Istri Simpanan

Bab 460 - Tamu bulanan



Bab 460 - Tamu bulanan

0Soo Yin menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun yang tengah fokus menyetir. Tubuhnya cukup lelah karena berjalan kesana kemari melayani pengunjung restoran. Kakinya juga terasa pegal dan memerah terkena sepatu yang menggores tumitnya.     

"Sayang, apakah kau sangat lelah?" Dae Hyun merengkuh pinggang Soo Yin ke dalam pelukannya dengan sebelah tangan.     

"Sedikit," sahut Soo Yin sembari menguap karena memang kelopak matanya sudah terasa cukup berat.     

"Mulai besok tidak usah ikut bekerja. Kau adalah Nyonya Dae Hyun, tidak seharusnya kau melayani para tamu karena kau hanya boleh melayaniku saja," ujar Dae Hyun seraya terkekeh.     

"Kau juga seharusnya hanya melayaniku saja tapi kau justru memasak untuk banyak orang terutama semua wanita itu," gerutu Soo Yin.     

"Kau pasti senang karena para wanita terus memperhatikanmu," imbuh Soo Yin dengan datar. Jika bibi Xia tidak meredam api kemarahannya mungkin sekarang masih berkobar.     

"Apakah aku juga harus pergi ke dokter mata agar aku tidak bisa melihat mereka?" ujar Dae Hyun sembari terkekeh. Mengingat ucapan Soo Yin ketika siang tadi.     

"Pergilah, jika kau ingin menyesal karena tidak bisa melihat wajahku yang imut ini," sahut Soo Yin dengan nada enteng dan penuh percaya diri.     

"Kau memang gadis nakal. Lihatlah setelah sampai rumah aku akan memberi perhitungan kepadamu," ucap Dae Hyun yang semakin mengeratkan pelukannya.     

"Memangnya apa yang akan kau lakukan? Kita juga tidak bisa berbuat apapun," ujar Soo Yin sembari mengulum senyum.     

"Ughh, tamu bulananmu memang sangat menyebalkan. Datang di saat waktu yang tidak tepat," gerutu Dae Hyun sembari mendengus kesal. Niatnya memberikan hukuman manis kepada Soo Yin jadi terhambat.     

"Bagaimana luka di wajahmu? Apakah masih terasa sakit?" Soo Yin menegakkan tubuhnya agar bisa memandang wajah Dae Hyun di bawah cahaya lampu yang remang-remang.     

Obat yang dioleskan untuk mengobati luka di wajah Dae Hyun bekerja dengan baik. Sehingga meskipun masih terasa sedikit nyeri tapi bekasnya tidak terlalu tampak. Soo Yin juga sedikit mengaplikasikan make up untuk menyamarkan lukanya meski Dae Hyun awalnya menolak keras.     

"Sedikit, tapi sudah tidak seberapa sakitnya dibandingkan melihat fotomu bersama pria itu," ucap Dae Hyun dengan jujur. Baginya luka di hati lebih sulit disembuhkan dari pada luka di tubuhnya yang tidak seberapa.     

"Kau memang raja membual," ujar Soo Yin sembari memutar bola matanya.     

"Kau malam ini tidak pulang ke UN Village? Yeon Ho pasti sejak tadi mencarimu," imbuh Soo Yin sembari menghela nafas panjang.     

"Aku tadi sudah mengatakan jika mungkin tidak akan pulang. Kuharap Aeri tidak mengganggu hubungan kita lagi setelah mengira jika kita bertengkar." Ada sedikit keuntungan yang didapat setelah Aeri melihat Soo Yin bersama Gong Yoo.     

"Apakah dia akan dengan mudah percaya begitu saja?" Soo Yin merasa ragu jika Aeri tidak akan mencari tahu lebih jauh lagi.     

"Aku juga tidak yakin. Sudahlah, tidak perlu mencemaskannya. Aku akan memilihmu meskipun rintangan banyak yang menghadang."     

Soo Yin menganggukan kepalanya, tidak ingin memikirkan sesuatu yang tidak perlu. Semoga tidak mendapatkan masalah lagi setelah ini.     

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di Villa Pyeongchang-dong.     

Soo Yin mandi terlebih dahulu lalu kemudian membaringkan tubuhnya di ranjang dengan memakai lingerie seksi berwarna hijau. Dengan sengaja ingin menggoda suaminya.     

Dae Hyun keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Ia memandang Soo Yin yang sudah terpejam di ranjang. Raut wajahnya terlihat sangat kelelahan.     

"Sayang, aku ingin selamanya kau mencintaiku dan menyayangiku hingga nanti aku menua. Jangan pernah meninggalkanku, karena mungkin aku tidak akan sanggup hidup tanpamu," ucap Dae Hyun. Lalu mendaratkan bibirnya di kening Soo Yin hingga beberapa saat.     

"Kau selalu saja nakal dengan menggodaku terus menerus," ujar Dae Hyun ketika melihat bagaimana terbukanya pakaian yang dikenakan Soo Yin.     

Dae Hyun meraih selimut yang terletak di ujung ranjang lalu membentangkan untuk menutupi tubuh Soo Yin. Jangan sampai dirinya tergoda untuk melakukan hal yang lebih jauh lagi.     

Dae Hyun kini berdiri di depan cermin untuk melihat wajahnya yang masih sedikit ada luka memar. Namun ia sama sekali tidak menyesal, hatinya puas sudah memberikannya pelajaran kepada Gong Yoo.     

"Tidak terlalu buruk dan sudah cukup membaik," gumam Dae Hyun dengan senyuman miring di bibirnya.     

"Kalau begitu besok ulangi saja apa yang kau lakukan. Cari lawan yang lebih kuat," cibir Soo Yin dengan mata yang masih terpejam.     

"Kau tidak tidur?" Dae Hyun menolehkan wajahnya ke arah ranjang.     

"Aku sedang tidur," sahut Soo Yin seraya memiringkan tubuhnya ke arah lain dengan posisi membelakangi suaminya.     

Dae Hyun naik ke atas ranjang lalu memeluk tubuh mungil istri kecilnya dari belakang. Jika mengingat harus seminggu lagi menahan hasratnya, rasanya sudah tidak tahan. Bagaimanapun juga dirinya adalah pria yang sangat normal.     

"Sayang, apa kau benar-benar sedang ada tamu bulanan?" bisik Dae Hyun di ceruk sang istri dengan sensual hingga nafas yang keluar dari bibirnya mulai menggelitik di leher Soo Yin. Memastikan jika Soo Yin tidak membohonginya.     

"Haruskah aku memperlihatkan kepadamu?" ujar Soo Yin.     

"Aku tidak tahan jika harus menunggu seminggu lagi," ujar Dae Hyun dengan helaan nafas berat yang sangat terdengar.     

"Hmmm, menyingkirlah. Tidak usah menggangguku." Soo Yin menggerakkan bahunya agar Dae Hyun menyingkir karena sudah membuatnya tidak nyaman.     

"Ughh, menyebalkan," gerutu Dae Hyun sembari membalikkan tubuhnya membelakangi Soo Yin. Tak ingin kelewat batas tanpa ada penyelesaian yang sempurna.     

Soo Yin mengulum senyum ingin tertawa karena sudah berhasil menipu suaminya. Sebenarnya ia berbohong mengenai tamu bulanannya yang sama sekali tidak benar.     

Soo Yin membalikkan tubuhnya menghadap Dae Hyun yang membelakanginya kemudian memeluk pinggangnya dengan erat. Tangannya mulai meraba perutnya yang bidang dengan otot-otot kekar yang bisa teraba dengan jelas pada telapak tangannya.     

Baru saja Soo Yin menyentuhnya, Dae Hyun langsung merasakan getaran dan gelayar cukup hebat di sekujur tubuhnya.     

"Sayang, tidurlah. Aku takut tidak bisa mengendalikan diriku," ucap Dae Hyun dengan suara parau. Sebisa mungkin berusaha memejamkan matanya.     

"Biarkan saja." Soo Yin justru semakin menyembunyikan kepalanya di bagian leher belakang suaminya. Dengan sengaja menghembuskan nafas agar mengalirkan sensasi tersendiri bagi Dae Hyun yang memang sudah mulai terpancing meski pria itu sebisa mungkin menahannya.     

"Jangan menggodaku terus," larang Dae Hyun dengan mata yang sudah terpejam dan nafas yang memburu.     

"Memangnya kenapa? Bukankah kita suami istri?" ucap Soo Yin sembari mengulum senyum. Tangannya yang nakal mulai bergerak menyusuri bagian tubuh Dae Hyun yang lebih sensitif lainnya.     

Dae Hyun tetap pada posisinya. Sebisa mungkin tidak terpancing godaan Soo Yin yang hanya memberikan harapan palsu untuknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.