Istri Simpanan

Bab 477- Menjenguk Jean



Bab 477- Menjenguk Jean

0Hari ini Soo Yin kembali mengunjungi Jean sebelum pergi ke restoran yang diantarkan oleh sang suami.     

"Sayang sekali hari sudah siang. Aku tidak bisa turun untuk ikut menjenguk Jean," ujar Dae Hyun dengan nada sesal karena harus pergi ke kantor. Ia bukan lagi bos sehingga tidak bisa datang ke kantor seenaknya sendiri.     

"Tidak masalah, Jean pasti juga mengerti," ujar Soo Yin.     

"Sampai jumpa nanti malam," ujar Soo Yin yang sudah membuka pintu.     

"Tidak usah naik taksi, nanti aku akan meminta Chang Yuan untuk menjemputmu," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin menganggukan kepalanya karena jika menolak maka yang ada akan terjadi perdebatan lebih jauh lagi. Ia nanti tinggal menghubungi Chang Yuan agar tidak perlu menjemputnya.     

Soo Yin melambaikan tangannya sembari melihat mobil Maybach silver itu perlahan menjauh dari rumah Jean.     

Tok tok tok….     

"Jean, kau sudah bangun?" panggil Soo Yin sembari mengetuk pintu.     

"Masuklah, pintunya tidak dikunci," sahut Jean dari dalam dengan suara yang terdengar ke lemah.     

Soo Yin lantas membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Tak lupa ia tadi sudah menyiapkan sarapan yang dibuat bibi Xia untuk Jean.     

"Jean, apa tubuhmu masih terasa lemas? Sebaiknya kita pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi tubuhmu," ujar Soo Yin dengan perasaan cemas.      

"Aku baik-baik saja. Mungkin aku seperti ibuku ketika mengandungku. Ibuku selalu bercerita jika dulu kondisinya sangat lemah sangat mengandungku," ucap Jean seraya tersenyum tipis. Ia mencoba untuk duduk bersandar pada ujung ranjang yang dibantu oleh Soo Yin.     

"Jean, kenapa kau begitu keras kepala? Jika beberapa hari kondisimu masih seperti ini, maka aku akan memaksamu ke dokter," tukas Soo Yin dengan tegas.     

"Kau sudah seperti ibu-ibu saja," ujar Jean seraya terkekeh geli. Meskipun tubuhnya lemah tapi Jean senang karena ada Soo Yin yang perhatian kepadanya. Bahkan setiap hari pasti mengirimkan makanan untuknya. Ada juga Chang Yuan yang masih sering mengunjunginya.     

"Tentu saja, karena aku memang sudah menjadi seorang ibu," sahut Soo Yin dengan wajah ceria. Ingin menghibur Jean agar bisa tersenyum kembali.     

Soo Yin belum ada waktu untuk menemui Kim Soo Hyun. Mungkin hari ini ia akan menemuinya agar masalahnya segera selesai.     

"Sekarang kau makan dulu. Kasihan janin yang ada di dalam perutmu. Ia pasti kelaparan karena ibunya begitu ceroboh," gerutu Soo Yin sembari membuka kotak makanan.     

"Apa kau memasaknya sendiri?" ujar Jean.     

"Tentu saja … tidak," sahut Soo Yin sembari meringis.     

"Hmm, aku paham. Kau kan memang tidak pandai dalam memasak," ujar Jean sembari tertawa renyah.     

Soo Yin tersenyum senang akhirnya Jean bisa tertawa juga setelah sekian lama. Melihatnya tersenyum, hati Soo Yin begitu tersentuh.     

"Makanlah." Soo Yin mulai menyendok makanan lalu menyuapkannya pada Jean.     

"Aku makan sendiri saja." Jean meraih sendok dan kotak bekal yang sedang dipegang Soo Yin.     

Soo Yin mengamati Jean yang sepertinya mulai berselera untuk makan. Hampir saja ia lupa menghubungi Kim Soo Hyun untuk mengajaknya ketemuan. Bisa saja Soo Yin datang ke hotel tapi dirinya tidak ingin mengambil resiko.     

"Aku keluar sebentar untuk mencari udara segar. Tubuhku pagi ini terasa gerah," pamit Soo Yin.     

Setelah berada di luar Soo Yin segera mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya kemudian segera menghubungi Kim Soo Hyun.     

Soo Yin terus menempelkan ponselnya di telinga karena hingga beberapa saat teleponnya tidak diangkat oleh Kim Soo Hyun. Ia pun berjalan mondar-mandir sembari menggigit ujung kukunya.     

"Apa aku tidak sedang bermimpi kau menghubungiku?" ujar suara Kim Soo Hyun ketika panggilan sudah terhubung.     

"Aku ingin bertemu denganmu," ucap Soo Yin tanpa basa-basi lagi.     

"Ada gerangan apakah kau mengajakku bertemu? Apakah kau sudah mulai bosan dengan saudaraku itu?" cibir Kim Soo Hyun sembari terkekeh.     

Soo Yin mengelus dadanya agar tidak terpancing emosi. Jika bukan karena Jean sungguh ia tidak akan mau untuk menghubungi adik iparnya yang sangat menyebalkan itu.     

"Katakan saja kau ada waktu atau tidak? Karena ada hal penting yang perlu aku dibicarakan," ujar Soo Yin dengan nada datar.     

"Hmmm …." Kim Soo Hyun terdengar sedang menimbang-nimbang.      

"Baiklah, nanti siang aku ada waktu. Kau ingin bertemu dimana?" lanjut Kim Soo Hyun.     

"Aku dimana saja bisa," sahut Soo Yin singkat.     

"Baiklah nanti aku akan mengirimkan alamat dimana kita bertemu."     

Soo Yin segera mematikan sambungan telepon. Jika melalui dirinya tidak berhasil membujuk Kim Soo Hyun maka ia akan mengatakan semuanya pada Dae Hyun. Jean sudah cukup banyak mengalami kesulitan dalam hidupnya. Sehingga Soo Yin tidak akan membiarkannya selalu menderita.     

"Nona," panggil Chang Yuan.     

Soo Yin terlonjak kaget hingga memegang dadanya dengan jantung yang terasa hampir copot.     

"Manajer Chang, sejak kapan kau berada di sini?" ujar Soo Yin dengan tergagap. Berharap semoga saja tadi tidak mendengar ketika menghubungi Kim Soo Hyun.     

"Aku baru saja tiba, Nona," sahut Chang Yuan.     

"Seharusnya kau tidak perlu menjemputku karena aku bisa ke restoran menggunakan taksi," ujar Soo Yin.     

"Tidak masalah, Nona. Aku datang kemari sambil membawakan vitamin dan susu untuk Jean," sahut Chang Yuan sambil memperlihatkan paper bag di tangannya.     

"Ah, kau memang sangat perhatian," puji Soo Yin untuk menggoda Chang Yuan.     

"Aku hanya membantu sedikit," ujar Chang Yuan dengan wajah yang memanas.     

"Ya sudah, sebaiknya kita ke dalam untuk menemui Jean," ajak Soo Yin.     

Chang Yuan mengikuti langkah kaki Soo Yin masuk ke dalam kamar Jean. Meskipun Jean masih menolak ketika ia mengajaknya menikah tapi bukan berarti Chang Yuan sudah tidak peduli. Dia akan melakukan segala cara untuk membuat Jean ceria seperti dulu lagi.     

"Pagi, Jean," sapa Chang Yuan dengan senyum hangatnya. Kemudian ia meletakkan paper bag yang dibawanya di atas nakas.     

"Pagi, seharusnya kau tidak perlu repot-repot membawakan sesuatu untukku," ujar Jean dengan rasa tidak enak karena Chang Yuan sangat baik padanya. Padahal ia sudah menolak niat baiknya.     

"Tidak masalah," ujar Chang Yuan dengan tulus.     

"Bagaimana makanannya? Apakah rasanya enak?" tanya Soo Yin.     

"Hmmm, cukup enak. Namun aku ingin meminta sesuatu darimu," ucap Jean lirih sembari memainkan kedua jarinya.     

"Katakanlah, dengan senang hati aku akan mengabulkannya," ujar Soo Yin.     

"Hmmm, aku ingin suamimu memasakkan sesuatu untukku," pinta Jean. Ketika mengingat masakan Dae Hyun saat hari pertama restoran buka tiba-tiba saja ia ingin memakannya.     

"Ah, tentu saja. Nanti aku akan meminta Dae Hyun untuk memasak menu yang kau inginkan." Awalnya Soo Yin hendak menolak tapi teringat jika Jean sedang hamil, ia segera mengiyakannya.     

"Kau tidak marah?"     

"Tidak," sahut Soo Yin singkat mencoba bersikap biasa saja.     

"Terima kasih, kau memang sahabat terbaikku." Jean memeluk tubuh Soo Yin dengan perasaan bahagia.     

Mereka lanjut berbincang-bincang sebentar, sebelum akhirnya Chang Yuan mengajak Soo Yin agar mereka segera berangkat ke restoran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.