Istri Simpanan

Bab 471 - Mengetahui fakta sebenarnya



Bab 471 - Mengetahui fakta sebenarnya

0Bagaikan ada sebuah batu yang menghantam kepala Soo Yin dengan sangat keras. Hingga mulutnya ternganga dengan mata yang membulat sempurna. Sungguh belum percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.     

Soo Yin berdiri sembari menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin adik iparnya tega melakukan hal seperti itu. Kata-kata tak mampu keluar dari bibir Soo Yin karena suaranya seperti tercekat di tenggorokan.     

Begitu banyak pertanyaan muncul di dalam benaknya.     

"Soo Yin," panggil Jean untuk membuyarkan Soo Yin dari rasa terkejutnya.     

Soo Yin menghirup udara dari hidung kemudian menghembuskannya dari mulut dengan pelan. Setelah merasa tenang kemudian ia duduk kembali di dekat Jean. Ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, setelah itu akan mengurus adik iparnya.     

"Jean, tolong ceritakan bagaimana bisa itu terjadi? Aku yakin kau bukan gadis yang suka pergaulan bebas," ucap Soo Yin dengan bibir bergetar. Ia menggenggam tangan Jean, berharap sahabatnya akan menceritakan semuanya.     

Jean menghela nafas panjang agar bisa lebih tegar mengatakan semuanya. Sebanyak air mata yang dikeluarkan, pada akhirnya tidak akan mengubah apapun dalam hidupnya.     

"Dia memaksaku ketika mengantarkan minumannya saat di dalam bar. Kekuatannya terlalu kuat sehingga membuatku tidak bisa terlepas. Dia secara paksa merebut kesucianku." Jean berusaha mengatakannya dengan tenang, sebisa mungkin menahan air matanya agar tidak keluar. Sebenarnya yang paling menyakitkan adalah ketika Kim Soo Hyun terus menyebutkan nama Soo Yin padahal saat itu dia yang ada di sana.     

Jean pun mulai menceritakan semuanya. Bagaimana Kim Soo Hyun yang datang menemuinya hanya untuk mengatakan tidak akan bertanggung jawab dan menganggap itu semua sebuah kecelakaan.     

"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?" Ada rasa bersalah dihati Soo Yin sepertinya Kim Soo Hyun sangat frustasi setelah mengetahui ia adalah istri saudaranya sendiri.     

"Aku tidak ingin kau memikirkan hal ini. Saat itu hubungan kalian baru saja diketahui oleh keluarga Dae Hyun sehingga aku tidak ingin menambah beban pikiranmu," terang Jean.     

Soo Yin lantas kembali memeluk tubuh sahabatnya. Tidak disangka karena alasan itulah dia tidak mau mengatakan yang sebenarnya.     

"Seharusnya kau mengatakannya, aku yakin kita bisa melalui bersama-sama."     

"Soo Yin, sebaiknya jangan kau beritahukan masalah ini pada suamimu. Jangan sampai gara-gara ini hubungan mereka jadi semakin renggang," ujar Jean sembari melepaskan diri.     

"Aku tidak bisa berjanji akan hal itu karena Kim Soo Hyun harus tetap bertanggung jawab," ujar Soo Yin.     

"Dia tidak akan mau melakukannya. Lagipula untuk apa jika dia bertanggung jawab dan hidup bersama jika di hatinya masih ada nama orang lain," ucap Jean seraya tersenyum getir.     

"Jean, cinta akan hadir seiring berjalannya waktu. Apakah kau ingat jika aku dahulu sangat membenci Dae Hyun? Tapi sekarang lihatlah kami, terus berpegangan erat meski banyak rintangan yang menghadang," terang Soo Yin.     

"Cinta dan benci itu beda tipis. Jika rasa benci hilang maka rasa cinta tumbuh semakin besar. Itu sangat berbeda dengan keadaan kami," ucap Jean lirih.     

"Percayalah padaku, akan kupastikan Kim Soo Hyun mau bertanggung jawab." Soo Yin mengepalkan tinjunya erat-erat      

"Tidak perlu karena aku akan merawat anak ini sendiri. Dia hanya butuh seorang ibu." Kepala Jean tertunduk lesu.     

"Kita bicarakan nanti lagi. Sekarang biarkan aku membantumu merapikan rumah. Lihatlah betapa berantakannya rumah ini." Soo Yin sudah tahu apa yang terjadi pada Jean sehingga sudah cukup baginya. Ia akan memikirkan nanti bagaimana caranya bertemu Kim Soo Hyun.     

Soo Yin tidak akan tinggal diam tanpa melakukan apapun di saat sahabatnya terpuruk dan menjadi korban.     

"Beberapa hari ini aku sangat malas untuk melakukan apapun. Untuk bangun dari ranjang saja aku malas," ujar Jean sembari terkekeh. Hatinya kini terasa jauh lebih lega setelah menceritakan semuanya pada Soo Yin. Beban berat yang ada di pundaknya terasa jauh lebih ringan.     

"Bawaan ibu hamil memang seperti itu. Apa kau sudah minum vitamin dan susunya?" ujar Soo Yin.     

"Belum, susu itu baru tadi pagi diberikan oleh Chang Yuan." Jean menghela nafas berat mengingat bagaimana perhatian Chang Yuan kepadanya.     

"Biarkan aku membuatnya untukmu."      

Soo Yin segera bergegas pergi ke dapur untuk menyeduh susu. Setelah memberikan susu itu pada Jean kini Soo Yin lakukan untuk membersihkan rumah Jean yang tidak terurus. Membuka jendela dan gorden agar rumah itu lebih segar karena ada udara yang masuk.     

=============================     

UN Village,     

Hari ini adalah weekend, semua orang sedang berkumpul di ruang tamu. Yang tidak ada hanyalah Aeri. Sehingga Dae Hyun bisa bernafas lega karena tidak perlu berurusan dengan wanita itu.     

"Dae Hyun, akhirnya kau pulang juga." Ny. Park langsung berdiri untuk menyambut putra sulungnya yang sudah beberapa hari mereka tidak bertemu.     

Hae Sok juga turut merasa senang akhirnya Dae Hyun pulang padahal sudah ingin bertemu dan berbicara sesuatu dengannya.     

Sedangkan Kim Soo Hyun tidak memandangnya sama sekali. Dia belum terima jika Soo Yin adalah istri dari saudaranya.     

Dae Hyun memang sengaja mengganti nomor dan ponselnya agar tidak terlacak sehingga mereka tidak mengetahuinya.     

"Nenek, kapan datang ke Seoul?" ujar Dae Hyun sembari duduk di sampingnya.     

"Sudah lama nenek berada di sini. Lama kita tidak bertemu," ujar Hae Sok seraya tersenyum hangat.     

"Kami sudah lama menantimu untuk kembali ke rumah ini. Sekarang kembalilah seperti dulu lagi. Tanpamu rumah ini terasa sepi," ucap Ny. Park dengan mata berkaca-kaca. Ia sangat bahagia saat ini karena Dae Hyun sudah terbebas dari Soo Yin.     

"Aku kemari hanya ingin menjemput Jo Yeon Ho. Sudah lama kami tidak pergi bersama," terang Dae Hyun tanpa ingin berlama-lama di sana.     

"Kemana hari ini kita akan pergi?" Jo Yeon Jo yang baru saja melihat ayahnya langsung berjingkrak ria ketika mendengar akan diajak pergi.     

"Kemanapun yang kau inginkan," tukas Dae Hyun seraya mengusap rambut Jo Yeon Ho hingga berantakan.     

Dae Hyun hanya mengobrol sedikit dengan keluarganya meskipun Ny. Park seperti terus memancingnya untuk mengatakan bagaimana hubungannya saat ini dengan Soo Yin. Pria itu memilih diam saja atau mengalihkan pembicaraan.     

"Ya sudah, sebaiknya kami pergi karena hari sudah siang," ujar Dae Hyun sembari melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah satu jam berada di UN Village. Dae Hyun khawatir Soo Yin sudah menunggu.     

"Kenapa kau begitu terburu-buru? Bukankah kau bisa di rumah saja?" Ny. Park bahkan belum sempat membujuk putranya untuk kembali ke hotel.     

"Kasihan Yeon Ho karena pasti sudah lama tidak pergi keluar," ujar Dae Hyun dengan datar.     

"Dae Hyun, nenek juga ingin ikut," ujar Hae Sok secara tiba-tiba.     

Dae Hyun menautkan kedua alisnya. Hendak menolak tapi bibirnya terasa berat untuk berucap.     

"Nenek tahu jika kau pergi bersama gadis itu. Ada yang ingin nenek bicarakan kepadamu," bisik Hae Sok.     

Dae Hyun menghela nafas panjang kemudian mengangguk. Menyetujui permintaan Hae Sok untuk ikut. Ia merasa cukup yakin jika Hae Sok berada di pihaknya.l     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.