Istri Simpanan

Bab 475 - Wanita yang seharusnya dikasihani



Bab 475 - Wanita yang seharusnya dikasihani

0Dae Hyun kemudian membalikkan tubuh Aeri agar menghadap ke pintu yang terbuat dari kaca. Sehingga ia bisa melihat dirinya sendiri di dalam cermin.     

"Lihatlah baik-baik," ujar Dae Hyun sembari menunjuk tubuh Aeri di cermin.     

"Mana?" bukannya melihat ke cermin tapi Aeri justru melihat ke arah dalam restoran dimana para pengunjung sudah mulai tenang dan kembali makan. Namun Aeri justru berbalik ketika melihat Soo Yin sedang berjalan ke arah pintu.     

Soo Yin keluar kemudian berjalan untuk berdiri di sisi Dae Hyun.     

"Menjauhlah, jangan mencoba merayu suamiku lagi." Dengan kasar Aeri mendorong tubuh Soo Yin hingga hampir saja tersungkur. Namun dengan gerakan cepat Dae Hyun sudah berhasil menarik tangan Soo Yin hingga mereka saling menempel.     

"Aeri, cukup! Jangan membuat keributan lagi disini," ucap Dae Hyun dengan nada dingin karena Aeri sudah sangat keterlaluan.     

"Aku hanya ingin menjauhkannya darimu agar dia tidak merayumu kembali," tukas Aeri.     

"Apakah kau masih ingin tahu wanita yang kau kasihani? Atau kau ingin tahu dia istri pemilik restoran ini?" ujar Dae Hyun sembari tersenyum miring. Berharap Aeri tersadar bahwa yang seharusnya dikasihani adalah dirinya sendiri.     

"Tentu saja, aku perlu mengetahuinya agar istrinya datang kemari kemudian mengusirnya dari sini," sahut Aeri dengan sarkas. Ia memang sangat geram melihat Soo Yin yang berdiri di depannya tanpa rasa malu sama sekali.     

Dae Hyun membalikkan tubuh Aeri kembali ke depan kaca.     

"Yang di dalam cermin itulah yang seharusnya kau sangat kasihani." Dae Hyun menunjuk dada Aeri dengan jarinya.     

"Apa maksudmu?" ujar Aeri dengan wajah yang mulai memanas karena menyadari sesuatu yang janggal.     

"Tidak mungkin," gumamnya dengan sorot mata yang tajam memanfaatkan ke arah Soo Yin.     

"Karena akulah pemilik restoran ini," ucap Dae Hyun sembari tersenyum miring kemudian merengkuh pinggang Soo Yin agar mereka saling menempel.     

"Apa? Kalian berdua ternyata …." Aeri tidak melanjutkan ucapannya karena menyadari selama ini sudah ditipu oleh Dae Hyun. Aeri memegangi dadanya yang sesak menahan amarah karena dirinya tidak boleh mempermalukan diri sendiri.     

"Tidak mungkin kau pemilik restoran ini," ujar Li Sa yang sejak tadi menyimak. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.     

"Usir mereka dari sini karena aku tidak ingin terjadi keributan lagi," perintah Dae Hyun pada anak buahnya yang berada tidak terlalu jauh.     

Kedua security itu langsung menyeret Aeri dan Li Sa meskipun mereka terus saja mengumpat tidak terima.     

"Lepaskan tanganku dari tangan kotormu itu!" seru Aeri tidak terima.     

"Lihatlah kalian berdua nanti! Akan kupastikan setelah ini tidak akan bersama lagi" ancam Aeri tidak main-main. Setelah pulang ia akan mengatakan semuanya pada keluarga Dae Hyun jika selama ternyata mereka sudah dibohongi.     

Jika cara memisahkan mereka dari keluarganya tidak berhasil maka Aeri akan melakukan cara kasar yang sudah lama tidak dilakukan.     

Soo Yin hanya tersenyum sembari melambaikan tangannya ke arah Aeri dan Li Sa yang sudah di seret. Dipaksa masuk ke dalam mobil mereka agar segera pergi meninggalkan area restoran.     

"Sayang, bagaimana ini? Pasti Aeri akan menceritakan semuanya pada keluargamu jika ternyata kita masih berhubungan," ujar Soo Yin dengan perasaan risau di hatinya.     

"Biarkan saja, tidak usah dipikirkan. Lagi pula mereka pasti akan curiga jika aku jarang sekali pulang ke UN Village," ucap Dae Hyun yang langsung tersenyum hangat. Berbeda sekali raut wajahnya ketika tadi ada Aeri di sana.     

"Sayang, aku lapar," ujar Soo Yin dengan nada manja sembari mengusap perutnya yang minta diisi sejak tadi.     

"Ya sudah, aku akan memasaknya untukmu. Kau ingin makan apa malam ini?" tanya Dae Hyun. Meski tubuhnya cukup lelah setelah sibuk bekerja seharian tapi melihat wajah Soo Yin membuatnya langsung kembali bersemangat.     

"Hmmm, aku tidak ingin makan disini. Aku ingin makan di luar saja," ujar Soo Yin dengan bibir cemberut membuat Dae Hyun semakin gemas ingin mencubitnya.     

"Ya sudah, kita berangkat sekarang juga. Jangan sampai terlalu malam," ajak Dae Hyun.     

"Tunggu sebentar, aku akan mengambil tasku terlebih dahulu di dalam," tukas Soo Yin yang hendak melangkah ke dalam restoran tapi tangan Dae Hyun sudah menahannya.     

"Kenapa?" ujar Soo Yin sembari menolehkan kepalanya ke belakang memandang sang suami.     

"Tetaplah di sini, biarkan aku yang mengambilnya. Aku juga ingin berbicara dengan Chang Yuan terlebih dahulu," ujar Dae Hyun.     

"Baiklah." Soo Yin menurut perkataan suaminya. Ia pun segera masuk ke dalam mobil Maybach silver yang terparkir tepat di depan restoran.     

Setelah duduk Soo Yin mengangkat kakinya sebelah kanan menindih sebelah kaki kiri. Lalu memijat kakinya yang terasa sangat pegal. Berjalan kesana kemari hampir seharian membuat otot-otot kakinya terasa kaku.     

Tidak lama kemudian Dae Hyun sudah keluar. Tanpa malu membawa tas Soo Yin yang menggantung di bahunya. Beberapa wanita yang melihatnya terkikik karena merasa sangat lucu.     

Bahkan ketika hendak masuk ke dalam mobil, Dae Hyun berpapasan dengan dua wanita. Kedua itu mengulum senyum melihatnya.     

"Lihatlah, wanita mana yang begitu beruntung memiliki suami seperti dia."     

"Aku juga ingin jika menikah, suatu saat nanti aku ingin suamiku seperti dirinya."     

"Betapa indahnya dunia ini."     

Kedua wanita muda itu terus berbisik sembari tersenyum ke arah Dae Hyun dengan tatapan kagum.     

Soo Yin yang duduk di dalam mobil terus mengawasi suaminya. Tidak tega karena pasti semua orang sudah meremehkan Dae Hyun. Pasti mereka berprasangka jika Dae Hyun seorang suami yang takut istri.     

"Maaf, agak lama karena ada sedikit urusan dengan Chang Yuan," ujar Dae Hyun sembari duduk di belakang kemudi.     

Soo Yin meraih tas yang masih menggantung di bahu Dae Hyun.     

"Seharusnya kau tadi tidak perlu membawakan tasku. Kau pasti sekarang diremehkan sebagai suami yang takut istri oleh para pengunjung," ujar Soo Yin.     

"Kenapa kau justru berpikiran seperti itu?" ujar Dae Hyun dengan alis yang saling bertautan.     

"Karena jarang sekali pria yang mau membawakan tas istrinya di depan orang banyak," sahut Soo Yin.     

"Berarti aku termasuk suami langka di dunia ini," ujar Dae Hyun sembari terkekeh.     

"Hmmm, sangat langka dalam segala hal." Soo Yin memutar bola matanya karena di saat ia berbicara serius tapi Dae Hyun menanggapinya dengan candaan.     

"Pikiranmu tentang mereka yang meremehkanku salah besar," ungkap Dae Hyun.     

"Benarkah?"     

"Mereka justru sangat kagum karena jarang sekali ada pria seperti diriku. Sudah pasti para wanita akan tergila-gila padaku," ucap Dae Hyun dengan percaya diri.     

"Sudahlah tidak usah membual karena aku sangat sudah lapar sejak tadi," gerutu Soo Yin.     

Dae Hyun segera mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang agar mereka segera sampai di restoran yang akan mereka tuju.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.