hingga pikirannya.     

"Semoga restoran ini akan tetap ramai selamanya," ujar bibi Xia dengan penuh harap. Jika usaha Dae Hyun sukses dirinya juga ikut merasa sangat senang. Itu sebabnya bibi Xia ingin malam ini ikut membantu acara pembukaan yang ternyata sangat ramai.     

"Kami juga berharap begitu," sahut Soo Yin setelah menyeruput sedikit teh hangat yang terasa sangat segar.     

"Apa Nona lelah? Jika lelah sebaiknya Nona pulang saja untuk istirahat," saran bibi Xia karena Soo Yin hanya tersenyum ketika saat pembukaan saja setelah itu wajahnya ditekuk.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya. Tubuhnya tidak lelah sama sekali. Yang sangat lelah justru hatinya.     

"Lalu kenapa Nona memasang wajah cemberut seperti itu? Apa ada masalah?" tanya bibi Xia hati-hati. Bukan maksud untuk penasaran tapi bibi Xia berharap setelah Soo Yin bercerita maka suasana hatinya akan jauh lebih baik lagi.     

"Aku tidak suka kalau Dae Hyun terus dipandangi para wanita," sahut Soo Yin dengan kepala tertunduk. Sejujurnya ia merasa malu mengaku semua itu kepada bibi Xia.     

Bibi Xia menghela nafas panjang.     

"Nona tidak perlu khawatir dan cemas karena meskipun tuan dipandang oleh seribu wanita tapi pada akhirnya hanya kepada Nona perasaannya akan berlabuh. Wajar para wanita merasa kagum dengan penampilan tuan Dae Hyun," terang bibi Xia untuk memberikan pengertian kepada gadis labil di depannya.     

"Aku mengerti tapi tetap saja aku tidak bisa." Soo Yin menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Berusaha berpikir positif, tadi suaminya yang bersikap kekanak-kanakan tapi kenapa sekarang justru dirinya yang tertular.     

Apakah sifat cemburu berlebihan itu memang menular?     

"Cemburu itu sangat wajar. Itu artinya Nona sangat mencintai tuan Dae Hyun tapi jika terlalu berlebihan itu juga tidak baik. Takutnya akan mengganggu keharmonisan hubungan kalian," saran bibi Xia sebagai seorang yang sudah lama menjalani manis pahitnya kehidupan.     

"Lalu, bagaimana caranya agar aku tidak bersikap berlebihan? Aku juga tidak ingin merasakannya karena bagiku itu sangat sakit," tukas Soo Yin yang sudah membuka telapak tangannya dari wajah.     

Soo Yin ingin seperti dulu lagi yang cuek dan membiarkan Dae Hyun dekat dengan orang lain tanpa rasa cemburu.     

"Intinya Nona harus berpikir positif dan percaya jika tuan Dae Hyun tidak akan meninggalkan dan menduakan Nona," tukas bibi Xia. Berharap semoga saja caranya ini berhasil membuat Soo Yin tidak uring-uringan lagi.     

"Baiklah, Bibi. Aku akan mencobanya sebisa mungkin," ujar Soo Yin dengan penuh tekad.     

"Buktikan pada tuan jika Nona sudah bisa bersikap dewasa."     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Sekarang hatinya sudah merasa lega setelah menceritakan semuanya pada bibi Xia.     

"Terima kasih, Bibi. Sudah mau mendengarkan keluh kesahku," ucap Soo Yin dengan tulus.     

"Dengan senang hati, Nona. Ya sudah bibi ke dalam untuk membantu yang lain," pamit bibi Xia untuk kembali ke dalam.     

Soo Yin tidak langsung masuk ke dalam. Memilih menikmati indahnya bintang di malam ini yang bertaburan di langit.     

"Baiklah, aku sekarang tidak boleh bersikap kenakan lagi," gumam Soo Yin sembari menghirup nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya dari mulut dengan pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.