Istri Simpanan

Bab 470 - Siapa pria itu?



Bab 470 - Siapa pria itu?

0Soo Yin mengetuk pintu dengan suara pelan. Takut jika sampai Jean yang tengah istirahat terkejut dengan kedatangannya.     

"Jean, apa kau berada di dalam?" ujarnya sembari mengintip dari kaca jendela tapi sayang sekali ada kain gorden yang menghalangi penglihatannya.     

Namun tidak ada jawaban, yang terdengar hanyalah seperti suara samar-samar Jean yang sedang muntah-muntah di kamar mandi. Disertai dengan suara air yang mengucur.     

Rasa cemas seketika menjalar di sekujur tubuh Soo Yin sehingga ia mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci. Dengan langkah cepat, Soo Yin segera memasuki kamar Jean. Ia memandang ke sekeliling kamar yang kosong dan berantakan seperti tidak terurus. Padahal setahu Soo Yin, sahabatnya adalah tipe gadis yang sangat rapi dalam segala hal.     

Pandangan Soo Yin langsung terpaku pada vitamin dan buku informasi tentang kehamilan yang tergeletak di atas ranjang. Hal itu semakin menguatkan Soo Yin tentang firasatnya. Di atas nakas ada sekotak susu bubuk yang biasanya dikonsumsi oleh wanita hamil. Soo Yin sangat tahu karena ketika hamil ia juga mengkonsumsinya.     

Soo Yin segera berpegangan pada meja rias ketika tubuhnya hendak ambruk karena sempoyongan. Namun ia berusaha berpikir positif mungkin saja itu semua hanyalah milik tetangga yang kebetulan tertinggal di kamarnya. Meskipun itu tidak masuk akal.     

"Tidak mungkin Jean hamil," gumam Soo Yin dengan mata terpejam berusaha menenangkan hatinya agar pikiran negatif segera hilang dari benaknya.     

"Dengan siapa Jean hamil?" Meskipun sudah berusaha tapi nyatanya pertanyaan itu terlontar begitu saja di bibirnya.     

Ceklek…     

Jean baru saja keluar dari kamar mandi setelah memuntahkan semua isi yang ada di dalam perutnya. Ia lantas mematung di ambang pintu kamar mandi ketika melihat Soo Yin yang tengah berdiri membelakanginya. Jantungnya langsung berdetak kencang hingga ia menggigit bibir bawahnya.     

Soo Yin segera membalikkan tubuhnya ketika menyadari Jean sudah keluar. Ia berusaha bersikap biasa saja, pura-pura tidak mengetahui semuanya.     

"Jean, aku merindukanmu." Dengan senyum merekah, Soo Yin segera menghampiri Jean kemudian memeluknya dengan erat. Jean adalah satu-satunya sahabat yang sangat dekat dengannya sehingga beberapa hari tidak bertemu membuat Soo Yin seperti telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga.     

"Aku juga," balas Jean lirih lalu membalas pelukan Soo Yin dengan tangannya yang lemah. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskan semuanya pada Soo Yin tentang kehamilannya. Jean menduga jika Soo Yin pasti sudah tahu apa yang terjadi pada dirinya. Apalagi buku serta susu wanita hamil terlihat jelas di atas nakas.     

Soo Yin melepaskan pelukannya.     

"Jean, apa kau masih sakit? Bagaimana kita ke dokter saja agar kau lekas sembuh?" ajak Soo Yin dengan tatapan sendu. Melihat Jean tampak semakin pucat dan kurus membuatnya tidak tega. Otot-otot tangannya bahkan kini terlihat sangat jelas padahal baru beberapa hari tidak bertemu.     

"Aku sudah mendingan. Setelah beberapa hari ke depan pasti aku sudah sembuh seperti sedia kala." Suara Jean terdengar serak dan parau seperti seseorang yang habis menangis.     

Soo Yin bahkan bisa melihat jelas lingkaran hitam di kelopak mata Jean yang kini tampak berkerut dan berkantung.     

"Jean, aku tahu kau berbohong kepadaku. Apakah kau tak menganggapku sebagai sahabatku lagi sehingga kau menyembunyikan semuanya dariku," ucap Soo Yin dengan wajah muram. Ada rasa kecewa di hatinya karena Jean tidak mau berbagi cerita penting dalam hidupnya.     

Jean mendesah panjang kemudian melangkahkan kakinya menuju jendela. Matanya menerawang jauh di angkasa. Ia bingung dari mana memulai untuk menceritakannya.     

"Jean, jika kau bercerita barangkali aku bisa membantumu," bujuk Soo Yin dengan lembut yang sudah berdiri tepat di belakang Jean.     

"Memangnya apa yang ingin kau ketahui dan harus aku ceritakan?" ujar Jean dengan nada datar.     

"Katakan padaku, kenapa ada barang-barang itu di kamarmu?" Soo Yin meraih kotak susu yang berada di atas nakas dan memperlihatkannya pada Jean.     

"Seharusnya kau sudah mengetahui jawabannya." Mata Jean mulai berkaca-kaca, ingatannya kembali di malam yang sangat pahit itu.     

"Jean, katakan siapa yang membuatmu seperti ini?" desak Soo Yin dengan kepalan tangan yang sangat erat. Jika mengetahuinya Soo Yin akan membuat perhitungan kepadanya.     

"Kau juga sudah mengenal siapa pelakunya," ujar Jean dengan kepala tertunduk lesu berusaha menahan air matanya.     

Hanya satu pria yang terpikirkan oleh Soo Yin yang sekarang dekat dengan Jean yaitu Chang Yuan. Namun Soo Yin menepis dari pikirannya. Tidak mungkin Chang Yuan berbuat sejauh itu dan tidak bertanggung jawab pada Jean.     

"Apakah Chang Yuan yang melakukan semua ini?" Soo Yin sudah tidak sabar ingin mengetahui siapa pelakunya. Jika memang Chang Yuan, sekarang juga akan membuat perhitungan. Tidak peduli jika pria itu adalah orang kepercayaan suaminya.     

Jean menggelengkan kepalanya pelan. Hatinya terlalu perih untuk mengingat semuanya.     

"Lalu siapa? Bukankah akhir-akhir ini kau hanya dekat dengan Chang Yuan? Katakan Jean?" Soo Yin membalikkan tubuh Jean agar menghadap ke arahnya karena tidak puas berbicara dengan seseorang jika tanpa bertatap muka.     

Bukannya menjawab Jean justru menangis sehingga Soo Yin memeluknya dan menuntunnya untuk duduk di tepi ranjang. Mendengar Jean yang menangis begitu pilu membuat Soo Yin tidak tega untuk menanyakan lebih jauh lagi.     

"Jean, tenanglah. Katakan padaku siapa yang telah melakukannya? Aku berjanji akan membantumu," ujar Soo Yin sembari mengusap punggung Jean yang masih terus terisak-isak.     

Namun Jean tetap menggeleng membuat Soo Yin mengurungkan niatnya untuk terus mendesak.     

"Apa kau sudah makan?" Soo Yin berpikir jika Jean pasti tidak bisa makan seperti dirinya dahulu ketika hamil.     

"Aku tidak lapar."     

"Jean, seorang wanita hamil harus makan dengan lahap agar janin di dalam kandunganmu tumbuh sehat," saran Soo Yin.     

"Nanti saja, lagi pula dia tidak diinginkan lahir oleh ayahnya." Akhirnya perlahan Jean mau bercerita tentang kehamilannya.     

"Apa maksudmu?" Soo Yin menautkan kedua alisnya mencoba mencari informasi lebih jauh lagi agar Jean mengatakan siapa pria itu.     

"Ayahnya memintaku menggugurkannya." Tangis Jean kini pecah kembali ketika teringat kata-kata Kim Soo Hyun yang sungguh menyakiti hatinya.     

"Dasar kurang ajar!" umpat Soo Yin sembari mengepalkan jarinya dengan nafas memburu. Ia marah karena ada seorang pria yang tidak bertanggung jawab.     

"Katakan padamu siapa pria itu?" Soo Yin mengguncang kedua bahu Jean untuk segera mengetahui siapa pelakunya.     

Jean tertunduk tak mampu lagi menahan tangisnya kali ini. Ternyata bercerita dengan seseorang membuat rasa sedihnya justru tidak terkendali.     

"Cepatlah, jangan membuatku semakin penasaran, Jean," desak Soo Yin.     

"Kim Soo Hyun yang sudah melakukannya," ucap Jean dengan terbata. Bibirnya terasa sangat berat ketika hendak mengucapkan nama pria yang sudah menghancurkan hidupnya.     

===================================     

Hello Readers,     

Terima kasih atas dukungan yang telah kalian berikan. Jangan lupa mampir di cerita terbaru saya judulnya " DUDA TAMPAN : MENGEJAR ISTRI YANG KABUR"...     

Terima kasih :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.