Istri Simpanan

Bab 478 - Pria pengecut



Bab 478 - Pria pengecut

0Kim Soo Hyun menggagalkan rencana pertemuan mereka pada siang hari. Mengatakan jika banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Sehingga Soo Yin terpaksa mengikuti kemauannya untuk bertemu ketika matahari hampir tenggelam.     
0

Malam ini Dae Hyun juga lembur sehingga Soo Yin bisa bernafas lega. Setidaknya ia tidak perlu berdebat untuk meminta izin keluar.     

Suasana restoran saat ini sedang ramai oleh pengunjung. Waktu yang tepat untuknya pergi.     

"Apakah Nona akan pulang?" ujar Chang Yuan ketika melihat Soo Yin yang sudah membawa tasnya.     

"Tidak, aku hanya ingin singgah terlebih dahulu ke rumah Jean setelah itu baru pulang. Jika Dae Hyun datang kemari mencariku katakan saja jika aku sudah pulang," ujar Soo Yin.     

"Apakah perlu saya antar?" tawar Chang Yuan.     

"Tidak perlu, tetaplah di sini," sahut Soo Yin dengan cepat.     

Chang Yuan hanya mengangguk patuh karena tidak mungkin meninggalkan restoran.     

Soo Yin langsung berangkat menggunakan taksi yang sudah dipesan olehnya. Kim Soo Hyun mengajaknya bertemu di sebuah penginapan yang terletak di sebelah utara kota Seoul. Sebuah penginapan yang masih bernuansa rumah tradisional Korea.     

Awalnya Soo Yin tidak setuju untuk bertemu di sebuah penginapan tapi Kim Soo Hyun bersikeras hanya mau jika bertemu di sana. Mau tidak mau Soo Yin menuruti meskipun sedikit beresiko.     

Setelah sampai Soo Yin segera menanyakan kepada resepsionis tentang dimana keberadaan kamar penginapan nomor 10. Itu adalah sebuah kamar yang terpisah antara satu dengan yang  lainnya. Seperti sebuah resort yang berjejer di tepi pantai.     

Soo Yin hanya bisa berharap semoga Kim Soo Hyun tidak berbuat macam-macam seperti waktu itu. Namun untuk berjaga-jaga, tak lupa Soo Yin sudah menyiapkan senjata di dalam tasnya.     

Tok… tok… tok…     

Dengan helaan nafas panjang Soo Yin segera mengetuk pintu penginapan. Diatasnya tertulis kamar nomor 10. Hingga tidak lama kemudian terdengar suara langkah kaki berjalan ke luar.     

"Masuklah," ujar Kim Soo Hyun sembari menarik pintu agar terbuka lebar.     

"Kita berbicara di luar saja," tolak Soo Yin dengan nada datar.     

Ada dua buah kursi yang tertata rapi di teras kamar itu. Soo Yin menarik salah satu kemudian duduk di sana karena kakinya sakit jika mengobrol sambil berdiri.     

Kim Soo Hyun mengikuti duduk di salah satu kursi. Posisi mereka saat ini saling berhadapan. Namun Soo Yin memandang ke arah lain.     

"Soo Yin, Aku sungguh merindukanmu," ucap Kim Soo Hyun tanpa rasa malu sekali.     

Soo Yin memutar bola matanya mendengar ucapan adik iparnya.     

"Jaga ucapanmu, tidak usah berbicara omong kosong jika masih ingin tetap hidup," ujar Soo Yin dengan tegas.     

"Kudengar kau menjalin hubungan dengan Gong Yoo, benarkah begitu?" tuduh Kim Soo Hyun dengan tatapan menyelidik.     

"Terserah kau saja jika kau memilih percaya pada mereka. Yang terpenting Dae Hyun lebih mempercayaiku," ucap Soo Yin.     

"Bisakah kau tidak membicarakannya sekarang?" ujar Kim Soo Hyun sembari berdecak kesal. Ia tidak suka Soo Yin membicarakan Dae Hyun di depannya.     

"Baiklah, kalau begitu kita akan membicarakan mengapa aku ingin menemuimu." Soo Yin menghadap ke arah samping menghadap Kim Soo Hyun dengan tatapan menyelidik.     

"Katakanlah," ucap Kim Soo Hyun dengan tenang.     

"Apakah kau sekarang sudah menjadi pria pengecut dan tidak bertanggung jawab?" sindir Soo Yin tanpa ingin mengulur-ulur waktu lagi.     

"Apa maksudmu?" Kim Soo Hyun lantas mengepalkan tinjunya kuat-kuat. Ada amarah yang mulai berdesir di sekujur tubuhnya.     

"Apa yang kau lakukan pada Jean?" ujar Soo Yin dengan suara meninggi. Jika saja tidak menahan amarahnya mungkin Soo Yin sudah menggebrak meja.     

Kim Soo Hyun menghela nafas berat. Jean adalah teman dekat Soo Yin sehingga wajar sudah mengetahui semuanya.     

"Itu hanyalah sebuah kesalahan. Aku mengingat malam itu sedang bersamamu bukan dengan Jean. Lagi pula itu hanya kecelakaan," sanggah Kim Soo Hyun agar bisa lepas dari tanggung jawab.     

"Kesalahan kau bilang?" Soo Yin bangkit berdiri karena dadanya sesak menahan emosi.     

"Aku mabuk saat itu sehingga aku tidak menyadarinya. Kenapa kau justru menyalahkanku?" ujar Kim Soo Hyun.     

"Lalu siapa yang harus aku salahkan jika Jean mengandung anakmu? Dimanakah hati nuranimu sebenarnya?" seru  Soo Yin dengan suara keras tapi akhirnya melemah takut jika sampai tamu yang ada di penginapan terganggu dengannya.     

"Itu semua terjadi karena kau menolakku. Jika kau tidak bersama Dae Hyun mungkin aku tidak akan pergi ke bar untuk mabuk. Itu semua salah kalian," ungkap Kim Soo Hyun dengan penuh penekanan.     

Soo Yin memejamkan matanya sebentar untuk memenangkan hatinya. Jangan sampai tujuannya menemui Kim Soo Hyun malah hanya akan membuat hubungan kekeluargaan mereka menjadi renggang.     

"Soo Hyun, cinta itu tidak bisa dipaksakan. Aku tidak mungkin mencintaimu karena aku sudah memiliki saudaramu jauh sebelum bertemu denganmu." Soo Yin melembutkan nada suaranya. Berharap adik iparnya bisa mengerti semuanya.     

"Kau benar cinta memang tidak bisa dipaksakan. Itu sebabnya aku tidak bisa bersama Jean," sahut Kim Soo Hyun.     

"Kasus kalian beda, apakah kau tidak kasihan melihat anak itu tumbuh tanpa seorang ayah? Kenapa kau jadi pria yang begitu egois? Beruntung aku tidak menyukaimu, jika aku memilihmu mungkin nasibku akan sama seperti Jean," ujar Soo Yin sembari menggertakan giginya kuat-kuat.     

"Aku sudah memintanya untuk menggugurkan janin itu tapi dia tetap bersikeras ingin merawatnya. Itu bukan salahku jika kelak ia lahir tanpa memiliki seorang ayah," ucap Kim Soo Hyun dengan enteng dan tidak ada nada menyesal sama sekali dari ucapannya.     

"Soo Hyun, kau memang pria pengecut dan sangat biadab!" umpat Soo Yin yang sudah berdiri kemudian mencengkram kerah pria itu.     

"Jika kau ingin membunuhku maka lakukanlah. Aku rela jika harus mati di tanganmu. Percuma juga aku hidup di dunia ini karena tidak ada lagi seseorang yang menjadi penyemangat hidupku. Gadis yang aku kasihi memilih bersama saudaraku," ucap Kim Soo Hyun dengan nada sendu. Membuat Soo Yin melepaskan tangannya pada kerah leher Kim Soo Hyun.     

"Asal kau tahu saja Jean itu sangat mencintaimu sejak lama. Dia gadis yang baik sehingga kau tidak boleh menyia-nyiakannya di saat kau sudah menghancurkan hidupnya. Di saat orang lain ingin memiliki anak dengan susah payah tapi kenapa ada manusia sepertimu di dunia ini yang tidak memiliki hati nurani seorang ayah. Asal kau tahu saja seorang wanita baik-baik tidak akan mau menggugurkan kandungannya. Itu adalah sebuah anugerah yang dititipkan Tuhan yang sebaiknya harus dijaga. Pikirkan baik-baik sebelum kau menyesalinya. Terserah kau percaya padaku atau tidak. Jika kau memang tidak ingin bertanggung jawab semoga saja anak itu bisa mendapatkan ayah yang lebih dari pada ayah kandungnya," terang Soo Yin panjang lebar berharap Kim Soo Hyun berubah pikiran dan tersadar jika apa yang dilakukannya salah besar.     

Kim Soo Hyun akhirnya terdiam mendengar ucapan Soo Yin yang sedikit mengena di hatinya.     

"Sudah malam sebaiknya aku pulang," pamit Soo Yin dengan datar lalu berbalik untuk pergi.     

Kim Soo Hyun hanya mengamati punggung Soo Yin yang semakin lama sudah tidak tampak lagi dengan perasaan rumit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.