Istri Simpanan

Bab 464 - Sama seperti ayah



Bab 464 - Sama seperti ayah

0UN Village,     

Semua orang sudah berkumpul di ruang makan untuk sarapan. Keadaan hotel kini terlihat genting. Bahkan kini nenek Hae Sok datang ke Seoul karena khawatir dan cemas jika apa yang sudah lama dibangun oleh suaminya akan runtuh begitu saja.     

Hae Sok juga sudah mengetahui yang terjadi dengan Dae Hyun. Ia dapat mengerti karena memang sudah mengetahui sejak awal hubungan mereka.     

"Apa kalian tidak bisa membujuk Dae Hyun untuk kembali lagi bekerja di hotel?" ujar Hae Sok dengan perasaan cemas.     

"Tidak, Bu. Dia terlalu keras kepala sehingga sulit untuk dibujuk jika tidak kemauannya sendiri," sahut Park Ji Hoon seraya menghela nafas berat. Dirinya tidak bisa selalu berada di hotel karena harus mengurus cabang hotel yang lain di luar kota.     

"Nek, aku tahu kenapa dia sampai tidak peduli dengan keluarga besarnya lagi," ujar Aeri yang memberikan suara.     

Hae Sok memandang Aeri sembari mengerutkan keningnya. Menebak apa yang akan dikatakan selanjutnya.     

"Kenapa?" ujar Hae Sok.     

"Itu pasti karena hasutan dari wanita itu. Dia pasti yang melarang Dae Hyun untuk kembali bekerja di hotel," ujar Aeri yang secara tidak langsung mengatakan Hae Sok jika Soo Yin bukan wanita baik-baik.     

"Namun sekarang tidak perlu khawatir karena Dae Hyun sudah mengetahui jika gadis itu memang hanya seorang penggoda," lanjut Aeri dengan raut wajah gembira. Tinggal menunggu hari saja, Dae Hyun akan kembali ke pelukannya.     

"Bukankah itu semua juga karena salahmu?" sindir Hae Sok dengan ekspresi datar. Ia bukan orang yang mudah terhasut begitu saja dengan ucapan yang belum tentu kebenarannya.      

Hae Sok sangat mengenal cucu sulungnya karena mereka pernah tinggal bersama untuk beberapa waktu. Dae Hyun bukan tipe pria yang mudah dihasut. Ia pasti memiliki alasan kenapa tidak mau kembali ke hotel.     

Hae Sok juga ragu dengan apa yang diceritakan oleh Aeri tentang Soo Yin yang ternyata berselingkuh di belakang Dae Hyun. Firasatnya mengatakan jika Aeri lah yang sedang ditipu. Jika memang benar Dae Hyun sudah terpisah dari Soo Yin seharusnya ia sudah kembali ke rumah itu.     

Aeri segera membungkam mulutnya karena tidak ingin Hae Sok membuatnya tidak berkutik lebih jauh lagi. Wanita tua itu pasti masih mengingat kejadian dimana dirinya ingin mencelakai Soo Yin tapi ternyata salah sasaran. Justru Dae Hyun yang hampir saja celaka. Itu sebabnya sangat sulit membujuk Hae Sok untuk berada di pihaknya.     

"Bersabarlah, Bu. Kami nanti akan berusaha lebih keras lagi untuk membujuknya. Mungkin saat ini Dae Hyun sedang menenangkan diri," ucap Ny. Park untuk menenangkan ibu mertuanya. Meski dirinya tidak yakin berhasil atau tidaknya.     

"Hmmm, kuharap secepatnya Dae Hyun kembali," ujar Hae Sok.     

Hae Sok memandang Kim Soo Hyun yang hanya diam tertunduk sambil memainkan makanannya. Ingin bertanya lebih jauh lagi tentang Dae Hyun, tapi Hae Sok mengurungkan niatnya. Ia mengerti jika perasaan Kim Soo Hyun saat ini sangat sensitif. Beruntung dia tidak melakukan sesuatu yang tidak wajar.     

"Soo Hyun, kenapa kau tidak sarapan? Apa kau merasa tidak enak badan?" tanya Hae Sok hati-hati agar jangan sampai menyinggung perasaannya.     

Kim Soo Hyun menegakkan kepalanya karena beberapa hari ini kepalanya terasa pusing dan daya tubuhnya melemah. Mungkin karena terlalu bekerja keras dan kurang tidur. Begitu banyak masalah di hotel membuatnya bekerja ekstra keras. Ia tidak mampu mengendalikan kedua pamannya yang bertindak sesuka hati di hotel.     

"Aku mungkin kurang tidur sehingga beberapa hari ini jika pagi kepalaku terasa sakit dan tidak berselera makan," ucap Kim Soo Hyun dengan jujur.     

"Jika kau sakit sebaiknya panggil Dokter Kang untuk memeriksa. Ibu tidak ingin kau kenapa-kenapa," ujar Ny. Park yang langsung cemas dengan kondisi putra bungsunya.     

"Bu, tidak usah berlebihan seperti itu. Aku bukan pria yang lemah, hanya gara-gara bekerja keras langsung sakit," sanggah Kim Soo Hyun dengan wajah ditekuk. Sejak kecil dirinya memang tidak suka dianggap lemah.     

"Soo Hyun, ibu hanya khawatir. Jika kau memang baik-baik saja, sebaiknya kau sarapan," tukas Ny. Park.     

Kim Soo Hyun menghela nafas berat. Melihat ibunya yang khawatir membuatnya tidak tega. Sehingga Kim Soo Hyun menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.     

Ny. Park merasa senang akhirnya putranya mau makan. Ia persis seperti seorang ibu yang memiliki putra berusia tujuh tahun.     

Kim Soo Hyun berusaha untuk menelan makanan ke dalam mulutnya hingga beberapa suapan. Meskipun saat ini rasanya ingin mengeluarkan semuanya. Ketika suapan keempat, Kim Soo Hyun tak mampu lagi menahan perutnya.     

Kim Soo Hyun segera meletakkan peralatan makannya di atas piring dengan suara cukup keras kemudian segera berlari meninggalkan ruang makan menuju wastafel yang terletak di dapur.     

Semua orang saling berpandangan satu sama lain. Merasa heran dengan Kim Soo Hyun hari ini. Sebelumnya mereka tidak mengetahui karena Kim Soo Hyun jarang sekali makan di rumah.     

"Ji Hoon, cepat hubungi dokter Kang agar segera ke sini. Jika pergi ke dokter, aku yakin Soo Hyun tidak akan mau," ujar Ny. Park pada suaminya.     

Dengan patuh Park Ji Hoon segera menghubungi Dokter Kang.     

Ny. Park menyusul Kim Soo Hyun yang masih berada di dapur dengan suara muntah yang cukup keras. Ia membantu memijat tengkuk putranya agar merasa rileks dan bisa mengurangi rasa mual.     

"Aku baik-baik saja, Bu," tolak Kim Soo Hyun ketika Ny. Park hendak menuntunnya kembali ke ruang makan.     

"Ibu hanya khawatir jika kau ambruk," sahut Ny. Park dengan jujur.     

Ny. Park kemudian menuangkan air putih ke dalam gelas lalu menyerahkannya kepada Kim Soo Hyun.     

"Soo Hyun, kenapa kau seperti ayahmu dulu ketika ibu hamil," ujar Ny. Park tanpa sadar.     

"Maksud Ibu apa?" ujar Kim Soo Hyun dengan dahi berkerut. Terkejut dengan ucapan ibunya.     

"Ah, tidak. Ibu hanya teringat ketika ibu mengandung, ayahmu akan mengalami sakit kepala di pagi hari dan merasa mual hingga beberapa bulan," tukas Ny. Park sembari tersenyum.     

Jantung Kim Soo Hyun seketika langsung berdegup kencang. Dirinya tiba-tiba saja teringat dengan Jean.     

'Jangan-jangan Jean hamil,' batin Kim Soo Hyun. Namun ia segera menggelengkan kepalanya karena tidak mungkin Jean hamil. Ini pasti karena terlalu lelah sehingga mengalami seperti ayahnya.     

"Aku hanya lelah, Bu," sanggah Kim Soo Hyun agar semua orang tidak mencurigainya. Mungkin nanti dia akan memastikannya kepada Jean jika yang ditakutkannya tidaklah benar.     

"Tentu saja kau hanya lelah. Sampai sekarang kau bahkan belum membawa calon istrimu ke rumah ini," timpal Aeri sembari terkekeh.     

Aeri langsung membekap mulutnya dengan telapak tangan ketika semua orang memandangnya dengan tatapan tidak suka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.