Istri Simpanan

Bab 462 - Ucapan selamat bekerja



Bab 462 - Ucapan selamat bekerja

0Beberapa hari kemudian,     

The Flower Restaurant,     

Semenjak pembukaan, restoran cukup ramai didatangi oleh pengunjung. Kini sudah ada dua orang chef profesional yang bekerja beserta asistennya karena Dae Hyun sudah tidak bisa membantu. Mulai hari ini, Dae Hyun sudah mulai bekerja di sebuah perusahaan.     

Meskipun keluarganya meminta untuk kembali ke hotel, tapi Dae Hyun tidak mau. Itu semua dilakukan karena tidak ingin membuat hubungannya dengan Soo Yin yang akan kena imbasnya.     

"Dae Hyun, apa kau nanti akan lembur?" ujar Soo Yin ketika mereka sudah sampai di depan restoran.     

"Kenapa? Apa kau sudah rindu dengan suamimu yang sangat tampan ini?" goda Dae Hyun sembari terkekeh geli.     

Soo Yin mengerucutkan bibirnya, mendengar bagaimana suaminya yang sangat percaya diri kelewat batas.     

"Tidak, aku hanya ingin bilang sebelum kau menjemputku akan tetap berada di restoran ini," ujar Soo Yin.     

"Soo Yin, Aku mohon jangan terlalu bekerja keras. Kau adalah bos di restoran, kau cukup mengawasi saja." Dae Hyun kurang setuju ketika Soo Yin membantu pekerja lain.     

"Aku bosan jika harus berdiam diri tanpa melakukan apapun. Jika kau merasa tidak enak hati, kau bisa membayarku dengan gaji yang lebih besar," ujar Soo Yin dengan senyumnya yang lebar.     

"Kau bisa mengambil gaji sesuka hatimu." Dae Hyun mengacak-acak rambut Soo Yin seperti seorang kakak pada adiknya     

"Sekarang pergilah, jangan sampai aku terlambat datang ke kantor barumu di saat hari pertama kerja." Soo Yin menghadap ke samping, lalu merapikan dasi suaminya agar lebih rapi lagi.     

"Kau tidak memberikan ucapan selamat bekerja untukku?" ujar Dae Hyun dengan senyum nakalnya.     

"Bukankah setiap hari aku juga sudah memberikannya? Apa kau tidak tersadar akan hal itu?" Soo Yin memutar bola matanya.     

"Ini berbeda karena hari ini sangat spesial. Pertama bekerja membuatku ingin semangat yang lebih."     

Soo Yin mencondongkan tubuhnya kemudian mencium kedua pipi Dae Hyun secara bergantian karena sudah mengerti apa yang diinginkan oleh suaminya.     

"Ini." Dae Hyun menyentuh bibirnya yang dimajukan dengan jari telunjuk.     

"Jika kau menginginkan itu maka dipastikan kau tidak akan bisa pergi ke kantor," ujar Soo Yin. Berciuman bibir hanya akan membuat gairah mereka menjadi-jadi.     

"Baiklah."     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya ketika teringat sesuatu. Hatinya merasa gelisah dan bersalah.     

"Soo Yin, ada apa?" Dae Hyun mengerutkan keningnya ketika melihat ekspresi lain di wajah cantik sang istri yang tiba-tiba saja murung.     

"Aku mendengar berita, sekarang hotel mengalami kualitas pelayanan serta akan terpuruk jika tidak segera ganti kebijakan," ucap Soo Yin untuk menceritakan keresahan yang sejak semalam dia rasakan.     

"Tidak usah dipikirkan karena itu bukanlah urusan kita lagi." Dae Hyun mengerti jika istrinya merasa tidak enak hati dengan apa yang terjadi pada hotel tapi baginya tak mungkin untuk kembali lagi.     

"Sayang, nenek pasti sangat kecewa dengan dirimu. Kembalilah bekerja di hotel demi nenek," pinta Soo Yin dengan penuh harap. Tidak ingin jika Hae Sok merasa sangat kecewa dah ikut membencinya.     

"Kita pikirkan nanti lagi karena aku harus segera berangkat." Dae Hyun menangkup wajah Soo Yin lalu menempelkan bibir di dahinya.     

Soo Yin menganggukan kepalanya dengan wajah menunduk.     

"Tidak usah merasa tidak bersalah karena itu semua bukanlah salahmu," ucap Dae Hyun.     

Soo Yin segera turun dari mobil kemudian melambaikan tangannya ke arah Dae Hyun yang perlahan menghilang di jalanan. Soo Yin mendesah panjang sebelum akhirnya masuk ke dalam restoran. Ia tahu suaminya tidak mau lagi bekerja di hotel karena keluarganya pasti akan menuntut untuk mereka berpisah.     

Soo Yin berharap tidak terjadi sesuatu karena banyak orang yang bergantung dari bekerja di hotel.     

Hari masih pagi, hanya beberapa pekerja yang sudah datang karena memang belum waktunya restoran untuk buka. Soo Yin menghampiri Jean yang tengah duduk di kursi belakang. Jean tampak sedang memijat kepalanya.     

"Jean, apa kau sakit?" ujar Soo Yin yang langsung menghampiri sahabatnya.     

Jean menggelengkan kepalanya pelan meskipun saat ini kepalanya seperti ditusuk-tusuk.     

"Jean, sebaiknya kita pergi ke klinik. Wajahmu terlihat sangat pucat."     

Soo Yin merasa cemas dengan keadaan Jean kali ini yang tampak sangat pucat dari biasanya     

"Aku tidak apa-apa, mungkin aku masuk angin karena semalam aku duduk di luar hinggap larut malam," sanggah Jean.     

Tiba-tiba saja Jean merasakan ada sesuatu yang bergejolak di dalam perutnya. Jean segera membekap mulutnya lalu berlari ke westafel untuk mengeluarkan semua yang ada di dalam perutnya.     

"Ya ampun, Jean. Sebaiknya kita pergi ke dokter sekarang juga karena aku tidak ingin terjadi sesuatu kepadamu." Soo Yin membantu Jean memijat bagian belakang tengkuknya.     

Jean memang merasa sangat mual beberapa hari belakangan. Tapi semuanya masih bisa ditahan tidak separah pagi ini. Setelah dirasa tidak mual lagi, Jean mencuci wajahnya kemudian menegakkan tubuhnya kembali.     

Soo Yin membantu menuntun Jean ke kursi lagi, takut jika sahabatnya merasa pusing dan akan ambruk.     

"Jean, jika kau tidak mau ke dokter. Sebaiknya kita pulang saja, aku akan mengantarmu untuk pulang ke rumah," bujuk Soo Yin. Tak mungkin membiarkan Jean berada di restoran di saat tubuhnya tidak sehat seperti itu.     

"Aku tidak apa-apa, setelah minum obat kondisiku juga pasti akan cepat pulih," tolak Jean sembari tersenyum meyakinkan jika kondisinya saat ini baik-baik saja. Jean tipe orang yang tidak suka dikasihani sehingga tidak ingin orang menjadi iba karena sesuatu yang tidak seberapa.     

"Apa kau sudah sarapan?" tanya Soo Yin.     

Jean menggeleng pelan karena perutnya bahkan tidak mau diisi.     

"Sekarang ayo sarapan dulu. Jangan membuat perutmu kosong karena lambungmu nanti akan semakin parah," ajak Soo Yin.     

Jean tadinya merasa ragu untuk mengikuti kata Soo Yin, tapi pada akhirnya ia menurut dengan menganggukan kepalanya. Barang kali setelah diisi perutnya akan jauh lebih baik.     

Soo Yin mengajak Jean menuju kedai yang berjarak tidak terlalu jauh dari The Flower Restaurant dengan berjalan kaki. Meski Soo Yin tadi sudah sarapan bersama suaminya di rumah, tapi dirinya akan tetap menemani Jean untuk sarapan meski hanya sedikit.     

"Jean, mungkin makan sup rumput laut bisa membuat perutmu menjadi lebih nyaman karena bisa sekaligus untuk menghangatkan badan," ujar Soo Yin sebelum masuk ke dalam sebuah kedai.     

"Terserah kau saja," ucap Jean karena tidak ada satupun bayangan makanan yang enak di dalam benaknya.     

Soo Yin segera memesan Miyeok Guk atau sup rumput laut, Tofu with Soy Sauce, serta Gyeran Mari atau telur dadar dengan ukuran cukup tebal yang ditambahkan sayuran-sayuran cincang serta rumput laut di dalamnya.     

"Soo Yin, siapa yang akan makan sebanyak ini?" Jean merasakan perutnya sudah terisi penuh melihat begitu banyak hidangan di meja.     

"Tentu saja kita berdua," sahut Soo Yin seraya meringis.     

"Apa kau belum sarapan di rumah?" tanya Jean.     

"Sudah, tapi aku tiba-tiba ingin makan lagi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.