Istri Simpanan

Bab 480- Takut kau membenciku



Bab 480- Takut kau membenciku

0Sebelum Dae Hyun sampai di villa, Soo Yin memikirkan bagaimana caranya membuat suaminya senang dan tidak marah padanya. Apalagi sampai mencurigainya.     

Soo Yin memutuskan untuk menyiapkan makan malam yang dibantu oleh bibi Xia. Kebetulan sekali perutnya juga terasa lapar.     

"Bibi, jangan lupa besok siapkan makanan sehat untuk Jean lagi," ujar Soo Yin pada bibi Xia yang tengah sibuk menyiangi sayuran.     

"Tentu saja, Nona. Memangnya sudah berapa bulan Jean mengandung?" tanya bibi Xia ingin tahu.     

"Menurut dokter sekitar baru 3 mingguan. Aku sungguh tidak tega melihat tubuhnya yang sekarang kurusan. Seharusnya di saat hamil yang paling dibutuhkan adalah kasih sayang seorang suami. Namun dia justru harus berjuang sendiri." Soo Yin menghela nafas panjang. Tak yakin sanggup jika hal itu menimpanya.     

"Semoga masalahnya cepat berakhir dan Jean bisa hidup bahagia," ujar bibi Xia. Wanita paruh baya itu tidak perlu bertanya lagi siapa pelakunya karena Soo Yin sudah mengatakan semuanya.     

Soo Yin menganggukan kepalanya sembari mengaduk-aduk sayur di dalam panci.     

"Hmmm." Dae Hyun yang sudah berdiri di pintu dapur sejak tadi langsung membuka suara.     

Soo Yin sontak terkejut hingga tangannya menyentuh panci yang panas.     

"Aduh," rintihnya sembari meniup jarinya yang melepuh.     

"Nona, tidak apa-apa?" ujar bibi Xia.     

Dae Hyun segera melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah Soo Yin lalu meraih tangannya.     

"Kenapa kau begitu ceroboh?" gerutu Dae Hyun lalu meniup jari Soo Yin agar meredakan rasa panas terbakar yang dirasakannya.     

"Aku tidak apa-apa," sanggah Soo Yin dengan tangan yang gemetar.     

"Biar bibi ambilkan obatnya, Tuan." Bibi Xia segera pergi meninggalkan dapur.     

Dae Hyun terus menggenggam tangan Soo Yin sembari meniupnya tanpa kata-kata yang keluar dari bibirnya.     

"Ini, Tuan," ujar bibi Xia sembari menyodorkan salep pada Dae Hyun.     

"Sebaiknya Bibi istirahat biarkan aku yang lanjut  memasaknya nanti," ujar Dae Hyun pada wanita paruh baya itu agar meninggalkan dapur karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan hanya berdua terlebih dahulu dengan Soo Yin.     

Wanita paruh baya itu mengangguk kemudian melangkah pergi meninggalkan mereka.     

Dae Hyun menuntun Soo Yin untuk duduk di kursi yang ada di dapur.     

"Lain kali berhati-hatilah. Bagaimana jika lukanya parah dan mengalami infeksi?" ujar Dae Hyun yang mulai mengoleskan salep di jari istri kecilnya.     

"Kau terlalu berlebihan. Luka ini tidak seberapa sakitnya," ujar Soo Yin sembari menghela nafas panjang.     

"Sebaiknya kau duduk saja biarkan aku yang menyelesaikan semuanya," ujar Dae Hyun dengan nada datar.     

Dae Hyun lalu melepaskan jasnya hingga tersisa kemeja tipis yang membalut tubuhnya sebelum berkutat pada masakan Soo Yin.     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya, menyadari keanehan dari sikap Dae Hyun kali ini. Pria itu lebih diam dari biasanya.     

'Apakah dia mendengar apa yang kami bicarakan tadi?' batin Soo Yin. Ingin sekali bibirnya bergerak untuk berucap tapi entah kenapa terasa kaku.     

Setelah Dae Hyun selesai memasak, ia segera menghidangkan makanan ke meja. Ada sedikit rasa kesal yang dirasakan Dae Hyun saat ini karena Soo Yin tidak mau bercerita jujur.     

"Makanlah, aku akan membersihkan diri terlebih dahulu," ujar Dae Hyun seraya tersenyum tipis.     

"Kau tidak makan?" Soo Yin menatap sendu wajah Dae Hyun.     

"Aku sudah makan."     

Dae Hyun melangkah pergi meninggalkan ruang makan. Saat ini bukan hanya tubuhnya yang gerah tapi hatinya bahkan terasa sangat panas. Dae Hyun hanya memikirkan sebenarnya apa yang Soo Yin lakukan di penginapan. Untuk apa harus berbohong dengan mengatakan pergi ke rumah Jean sedangkan ia pergi ke tempat lain.     

Soo Yin meletakkan peralatan makannya kembali ke atas piring. Sudah tidak berselera lagi karena usahanya untuk membuat hati Dae Hyun senang sia-sia. Mungkin ia harus berkata jujur sebelum Dae Hyun semakin bersikap dingin padanya.     

Suasana kamar sepi hanya ada suara gemericik air mengalir di kamar mandi. Soo Yin segera ke ruang ganti untuk menyiapkan pakaian Dae Hyun. Ia juga meraih tas yang berisi laptop lalu menaruhnya di ruang kerja.     

"Apa sudah selesai makannya?" Dae Hyun membuyarkan Soo Yin yang tampak sedang termenung di tepi ranjang.     

Soo Yin mendongakkan wajahnya lalu menggelengkan kepalanya pelan.     

Dae Hyun menghela nafas berat. Sebenarnya ia tidak tega bersikap cuek kepada wanita yang begitu dicintainya.     

"Katakan padaku apakah kau marah?" Soo Yin meraih tangan Dae Hyun kemudian menggenggam jemarinya.     

"Tidak," sahut Dae Hyun singkat. Meski ada hal yang ingin diketahuinya tapi Dae Hyun tidak ingin memaksa Soo Yin untuk bercerita. Biarlah dia yang akan menceritakan semuanya sendiri tanpa paksaan.     

Soo Yin bangkit dari duduknya. Lalu melingkarkan tangannya di leher Dae Hyun dengan begitu erat. Ia sangat tahu jika Dae Hyun saat sedang marah.     

"Aku tidak bermaksud berbohong kepadamu. Aku hanya tidak ingin kau memikirkan masalah ini," ucap Soo Yin dengan rasa cemas. Bisa saja Dae Hyun sudah mengetahui dirinya datang ke penginapan.     

"Aku bersumpah tidak melakukan apapun di penginapan. Aku hanya bertemu dengan seseorang  karena ingin menyelesaikan suatu masalah. Tolong maafkan aku," imbuhnya dengan pilu.     

Dae Hyun bisa merasakan ada setetes air hangat yang menyentuh kulitnya.     

"Hei, kenapa kau menangis?" Dae Hyun melepaskan tangan Soo Yin. Menangkup pipinya dengan kedua tangannya. Lalu mengusap air mata yang mengalir di pipi istrinya.     

"Aku takut kau membenciku." Soo Yin memang merasa sangat bersalah akan hal ini.     

"Kenapa kau berkata seperti itu? Memangnya siapa yang akan membencimu?" Dae Hyun mendudukkan Soo Yin di tepi ranjang kembali. Lalu duduk di sampingnya.     

"Kau pasti sangat marah karena aku berbohong,"ujar Soo Yin sambari mencebikkan bibirnya.     

"Hmmm, sedikit. Katakanlah sebenarnya apa yang terjadi pada Jean serta bertemu siapa yang kau temui di penginapan," ujar Dae Hyun tanpa emosi.     

"Sebenarnya Jean … seperti yang aku dengar di dapur tadi jika Jean saat ini sedang mengandung," ucap Soo Yin dengan terbata. Ia gugup karena pasti selanjutnya Dae Hyun akan menanyakan siapa yang telah menghamilinya.     

"Hmmm, pantas saja ketika aku berkunjung ke rumahnya. Ia tadi langsung muntah-muntah, mengatakan tidak suka aroma parfum yang kupakai," ujar Dae Hyun.     

"Benarkah?"      

"Apakah pria itu mau bertanggung jawab?" Dae Hyun masih menimbang pria mana yang dekat dengan Jean. Karena ia hanya tahu Chang Yuan yang dekat dengannya.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya pelan. Sedih memikirkan Jean yang selalu menderita.     

"Dasar pria pengecut!" umpat Dae Hyun.     

"Memangnya siapa pria itu? Biarkan aku yang akan membereskan semuanya. Jika dia tetap tidak mau bertanggung jawab akan kupenggal kepalanya," ujar Dae Hyun dengan nada berapi-api.     

================================     

Hello, readers..     

Terimakasih sudah membaca cerita ini. Jangan lupa baca juga cerita terbaru saya judulnya DUDA TAMPAN: MENGEJAR ISTRI YANG..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.